cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
REKA RACANA
ISSN : -     EISSN : 24772569     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1: Maret 2016" : 24 Documents clear
Studi Pemanfaatan RAP Dan Aspal Elvaloy Pada Campuran Laston AC-BC (Hal. 14-25) Seno, Ardi; Sukirman, Silvia; Zurni, Rahmi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.789 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.14

Abstract

ABSTRAKDalam meningkatkan kualitas jalan secara efektif, efisien, dan ekonomis dilakukan penelitian diantaranya dengan pemanfaatan RAP. KAA sesuai gradasi target adalah 5,5%, oleh karena itu dibuat benda uji dengan kadar aspal 4.5%, 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, dan 7% pada benda uji, maka diperoleh nilai KAO sebesar 6,1% yang hasil tersebut menjadi acuan untuk pembuatan benda uji selanjutnya. Pengujian untuk benda uji dengan campuran RAP sebanyak 5%, 7,5%, dan 10% dengan menggunakan KAO 6% diperoleh nilai VIM dan VMA campuran yang menggunakan agregat RAP 5% dan 7,5% cenderung menurun, bertambahnya kadar RAP memungkinkan agregat RAP mampu mengisi pori campuran serta rongga agregat pada campuran. Nilai stabilitas dengan menggunakan agregat RAP semakin meningkat. Meningkatnya nilai stabilitas dipengaruhi oleh nilai VIM dan VMA yang semakin kecil, tetapi agregat RAP 10% menunjukan nilai sebaliknya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan agregat RAP 7,5% menghasilkan campuran aspal beton terbaik.Kata Kunci: Laston AC-BC,  aspal Elvaloy,  RAP ABSTRACTIn improving the quality of roads in an effective, efficient, and economical research including the use of RAP. KAA according gradation is the target of 5.5%, therefore, made the specimen with a bitumen content of 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, and 7% in the test object, the obtained value KAO 6.1% the result is a reference for the preparation of the next test object. Testing for specimens with a mixture of RAP as much as 5%, 7,5%, and 10% by using KAO 6% VIM and VMA values obtained mixture using RAP aggregate 5% and 7,5% decline, increased levels of RAP allows aggregate RAP able to fill pores and cavities aggregate mixture in the mix. Value stability using RAP aggregate increase. Increasing the value of stability is affected by the value of VIM and VMA are getting smaller, but the aggregate 10% RAP showing the opposite value. These results indicate that the use of 7,5% RAP aggregate produce asphalt concrete mix bestKeyword: Laston AC-BC, ELvaloy Asphalt, RAP
Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat (Hal. 83-95) Saryudi, Meky; Herbudiman, Bernardinus
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (830.841 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.83

Abstract

ABSTRAK Sistem struktur dinding geser terus berkembang menjadi beberapa sistem struktur yang populer digunakan dalam perancangan bangunan tinggi seperti struktur inti (core) yang merupakan modifikasi dari dinding geser (shear wall). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh core terhadap kinerja seismik gedung bertingkat. Obyek penelitian yaitu 2 tipe struktur yang berbeda dengan bentuk asimetris. Sistem struktur tipe 1 berupa portal terbuka dan struktur tipe 2 berupa portal terbuka yang dikombinasikan dengan core. Salah satu metode analisis untuk mengetahui kinerja suatu bangunan adalah analisis statik nonlinear pushover. Hasil penelitian menghasilkan, struktur tipe 2 memiliki nilai kapasitas maksimum  roof displacement untuk arah +UX , –UX, +UY dan -UY dengan rasio sebesar 1,67, 1,55, 0,23, dan 0,24 dari struktur tipe 1. Kapasitas maksimum gaya geser dasar untuk struktur tipe 2 mengalami peningkatan untuk keempat arah +UX , –UX, +UY dan -UY  dengan rasio 2,0, 1,99, 1,26 dan 1,27. Level kinerja untuk tipe struktur 1 dan 2 adalah immediate occupancy menurut peraturan ATC-40Kata kunci: pushover, core wall, asimetris ABSTRACTThe shear wall structure system evolve into some popular structural systems used in the design of tall buildings such as core structure which is a modification of the shear wall. The purpose of this study is to determine core effect on the seismic performance of tall building. The object of this study is two different types of structures with asymmetrical shape. System structure type 1 is open frame and structure type 2 is open frame combined with core. One of analysis method for determine the performance of a building is nonlinear static pushover analysis. The study results, structure type 2 has a maximum capacity roof displacement for direction +UX, –UX, +UY and –UY with ratio is 1.67, 1.55, 0.23 and 0.24 of the structure type 1. The maximum capacity base shear force for structure type 2 has increase to four directions +UX, –UX, +UY and –UY with ratio is 2.0, 1.99, 1.26, and 1.27. Performance level for structure type 1 and type 2 is immediate occupancy according to ATC-40 regulation. Keyword: pushover, core wall, asymmetrical
Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Irigasi Rawa (Hal. 48-59) Putri, Yully Santi Eka; Wurjanto, Andojo
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (970.722 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.48

