cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Socia : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
ISSN : 18295797     EISSN : 25499475     DOI : 10.21831
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial" : 12 Documents clear
MEMANFAATKAN KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA Ririn Wahyu Priyanti *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.339 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3625

Abstract

Peneliti tertarik pada strategi pembelajaran yang kreatif, maka muncullah ide untuk menerapkannya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Sehingga dimanfaatkan kearifan local untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam materi pelajaran "modernisasi dan globalisasi. Penelitian ini termasuk jenis class action research. Rumusan masalahnya adalah; 1) apakah kreativitas siswa dapat meningkat dengan diterapkan metode memanfaatkan kearifan local, 2) bagaimana sisa dapat lebih mengenal budaya lokal dan melestarikannya, 3) apakah prestasi siswa dapat lebih meningkat dengan diterap-kannya metode pembelajaran yang berbeda pada setiap siklus. Tujuannya untuk meningkatkan kreativitas siswa, mengenalkan langsung pada aset budaya lokal dan meningkatkan prestasi siswa. Pada siklus pertama, siswa diberikan kesempatan untuk diskusi kelompok di dalam kelas, siklus kedua siswa diberikan metode studi library dan meresume hasilnya dalam bentuk artikel, siklus ketiga siswa ditugaskan mengunjungi sekaligus meneliti eksistensi aset budaya lokal. Kesimpulan dalam penelitian ini; 1) kreativitas siswa meningkat, 2) siswa lebih mengenal dari dekat dan dapat belajar langsung pada aspek budaya lokal, 3) prestasi siswa meningkat dari siklus ke siklus, siklus pertama 60% siswa aktif, siklus kedua 75% dan siklus ketiga 100%. Saran yang dapat diberikan; perlu disusun model dan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas, penyusunan bahan ajar disesuaikan dengan potensi dan karakteristik daerah, perubahan metode pembelajaran sosiologi sebagai ilmu sosial harus dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal sebagai sumber belajar. Kata Kunci: kearifan lokal, kreativitas, strategi pembelajaran, sosialisasi, "modernisasi globalisasi"
CTL DALAM PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL SEBAGAI PENDUKUNG PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA Isrohli Irawati *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.999 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3591

Abstract

Menjadi guru yang kreatif dan inovatif adalah bagian dari tuntutan profesionalisme seorang guru dalam pembelajaran. Ilmu sosial adalah salah satu ilmu yang penting bagi seorang anak didik. Sebagaimana kita menyadari bahwa kita adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain maka ilmu sosial adalah ilmu yang sangat bermanfaat dalam membentuk karakter yang baik bagi anak didik.CTL adalah salah satu metode pembelajaran yang dalam prosesnya memberikan pengalaman nyata bagaimana seorang anak didik dapat berlatih bersikap sosial yang baik dalam rangka membentuk karakter yang baik. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. CTL juga menawarkan membangun makna yang berkualitas dalam pembelajaran dan sangat tepat bila diterapkan dalam pembelajaran ilmu sosial bagi anak didik sehingga tujuan pembelajaran ilmu sosial dapat tercapai. Pembelajaran ini telah di terapkan di salah satu Sekolah Dasar di Klaten dan menunjukkan hasil yang positif dalam memberikan pengalaman nyata dan membentuk karakter bagi siswa agar dapat mengaplikasikan pelajaran ilmu sosial dalam kehidupannya. Key word: ilmu sosial, pembelajaran, CTL, karakter
INDIGENEOUSASI ILMU SOSIAL SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PERSPEKTIF PHILOSHOPIS Sri Budyartati *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.849 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3626

