cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
KAJIAN TENTANG KONSEP KEBERLANJUTAN PADA BEBERAPA KOTA BARU DAN PERMUKIMAN BERSKALA BESAR AGUSTINA, INA HELENA
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 2 (2007): AGUSTUS 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.389 KB)

Abstract

Berkelanjutan adalah satu kata yang dipopulerkan oleh Word Commission on Environment and Development pada laporan yang dikeluarkan pada tahun 1987, “Our Common Future” dan oleh Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Secara sederhana konsep keberlanjutan adalah suatu etik, seperangkat prinsip dan pandangan yang berorientasi pada masa depan. Berdasarkan Research Triangle Institute (1996), dalam menciptakan kota yang berkelanjutan diperlukan lima prinsip dasar yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari tiga matra utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Pembangunan kota baru maupun permukiman berskala besar saat ini di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang kurang terarah dan terkendali pengembangannya. Kondisi ini apabila dibiarkan akan menganggu keseimbangan sistem kota dan konstelasi regional. Wilayah yang menjadi objek kajian pada studi ini ada lima, berada di Kabupaten Bandung (dua), di Kota Bandung (satu), dan di Kota Surabaya (dua). Kelimanya memiliki karakteristik tersendiri yang dapat merepresentasikan sebagian karakter dari suatu kota baru. Penerapan prinsip keberlanjutan pada kelima wilayah kajian tersebut menjadi fokus utama dalam bahasan studi makalah ini. Diharapkan interpretasi penerapan prinsip keberlanjutan tersebut menjadi informasi yang berguna sebagai masukan arahan pengendalian pembangunan dan pengembangan permukiman berskala besar pada umumnya dan kota baru pada khususnya.
PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH MELALUI STRATEGI IMPLEMENTASI WILAYAH PENGEMBANGAN (WP) DAN HIRARKI KOTA-KOTA (Studi Kasus : Kabupaten Subang) HARIYANTO, ASEP
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 1 (2007): MARET 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.604 KB)

Abstract

Percepatan pengembangan wilayah melalui Strategi Implementasi Wilayah Pengembangan (WP) dan Hirarki Kota-kota merupakan suatu upaya untuk pelaksanaan kebijakan pengembangan wilayah yang memungkinkan hirarki kota-kota dan wilayah pengembangan (WP) dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan peranan yang sudah ditetapkan, sehingga memungkinkan terciptanya pola pengembangan wilayah yang lebih seimbang. Pengembangan wilayah sendiri merupakan manifestasi ruang dari pengembangan ekonomi secara keseluruhan. Pengembangan ekonomi cenderung mengisi kawasan geografis tertentu, sehingga menimbulkan kesenjangan ruang (spatial inegualities) berdasarkan pendapatan, kemakmuran dan kesejahteraan material. Oleh karena itu pemerintah perlu mengitervensi secara cermat proses pengembangan wilayah tersebut melalui perencanaan wilayah yang salah satu bentuknya adalah pembagian struktur ruang wilayah berdasarkan wilayah pengembangan (WP) dan hirarki kota-kota
PENGEMBANGAN KRITERIA IDENTIFIKASI KONFLIK KEBIJAKAN TRANSPORTASI (STUDI KASUS: KEBIJAKAN ANGKUTAN UMUM DI RENGASDENGKLOK KABUPATEN KARAWANG) Agustina, Ina Helena
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 6, No 1 (2006): JANUARI 2006
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3193.003 KB)

Abstract

Pada awalnya SK Bupati Karawang Nomor: 551.2/Kep. 045-Huk/2004 tentang penyesuaian angkutan penumpang dan tarif angkutan umum penumpang non bis di wilayah Kabupaten Karawang dibentuk dan dimaksudkan untuk dapat menjawab permasalahan trasportasi khususnya angkutan umum di Kota Rengasdengklok, tetapi pada kenyataannya kebijakan pergantian moda angkutan umum tersebut justru menjadi awal yang memicu lahirnya konflik antar angkutan umum di Kota Rengasdengklok. Masalah konflik kebijakan angkutan umum ini sering terjadi dibeberapa wilayah. Hanya saja penyelesaian konflik belum dilakukan secara sistematis karena alat ukur untuk mengkajinya sejauh ini belum dikembangkan. Melalui tulisan ini mencoba untuk mengkembangkan kriteria dalam mengidentifikasi konflik kebijakan transportasi khususnya angkutan umum yang dibedakan menurut intensitas, pelaku, akibat dan penyelesaian konflik. Untuk Daerah studi ternyata termasuk dalam klasifikasi sedang untuk semua kriteria. Penambahan jalan cenderung akan menurunkan PAD dan belanja daerah (korelasi negatif), sedangkan penambahan kendaraan berkorelasi positif dengan PAD dan belanja daerah.
REPOSISI ISTILAH REVIEW SEJARAH RUANG KEPULAUAN Weishaguna, Weishaguna
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 6, No 2 (2006): JULI 2006
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.965 KB)