Abstract

ABSTRAKRawa sebagai salah satu sumber daya air di Indonesia, memiliki total luas lahan yang cukup besar yaitu kurang lebih 33,41 juta ha, yang terbagi ke dalam lahan rawa lebak seluas 13,28 juta ha dan sisanya lahan rawa pasang surut 20,13 juta ha. Pengelolaan dan pengembangan lahan rawa sebagai lahan pertanian sudah berjalan namun belum optimal dikarenakan belum adanya tata cara atau standar perencanaan irigasi khusus lahan rawa. Pedoman yang sudah tersedia dan berjalan baik di Indonesia saat ini adalah standar perencanaan irigasi permukaan. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Irigasi Rawa khususnya rawa pasang surut. Penyusunan Tata Cara Perencanaan Teknik dilakukan dengan cara melakukan kaji literatur kebijakan yang berlaku, referensi akademis dan non akademis, artikel serta studi terdahulu terkait pekerjaan rawa. Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Irigasi Rawa memuat tahapan-tahapan sebagai langkah awal dalam perencanaan pekerjaan jaringan irigasi rawa terutama untuk daerah rawa pasang surut.Kata kunci: Perencanaan teknik, tata cara, jaringan irigasi, rawa, pasang surut. ABSTRACTSwamp is one of the water resources in Indonesia with a considerably large area at approximately 33.41 million ha in total. This area is divided into 13.28 million ha lowland swamp and 20.13 million ha tidal swamps. These swamps are still underutilised compared to population growth and demand due to the absence of procedure or standard for swamp irrigation design, where currently the only available standard for surface irrigation design.The aim of this thesis is to develop a technical procedure for swamp irrigation network planning, especially for tidal swamps. The development of this technical procedure is based on literature review on available policies, academic and non-academic references, and past articles and studies regarding swamp irrigation planning. This technical procedure for swamp irrigation planning includes steps as an initial phase for planning on swamp irrigation work planning, especially for tidal swamp areas.Keywords : Technical planning, procedure, irrigation network, swamp, tides.
Studi Kadar Aspal Optimum Menggunakan Alat Marshall dan Alat Percentage Refusal Density (Hal. 26-35) Maulana, Yusuf; Sukirman, Silvia; Zurni, Rahmi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.567 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.26