Abstract

Globalisasi telah mengakibatkan pergeseran budaya. Kebudayaan local dan Ilmu. Sosial semakin kurang membumi dan terpinggirkan dalam kehidupan kaum Pribumi. Indigeneousasi ilmu social dari perspektif Geography, Ekonomi, Sejarah, Politik telah banyak dilakukan namun dari perspektif Philosophis belum banyak dikaji. Artikel ini bermaksud membahas aspek Philosophis yang meliputi Epistemologi, Ontology, Axiologi dalam Ilmu Sosial dalam rangka pengembangan Pendidikan Karakter. Nilai-nilai karakter bangsa sebagaimana disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (2011) meliputi: Religius, Jujur,Toleransi, Disiplin,Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,Demokratis,Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,Cinta Damai,Gemar Membaca,Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung jawab. Tata nilai kesatuan dan persatuan bangsa dapat dikembangkan dari 3 karakter utamanya: Kerja Keras, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air. Kerja Keras: Perilaku yang rnenunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belaiar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Semangat Kebangsaan: Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta Tanah Air: Menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Dengan mengkaji aspek filosofis tadi diharapkan peran Ilmu Sosial dalam pengembangan Pendidikan Karakter bangsa dapat dioptimalkan. Utamanya karakter yang berkenaan dengan tata nilai kesatuan dan persatuan bangsa yang termarjinalkan pada era globalisasi saat ini. Kata kunci: indigeneousasi, pendidikan karakter, perspektive philoshopis
DARI DISKURSUS ALTERNATIF MENUJU INDIGENEOUSAS I ILMU SOSIAL INDONESIA: TEORITISASI 'PROPHETIC POLITICAL EDUCATION' Nasiwan, Grendi Hendrastomo *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.038 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3622

Abstract

Perkembangan llmu-Ilmu Sosial di Asia termasuk di dalamnya di Indonesia dalam waktu yang lama berada dalam pengaruh, dominasi serta mengadopsi ilmu-ilmu sosial yang berkembang di Eropa atau Amerika. Kondisi yang demikian sudah berlangsung dalam waktu yang sangat lama lebih dari satu abad, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kondisi perkembangan Ilmu Sosial yang demikian telah mengundang beberapa intelektual di Asia dan juga Indonesia, untuk mempertanyakan sekaligus mencari jalan keluar, kondisi perkembangan Iimu Sosial yang memprihatinkan, dari suatu kondisi ketidakberdayaan-ketergantungan (captive mind) dengan ilmu-ilmu Sosial Barat. Solusi yang dapat ditawarkan untuk menghadapi kondisi tersebut ialah pentingnya ikhtiar untuk membangun suatu diskursus alternative Ilmu-Ilmu Sosial, di luar arus besar diskursus Ilmu-limu sosial Barat. Dari diskursus alternatif inilah kemudian muncul berbagai gagasan kritis tentang pentingnya melakukan indigeneousasi Ilmu-Ilmu Sosial, salah satunya, muncul gagasan pentingnya Ilmu Sosial Profetik (ISP). Langkah strategic berikutnya adalah bagaimana menurunkan gagasan Indigeneousisasi, Ilmu Sosial Profetik, pada tataran yang lebih institusional dan kurikulum, praxis.Tulisan ini berusaha untuk memberikan kontribusi pemikiran atau semacam konsepsi tentang urgensi Prophetic Political Education sebagai bagian dari langkah untuk melahirkan perspektif teoritis yang sesuai dengan konteks kelndonesian serta berusaha keluar dari dominasi perspektif teori-teori Barat atau Eropa sentris. Kata kunci: Pendidikan Profetik, Indigeneousasi, Ilmu Sosial
REVITALISASI PEMBELAJARAN IPS DI SD SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PESERTA DIDIK YANG BERKARAKTER Lalu Sumardi *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.666 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3602

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah; mengetahui muatan nilai dalam struktur dan muatan kurikulum IPS SD dan mengetahui bagaimanakah guru SD membelajarkan materi IPS. Metode yang digunakan adalah studi dokumentasi dan deep interview. Dari kajian yang dilakukan diketahui bahwa dari 13 SK yang terjabarkan dalam 48 KD, hanya 13 KD berisi nilai yang memberikan direct effect dan 34 KD tidak berisi nilai dan muncul sebagai nurturrent effec. Berkaitan dengan pembelajaran IPS di SD, guru-guru SD membelajarkan IPS dengan strategi yang monoton, baik pada materi-materi yang bermuatan nilai maupun tidak. Pada aspek metode 78,43% guru membelajarkan dengan metode konvensional dan 21, 57% guru membelajarkan dengan metode yang sedikit variatif. Khusus materi yang bermuatan nilai, pun dibe-lajarkan dengan metode konvensional tetapi guru berupaya menginternalisasikan nilai dengan moralizing. Berkaitan dengan media hanya 7,14% guru yang menggunakan media, 92,86% guru sangat jarang menggunakan media. Tidak bervariasinya metode dan minimnya penggunaan media disebabkan guru tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang metode dan media. Ini dikarenakan kurangnya buku referensi dan minimnya pelatihan dan pembinaan, serta belum kuatnya tanggungjawab akademik guru terhadap profesinya. Kata kunci: struktur dan muatan kurikulum IPS SD, guru, siswa, pembelajaran, nilai.
ORIENTALISME DALAM PENGKAJIAN SEJARAH ALAM MELAYU Syed Farid Alatas *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.89 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3627