Abstract

Pengalaman sejarah ruang kepulauan yang berlangsung secara kompleks dan dinamis telah melahirkan banyak istilah dengan paradigmanya sendirinya. Tidak ada satupun istilah yang benar-nenar konsisten dapat digunakan untuk mendefinisikan ruang kepulauan ini. Setiap istilah memiliki nilai historis, akar kebudayaan, ruang lingkup wilayah dan periodisasi waktu yang berbeda. Oleh karena itu, reposisi istilah merupakan bagian terpenting menuju review sejarah ruang kepulauan yang lebih objektif.
MORFOLOGI SEBAGAI PENDEKATAN MEMAHAMI KOTA WEISHAGUNA, WEISHAGUNA; SAODIH, ERNADY
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 2 (2007): AGUSTUS 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1670.691 KB)

Abstract

Dari berbagai teoritis yang ada, secara umum perancangan kota dapat dibagi menjadi dua kelompok pendekatan yang saling berkaitan yaitu (1) pendekatan kota sebagai proses dan (2) kota sebagai produk. Pendekatan perancangan Kota sebagai proses perencanaan berhirarkis dengan melibatkan aspek-aspek perencanaan seperti analisis proses ekologi berkaitan dengan fisik, sosial-budaya, ekonomi, transportasi dan kebijaksanaan. Sedangkan pendekatan perancangan kota sebagai produk lebih memfokuskan diri pada produk desain massa dan ruang perkotaan. Pendekatan ini kemudian lebih banyak disebut sebagai morfologi kota. Meskipun demikian dalam pemahaman morfologi kota, perancang tidak dapat melepaskan diri dari pendekatan kota sebagai proses. Tulisan ini mencoba memaparkan lebih lanjut morfologi sebagai sebuah pendekatan meliputi pencarian argumentasi kebutuhan kajian morfologis, pemahaman istilah, dan ruang lingkup kajian morfologi kota.
KONTRIBUSI EKONOMI DESA-DESA PESISIR TERHADAP PENDAPATAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL ASYIAWATI, YULIA; RUSTIJARNO, SINUNG
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 1 (2007): MARET 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.215 KB)

Abstract

Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul sejak lama mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidup dari kegiatan pertanian dan pariwisata. Pandangan ini mulai berubah seiring dengan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, sehingga dicari alternatif usaha yang tidak hanya mengandalkan aktivitas di darat (terestrial) yaitu pemanfaatan sumberdaya laut di wilayah pesisir. Kegiatan perikanan laut di wilayah pantai selatan Kabupaten Bantul telah berkembang sejak tahun 1995 dengan dirintisnya usaha penangkapan ikan di wilayah Pantai Depok dan Pandansimo yang didorong adanya alih teknologi dari nelayan pendatang. Usaha perikanan laut bersifat komplementer terhadap mata pencaharian pokok yaitu kegiatan pertanian dan pariwisata. Ketiga kegiatan tersebut saling menunjang dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat dan wilayah pesisir. Penelitian dilakukan di desa-desa pesisir Kabupaten Bantul yaitu Parangtritis, Tirtohargo, Gadingsari, Srigading dan Poncosari pada bulan April-Juli 2002. Tujuan penelitian adalah mengetahui pendapatan masyarakat wilayah pesisir dan kontribusi ekonomi desa-desa pesisir di Kabupaten Bantul terhadap pendapatan wilayah. Metode penelitian menggunakan cara survai, analisis data dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak I-think versi 6,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas pemanfaatan ruang wilayah pesisir tahun 2001 mencapai 2.579,79 ha atau 59,94% luas ruang tersedia, pendapatan wilayah pesisir sebesar Rp 86.752.507.899,- atau memberikan kontribusi sebesar 3,50% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bantul. Sumbangan pendapatan dari sektor pertanian bahan makanan terhadap PDRB sebesar Rp 77,332,336,603,-, perikanan laut sebesar Rp 4,142,746,611,- dan pariwisata sebesar Rp 3,428,007,139,-. Pendapatan tenaga kerja petani, nelayan dan jasa wisata masing-masing sebesar Rp 4,163,625,- ; Rp 6,282,595,- dan Rp 12,374,718,-/orang/tahun. Peningkatan pendapatan masyarakat dan wilayah pesisir di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan pengembangan sektor perikanan laut dan wisata bahari.
MINIMASI DAMPAK LINGKUNGAN DAN PENINGKATAN NILAI EKONOMIS SAMPAH MELALUI PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH Safitri D., Ira
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 6, No 1 (2006): JANUARI 2006
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2068.944 KB)