Abstract

ABSTRAKPertumbuhan ekonomi dan industri yang berkembang, berdampak pada peningkatan pergerakan lalu lintas.Kerusakan lapisan perkerasan umumnya dipengaruhi pori dan rongga yang besar akibat pemadatan pelaksanaan kurang baik, mengakibatkan air masuk ke struktur perkerasan melalui retak dan celah sehingga membentuk lubang.Kepadatan mutlak dimaksudkan sebagai kepadatan tertinggi yang dapat dicapai oleh campuran sehingga campuran tersebut tidak dapat menjadi padat lagi, untuk memperkecil pori dan ronggapada campuran perkerasaan digunakan metode pemadatan alat Marshall dan Percentage Refusal Density.Kadar aspal yang memenuhi spesifikasi Marshall berada pada rentang 5,95% dan 6,85% sehingga KAO diperoleh sebesar 6,4% dibulatkan 6,5%. Benda uji campuran Percentage Refusal Density menggunakan KAO sebesar 6%, 6,5% dan 7%, untuk membandingkan nilai VIM.Hasil penelitianmenunjukan bahwa pemadatan menggunakan alat Percentage Refusal Density nilai kepadatan lebih besar, kepadatan semakin besar nilai VIMrefusal lebih kecil dibandingkan dengan VIM Marshall dan KAOrefusal diperoleh 6,2%.Kata Kunci: Kadar Aspal Optimum, Percentage Refusal Density, VIMRefusal, ABSTRACTEconomic growth and industry development impacted to the enhancement to traffic movement. Pavement damage generally affected by large pore and void due to poor compaction, which resulted the water could get into the pavement structure through crack and gap and forming holes. The absolute density means the highest density (maximum) that can be achieved by the mixture that the mixture cannot become more solid, to minimize voids and pores in the mixture then used the method of Marshall tool compaction and Percentage Refusal Density. Asphalt content that meets the specification of Marshall is in the range of 5,95% and 6,85% that OBC value gained is 6,4% rounded to 6,5%. The specimen of Percentage Refusal Density used OBC value of 6%, 6,5%, and 7% to compare the value of VIM obtained. The result showed that compaction using Percentage Refusal Density tools produce bigger density value, with bigger density it means that the value VIMrefusal is smaller than VIM Marshall and OBCrefusal value obtained is 6,2%.Keywords: Optimum Bitumen Content, Percentage Refusal Density, VIMRefusal,
Optimasi Waktu Siklus Lampu Sinyal Lalu Lintas Pada Dua Persimpangan Terkoordinasi Menggunakan Program PTV Vissim 6 (Hal. 96-106) Fikri, Imam Muhammad; Triana, Sofyan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.048 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.96

Abstract

ABSTRAKPersimpangan adalah bagian dari sistem jaringan jalan yang merupakan daerah atau titik dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu atau bersilangan. Lancar tidaknya pergerakan dalam suatu jaringan jalan sangat ditentukan oleh pengaturan dan pengendalian pergerakan di persimpangan. Secara umum kapasitas persimpangan dapat dikontrol dengan mengendalikan arus lalu lintas dalam sistem jaringan jalan tersebut. Hasil analisis pada kondisi isolated actual menggunakan MKJI 1997 menghasilkan waktu siklus 90 detik dengan tundaan rata-rata 44,048 det/smp pada persimpangan pertama dan  waktu siklus 85 detik dengan tundaan rata-rata 40,095 det/smp pada persimpangan kedua, Sementara untuk kondisi persimpangan terkoordinasi tanpa optimasi dan kondisi persimpangan terkoordinasi dengan optimasi menghasilkan waktu siklus masing-masing sebesar 90 detik dan 60 detik, dengan tundaan sistem sebesar 59,060 det/smp dan 53,790 det/smp. Hasil analisis menyatakan bahwa kondisi persimpangan terkoordinasi dengan optimasi waktu siklus menghasilkan tundaan sistem lebih baik dibandingkan dengan kondisi isolated actual MKJI 1997 and kondisi persimpangan terkoordinasi tanpa optimasi.Kata Kunci: MKJI 1997, terkoordinasi tanpa optimasi, terkoordinasi dengan optimasi.ABSTRACT The intersection is part of the road network system that is an area or point where two or more roads meet or crosss. Smooth movements in the absence of a road network is determined by the setting and control of movement at the crossing. In general, the intersections capacity can be controlled by controlling the flow of traffic on the road network system. The analysis of the isolated actual condition uses MKJI 1997 resulted in a cycle time of 90 seconds to delay an average of 44,048 sec/pcu on the first intersection and a cycle time of 85 seconds to delay an average of 40,095 sec/pcu on the second intersection. For the intersection coordinated without optimization condition and the intersection coordinated with optimization conditions produces each cycle time of 90 seconds and 60 seconds, the system delay of 59.060 sec/pcu and 53.790 sec/pcu. The Results of the analysis states that the condition of the intersection coordinated with the optimization of the cycle time delay generation system is better than the isolated actual condition and the intersection coordinated without optimization condition.Keyboard: MKJI optimization. 1997, coordinated without coordinated with optimization,
Pengoptimalan Fungsi Lahan Sebagai Upaya Penanggulangan Banjir Kecamatan Rancaekek dengan Metode Sustainable Urban Drainage System (Hal. 1-13) Priyanto, Ruri Arista; Yosananto, Yedida
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.164 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.1