Abstract

Walaupun pelbagai contoh ketidakjituan atau ketidaksesuaian faham-faham, teori-teori dan andaian-andaian Barat telahpun diperhatikan dalam karya-karya kritis tentang kedudukan ilmu-ilmu kemasyarakatan di alam Melayu-Indonesia, akan tetapi apa yang dimaksudkan di aras fahaman dan empiris oleh kejituan dan ketidakjituan jarang telah menjadi perkara perbincangan ilmiah. Makalah ini bertujuan untuk memajukan pemahaman kita terhadap masalah kejituan ini dan menghurai-kan beberapa masalah yang masih menghinggapi pengkajian sejarah Nusantara ini. Masalah-masalah ini berkaitan dengan kenyataan Orientalisme yang berterusan menguasai pengkajian Melayu-Indonesia. Dalam makalah ini masalah Orientalisme ditakrifkan dan beberapa contoh apa yang dimaksudakan dengan pendekatan bukan Erosentris dihasilkan.
EVALUASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL Muhammad Nursa'ban, Suparmini, Sriadi Se *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.54 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3607

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh gambaran kompetensi Pedagogik guru Geografi SMA di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 didasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Desain penelitian ini yaitu deskriptif dengan pendekatan evaluasi model kesenjangan (discrepancy model of evaluation). Populasi penelitian ini yaitu guru geografi SMA di Kabupaten Bantul, dan sampelnya diambil secara acak dari kelompok sampel sebanyak 28 orang dari 49 Guru Geografi di SMA Negeri maupun Swasta di Kabupaten Bantul. Sumber data diperoleh dari Kepala Sekolah, Guru sejawat, dan Siswa. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Teknik analisis data deskriptif secara kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan karakteristiknya. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa secara umum, kompetensi pedagogik guru geografi SMA di Kabupaten Bantul berdasarkan rata-rata penilaian Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa pada jawaban instrumen sudah pada kategori balk atau berada di sekitar skala 3, sedangkan hasil kiasifikasi kategori sturguess persentase tertinggi terletak pada kategori Cukup. Penilaian responden terhadap kompetensi inti 5 dan 10 dari kompetensi pedagogik guru geografi SMA di Kabupaten Bantul dalam kategori cukup (skala 2). Penilaian yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah lebih tinggi dibandingkan penilaian oleh siswa terhadap kompetensi pedagogik guru geografi SMA di Kabupaten Bantul Kata Kunci: Evaluasi, kompetensi, pedagogik, geografi.
KOMPENTENSI PENDIDIK ILMU-ILMU SOSIAL DALAM ABAD TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENYIAPAN GENERASI BERKARAKTER DI MASA DEPAN Amir Fatah
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.955 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3573