Abstract

Permasalahan sampah di Indonesia sesungguhnya merupakan sebuah masalah klasik yang terus-menerus berulang hampir setiap tahun dan seiring dengan berjalannya waktu, seperti Kota Bandung, Jakarta, dan Bekasi. Dampak keberadaan sampah yang tidak diolah secara optimal tidaklah sedikit, bahkan bisa menghilangkan nyawa manusia. Dampak keberadaan sampah jika ditinjau dari segi kesehatan akan membawa vektor dan menimbulkan penyakit bagi manusia, dari segi lingkungan akan menimbulkan pencemaran. Dampak keberadaan sampah dari sisi positifnya adalah terbukanya lapangan pekerjaan melalui peningkatan nilai ekonomis sampah. Lokasi TPA yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan akan banyak memberi dampak negatif pada lingkungan disekitarnya. Tulisan ini mencoba mengulas dan mengcombain kriteria penentuan lokasi TPA Sampah yang layak yang diambil dari beberapa sumber, sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomis sampah, dan meminimasi dampak lingkungan, penambahan kendaraan berkorelasi positif dengan PAD dan belanja daerah.
BAGAIMANA KEDUDUKAN INTUISI DALAM SEBUAH PERENCANAAN? Pamungkas AS, Raditya
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 6, No 2 (2006): JULI 2006
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.318 KB)

Abstract

Sebagaimana kita ketahui, manusia perlu berpengetahuan, karena manusia lahir dan diciptakan membawa sifat ingin tahu. Untuk mengetahui banyak hal, manusia mempunyai tiga alat: indera, akal dan hati (intuisi). Untuk mampu mengetahui hal-hal yang empiris manusia memfungsikan inderawinya, akal sendiri dapat mengetahui objek yang abstrak. Hati dapat mengetahui hal-hal yang ghaib yang disebut sebagai supralogis (abstrak tapi masih logis). Sama halnya dengan sebuah perencanaan pada umumnya disusun berdasarkan hal-hal yang bersifat empiris (lebih kepada pengetahuan inderawi), akan tetapi, penggunaan intuisi atau rahsa (illative
STUDI UNTUK MENENTUKAN FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MASALAH LINGKUNGAN PERKOTAAN SUNDARI, EVA SITI
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 2 (2007): AGUSTUS 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.112 KB)

Abstract

Berbagai perubahan kondisi lingkungan dapat berpengaruh buruk terhadap manusia. Berbagai bentuk perusakan lingkungan, seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat bencana alam, hal ini tentunya bisa berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi kesehatan masyarakat sendiri. Masalah lingkungan, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, masalah sampah, dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan masalah lingkungan yang tergolong bukan sepele. Sebab, tidak terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan potensi pemenuhan generasi mendatang. Termasuk adanya kemerosotan kualitas lingkungan bisa berdampak buruk bagi kenyamanan lingkungan, khususnya bagi kehidupan manusia. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Untuk itu, hutan kota tidak hanya berarti hutan yang berada di kota, tetapi dapat pula berarti bahwa hutan kota dapat tersusun dari komponen hutan, dan kelompok vegetasi lainnya yang berada di kota, seperti taman kota, jalur hijau, serta kebun dan pekarangan.
GAGASAN TEORI PERKEMBANGAN WILAYAH BERBASIS TRANSFORMASI SOSIAL WEISHAGUNA, WEISHAGUNA
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 7, No 1 (2007): MARET 2007
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.222 KB)

Abstract

Kelemahan mendasar dari teori-teori perkembangan wilayah yang ada sekarang adalah banyak menyandarkan pada asumsí dan indikator-indikator pertumbuhan yang besifat linier misalkan pertumbuhan jumlah penduduk, kepadatan dan laju pertumbuhan ekonomi. Kenyataannya paradigma pertumbuhan linier ini sudah sangat tidak mampu merespon perkembangan kondisi yang ada. Terlebih lagi kondisi masyarakat Indonesia yang mengalami mutasi luar biasa secara terbuka dinamis dan beragam. Oleh karena itu, satu bagian terpenting yang terabaikan dalam teori-teori tersebut adalah proses transformasi sosial sebagai faktor yang paling signifikan dalam menentukan perkembangan wilayah. Perenungan kembali siklus air sebagai ayat-ayat Allah, perlahan menuntun pada sebuah kerangka kajian analogis ilmiah. Ada indikasi bahwa karakteristik air dalam wujud padat (Es), cair (Air) dan gas (uap air), memiliki kesamaan sifat dengan tingkat perkembangan wilayah yaitu wilayah terbelakang, berkembang dan maju. Dengan menggunakan metode sintaktikal meliputi variabel-variabel subtantif perkembangan wilayah dan variabel-variabel teori termodinamika, maka beberapa konsep hipotetik dapat ditemukan sebagai kerangka dasar dalam membangun teori baru tentang perkembangan wilayah berbasis proses transformasi sosial.

Page 1 of 2 | Total Record : 20