Abstract

ABSTRAKRancaekek merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bandung yang beralih fungsi sebagai tatanan wilayah industri dan diikuti pertumbuhan populasi penduduk yang menyebabkan perubahan tata guna lahan dan menghilangkan fungsi Kecamatan Rancaekek sebagai wetland atau rawa dalam siklus hidrologi sebagai lahan resapan dan penampungan.Dalam penyelesaian masalah perlu adanya pengumpulan data sekunder dan primer dengan melakukan survey wilayah secara langsung. Menganalisis kondisi eksisting, melakukan perbandingan sistem-sistem draianase berkelanjutan dengan melihat strength, weakness, opportunity dan treat dari sistem drainase tersebut.Konsep sistem drainase yang dipilih adalah sistem dari negara Inggris, Amerika dan Australia. Metode yang dipilih dari sistem-sistem drainase yang sesuai dengan melihat kriteria teknis, kondisi eksisting dan pemeliharaannya adalah green roof, living wall, rain garden, permukaan permaeble, cisterns, rain garden tree pit, swales, kolam detensi, infiltration trenches, stromwater drainet, constructed wetlands, stormwater system boom.Kata kunci: Sistem Drainase Berkelanjutan, Rancaekek Wetland, metode ABSTRACTRancaekek is one of the Bandung District in to switch the function as industrial areas and followed the population growth that led to changes in land use and eliminates the function of the District Rancaekek as a wetland or marsh in the hydrological cycle as a catchment area and bank water.In solving the need for secondary and primary data collection by surveying the area directly. Analyze the existing condition, doing a comparison of sustainable drainage systems to see strength, weakness, opportunity and treat of the drainage system. The drainage concept selected system is a system of state Britain, America and Australia. Preferred Method of systems appropriate drainage by looking at technical criteria, the existing condition and maintenans is a green roof, a living wall, rain garden, surface permaeble, cisterns, rain garden tree pit, swales, ponds detention, infiltration trenches, stromwater drainet, constructed wetlands, stormwater system boom.Keyword: Sustainable Drainage System, Rancaekek Wetland, method
Studi Mengenai Campuran Beton dengan Kadar Pasir Tinggi dalam Agregat Gabungan pada Cara SNI (Hal. 36-47) Yakti, Dendy Filleka; Saelan, Priyanto
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1339.246 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.36