Abstract

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) tidak terlepas dad peran pendidikan. Hal ini karena pendidikan selama ini dipercaya mampu meningkatkan kompetensi, kemampuan, ketrampilan, serta daya saing SDM. Namun seiring dengan perubahan zaman, pendidikan juga dituntut untuk dapat menghasilkan generasi yang berkarakter dan berbudaya. Oleh karena itu menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan terutama bidang ilmu-ilmu sosial untuk dapat mewujudkan tuntutan zaman tersebut. Pemecahan masalah pendidikan dan sosial tidak akan terlepas dari peran pendidik. Hal ini karena proses pendidikan selalu melibatkan peran pendidik. Oleh karena itu kompetensi pendidik mutlak untuk selalu ditingkatkan dengan tujuan terwujudnya proses pendidikan yang berkualitas sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten, berkemampuan, berketrampilan, berdaya saing, berkarakter dan berbudaya. Oleh karena adanya beberapa masalah berkaitan dengan kompetensi pendidik ilmu sosial baik itu rendahnya motivasi pendidik, rendahnya penguasaan terhadap pengetahuan, serta sarana dan prasarana yang terbatas, maka peranan pimpinan sekolah, teman sejawat, peserta didik, keluarga, dan pengambil kebijakan adalah mutlak diperlukan. Dengan keterlibatan pihak-pihak tersebut secara optimal maka diharapkan kompetensi pendidik dapat selalu ditingkatkan sehingga mampu menghasilkan SDM yang berkompeten, berkemampuan, berketrampilan, berdaya saing, berkarakter dan berbudaya. Kata kunci: Kompetensi, Pendidik, Ilmu Sosial, Generasi, Berkarakter.
DESKRIPSI HABITUS DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEKOLAH DASAR Nanang Martono *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.7 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3610

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan habitus yang digambarkan dalam BSE mata pelajaran IPS SD. Keberadaan habitus tersebut diobservasi dalam beberapa kalimat dan gambar yang disajikan dalam BSE. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan memanfaatkan BSE IPS SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian materi dalam BSE IPS SD Iebih banyak menggambarkan atau menyajikan habitus kelas atas. Inilah yang ke-mudian disebut sebagai mekanisme kekerasan simbolik melalui materi pelajaran di sekolah. Kekerasan simbolik terjadi ketika siswa dari kelas bawah dipaksa untuk mempelajari habitus kelas atas.Mekanisme ini dapat terlihat jelas dalam beberapa kalimat dan gambar dalam BSE IPS yang sebagian besar hanya menggambarkan gaya hidup (habitus) masyarakat kelas atas. Sementara gaya hidup kelas bawah, sedikit sekali digambarkan dalam BSE IPS. Fenomena ini mengindikasikan terjadinya ketimpangan sosial dalam materi pelajaran. Habitus kelas bawah, mendapat porsi yang sangat sedikit dalam materi BSE. Kata kunci: habitus, BSE, sekolah dasar, IPS, kekerasan simbolik
GURU SD SEBAGAI "MODEL" DALAM MENINGKATKAN INDIGENEOUSASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Aprilia Tina Lidyasari *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.821 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3580

Abstract

Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari jenjang Sekolah Dasar. Di Sekolah Dasar siswa mengalami perkembangan dalam aspek pribadi-sosial (personal-sosial development), akademik (academic development) maupun karir (carier development) sehingga menjadi generasi bangsa yang mandiri dan aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Perkembangan siswa SD selain keluarga dipengaruhi lingkungan sekolah/ pendidikan. Sebagai contoh, siswa SD sangat patuh sekali terhadap apa yang dikatakan gurunya, karena guru SD bagi mereka adalah sosok yang "digugu dan ditiru". Model guru yang profesional dapat memberikan positif effect bagi perkembangan anak. Namun tidak sedikit guru SD yang memberikan negative effect seperti ketika ke-giatan belajar mengajar galak/suka menghukum jika siswa salah menjawab, memaksakan kehendak, tidak peduli terhadap kebutuhan siswa, merasa paling tahu dan lain sebagainya. Contoh model guru SD yang tidak profesional tersebut tentunya akan menghambat indigeneousasi siswa sehingga potensi siswa menjadi tidak berkembang secara optimal. Bertalian dengan indigeneousasi siswa maka perlu adanya sosok guru yang bisa dijadikan "model yang berkarakter" (teori Bandura) yang dapat memberikan pembelajaran yang mendidik dan memberikan motivasi anak SD dalam mengembangkan indigeneousasinya. Model yang berkarakter yang dimaksud adalah guru yang memiliki kompetensi sebagai seorang pendidik yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kata kunci: karakteristik SD, model berkarakter, modeling.

Page 1 of 2 | Total Record : 12