Abstract

ABSTRAKifat mekanik beton yang paling utama adalah kuat tekannya. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang menentukan kuat tekan beton adalah aktor air-semen (w/c) gradasi agregat, dan kadar pasir dalam agregat gabungan. Perancangan komposisi campuran beton cara SNI dengan kadar pasir tinggi untuk slump 60-180 mm hanya dapat dibuat dengan menggunakan pasir yang modulus kehalusannya 3,5. Perancangan campuran beton dengan kadar pasir tinggi untuk modulus kehalusan pasir 3,5 dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama yaitu dengan meningkatkan langsung kadar pasir melebihi 50% dan kadar agregat kasarnya menjadi berkurang, dengan konsekuensi nilai slump campuran beton akan berkurang. Cara kedua yaitu mengkombinasikan cara SNI dengan cara Dreux. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatkan secara langsung kadar pasir melebihi 50% dalam agregat gabungan untuk ukuran maksimum agregat 20 mm dan 40 mm masih dapat dilakukan hingga mencapai kadar pasir 75% yang merupakan kadar pasir maksimum yang dibolehkan dalam agregat gabungan.Kata kunci: cara SNI, cara Dreux, kadar pasir, kuat tekan. ABSTRACThe main mechanical properties of concrete compressive strength is compressive strength of concrete. Factors that determine the compressive strength of concrete are water-cement ratio (w/c), aggregate gradation, and the sand content in the combined aggregate. The design of the composition of the concrete mix by SNI method with a high sand content for slump 60-180 mm can only be made with sand fineness modulus 3.5. Design concrete mixes with high sand content for sand fineness modulus 3.5 done in 2 method. The first method is to increase direct sand content exceeds 50% and coarse aggregate to be reduced, and consequently slump value of the concrete mix will be reduced. The second method is the combinened of SNI and Dreux method. The test results in this study indicate that the sand content exceeds 50% in the combined aggregate for maximum aggregate size of 20 mm and 40 mm can still be done. Sand content of 75% is the maximum permissible content in the combined aggregate.Keywords: SNI method, Dreux method, sand content, compressive strength.
Pemodelan Numerik Pada Perbaikan Tanah Menggunakan Stone Column Di Tanah Lempung Lunak Di Bawah Tanah Timbunan (Hal. 107-118) Iskandar, Fauziah Fitriani; Hamdhan, Indra Noer
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (909.604 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.107

Abstract

ABSTRAKTanah lempung lunak memiliki sifat gaya geser tanah yang kecil, kompresibilitas yang sangat besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyai daya dukung rendah. Agar tanah lempung lunak dapat digunakan sebagai tanah dasar dari timbunan, maka perbaikan tanah diperlukan. Salah satu perbaikan tanah untuk tanah lempung lunak yaitu stone column. Stone column merupakan kolom-kolom vertikal dari material kerikil. Analisis yang dilakukan menggunakan program PLAXIS 2D AE dengan model Axisymmetric. Analisis yang dilakukan dengan memvariasikan jarak antar stone column dan diameter stone column. Kedua variasi ini menggunakan pengaruh smear zone dan tanpa smear zone. Variasi jarak antar stone column yang digunakan yaitu 2 m, 3 m dan 4 m dan variasi diameter stone column menggunakan diameter 40 cm, 70 cm dan 100 cm. Hasil analisis menunjukan adanya pengurangan penurunan hingga 80% dan pengurangan waktu hingga 2367 hari. Kata Kata Kunci : Tanah Lempung Lunak, Stone Column, Smear Zone, Axisymmetric, penurunan, PLAXIS 2D AE ABSTRACT Soft clay is characterized by low shear strength, a high compressibility, a low coeffiecient of permeability and a low bearing capacity. Soft soil as subgrade of embankment must be improved using soil improvement. One of soil mprovement methods for soft clay soil is stone column. Stone column is a vertical column with gravel material. The Analysis of stone column for soil improvement used PLAXIS 2D AE and Axisymmetric model. The analysis was did by two variation, The variation of spacing between stone column and diameter stone column used in this analysis. Effect smear zone and without smear zone are considered. The Variation spacing of stone column that have been used for analysis are 2 m, 3 m and 4 m and the variation of diameter for stone column are 40 cm, 70 cm and 100 cm. The result show the settlement reduced until 80% and time of consolidation until 2367 days using stone column.Key Words : Soft clay, Stone column, smear zone, Axisymmetric, settlement, PLAXIS 2D AE.
Analisis Fixed Mooring Dolphin Akibat Beban Lateral, Studi Kasus Fuel Jetty PT. Petro Storindo Energi, Sangatta Kalimantan Timur (Hal. 60-71) Cornelis, Henoch Leindrio; Hamdhan, Indra Noer; Kurniadi, Yessi Nirwana
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.443 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.60

Abstract

ABSTRAK Fixed Mooring Dolphin terdiri dari Mooring Dolphin dan Berthing Dolphin. Mooring Dolphin sendiri digunakan sebagai tempat pengikat tali kapal sedangkan Berthing Dolphin digunakan sebagai tempat penambat kapal. Pada penelitian ini dilakukan analisis pada struktur atas dan struktur bawah menggunakan aplikasi SAP 2000 dan aplikasi Pile untuk mengetahui desain mana yang paling stabil. Pada struktur atas dilakukan analisis gaya geser, gaya vertikal, dan momen pada kemiringan dan diameter tiang yang berbeda. Pada struktur bawah dilakukan analisis defleksi, momen, dan gaya geser dan hubungan antara kedalaman dan defleksi pada diameter tiang yang berbeda. Hasil yang didapat pada kemiringan 4:1 dengan diameter 914.4 mm P=1340.328kN, V=63.72kN, dan M=821.427kN m dan diameter 1016 mm P=4620.918kN, V=71.148kN, dan M=1044.1257kN m adalah yang paling stabil.Kata Kunci: Fixed Mooring Dolphin System, Mooring Dolphin, Berthing Dolphin, Daya Dukung Pondasi.ABSTRACT Fixed Mooring Dolphin consist of mooring dolphin and berthing dolphin. Mooring dolphin is where ship chain fastened and berthing dolpin is where the ship anchored. In this research, the structure is analyzed by SAP 2000 and pile software to determine which design is the most stable. Upper structure is analyzed for shear, vertical force, and moment on different pile gradient and diameter. Upper structure is analyzed for deflection, moment, shear, and infulence of depth to deflection on different pile diameter. The result ishow that the most stable pile is design with diameter 914.4 mm, P=1340.328kN, V=63.72kN, dan M=821.427kN m and diameter 1016 mm P=4620.918kN, V=71.148kN, dan M=1044.1257kN m with gradient 4:1.Key Words: Fixed Mooring Dolphin System, Mooring Dolphin, Berthing Dolphin, Bearing Capacity.
Menuju Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan Terhadap Standar Green Building Di Indonesia Dan Malaysia (Hal. 119-130) Ruhendra, Heilia Nur; Akmalah, Emma; Sururi, Rangga
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 1: Maret 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.241 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i1.119

Abstract

ABSTRAK Dampak pemanasan global telah mendorong pergerakan ke arah pembangunan berkelanjutan dengan meningkatkan efisiensi ekonomi, perlindungan terhadap ekosistem, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan adalah proses konstruksi yang berkelanjutan. Bangunan memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan, termasuk menghasilkan emisi karbon yang berbahaya. Hal tersebut telah mendorong dikembangkannya standar green building dan proses sertifikasinya untuk mengurangi dampak dari pembangunan terhadap lingkungan. Tulisan ini menyajikan sebuah tinjauan terhadap green building dan hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan, khususnya mengenai standar terkait efisiensi energi dan kualitas udara, serta proses sertifikasi green building di Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan variabel dan parameter serta proses sertifikasi green building di kedua negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun dari segi variabel Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan tujuan, namun dari segi parameter memiliki perbedaan yang signifikan. Malaysia memiliki standar yang lebih terukur dan proses sertifikasi yang lebih baik.Kata kunci: pemanasan global, green building, standar, sertifikasi. ABSTRACT Global warming and its consequences are encouraging the movement towards a sustainable development, with its increasing economic efficiency, environmental protection, and human well-being improvement. One of the key aspects in sustainability development is sustainable construction. Buildings have extensive impacts on the environment, which includ producing potentially harmful carbon emissions. These facts have prompted the development of green building standards and certifications to mitigate the impacts of buildings on the environment. This paper provides an overview of how green building relates to sustainable development with respect to green building standards (i.e. energy efficiency and air quality) and certification in Indonesia and Malaysia. This research aims to compare the green building variables and parameters as well as the certification procedure between the two countries. The results show that despite having the same purpose in variables, the parameters have significant differences. Malaysia has more measurable standards and improved certification process compared to Indonesia.Keywords: global warming, green building, standards.

Page 1 of 3 | Total Record : 24