cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Management of Aquatic Resources Journal (Maquares)
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27216233     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Management of Aquatic Resources diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Jurnal Management of Aquatic Resources menerima artikel-artikel mengenai bidang perikanan, manajemen sumberdaya perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016" : 11 Documents clear
KADAR LOGAM BERAT Pb, Cd DAN KELIMPAHAN PERIFITON PADA EKOSISTEM LAMUN DI TELUK JEPARA Febriana, Himatul Aliyah; Purnomo, Pujiono Wahyu; Suryanti, Suryanti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.425 KB)

Abstract

ABSTRAK Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang memiliki produktivitas primer yang tinggi, hal tersebut didukung oleh keberadaan perifiton yang melekat pada permukaan daun lamun. Pengaruh tersebut dapat berkurang akibat adanya kegiatan perikanan atau aktivitas antropogenik yang menyebabkan pencemaran kandungan logam berat seperti Pb dan Cd. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis lamun, kelimpahan perifiton dan kandungan logam berat pada daun lamun serta hubungan kelimpahan perifiton dengan kandungan logam berat di Teluk Jepara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016 di Teluk Jeparapada lingkungan lamun padat (368 ind/m2), sedang (240 ind/m2), dan jarang (178 ind/m2). Sampling menggunakan metode purposive random sampling dengan menentukan obyek yang diambil sebagai sampel berdasarkan kerapatan lamun. Jenis lamun yang ditemukan di Teluk Jepara adalah Thalassia sp. Rata-rata kelimpahan perifiton pada kerapatan lamun padat, sedang dan jarang adalah 1742 ind/cm2, 1481 ind/cm2, dan 1249 ind/cm2. Perifiton yang ditemukan dari kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Rodhophyceae, Dinophyceae dan Chlorophyceae. Hasil logam berat  Pb dan Cd selama tiga kali sampling diperoleh nilai yang sama yaitu Pb <100 mg/gr dan Cd <10 mg/gr Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa adanya kandungan logam berat Pb dan Cd tidak mempengaruhi keberadaan perifiton pada daun lamun di perairan Teluk Jepara. Kata kunci: Lamun; Perifiton; Logam Berat Pb dan Cd; Teluk Jepara ABSTRACT Seagrass ecosystem is one of the ecosystems that has high primary productivity, supported by the presence of periphyton which attached to the seagrass leaf surface. The influence can less result of fishing activity or anthropogenic activities can also cause contamination of heavy metals like a Pb and Cd. The purpose of this research were to determine the type of seagrass, the abundance of perifiton and heavy metal content in the seagrass leaves and relationship periphyton abundance to the heavy metal content in the Gulf of Jepara. This research uses descriptive method. Research activities carried out arround March-April 2016 in the Gulf of Jepara in dense seagrass environment (368 ind/m2), moderate (240 ind/m2), dan rare (178 ind/m2).    Determining location of sampling using purposive random sampling method to determine the object sampled by different densities of the seagrass. Seagrass species found in the Gulf of Jepara is Thalassia sp. The average abundance of periphyton in dense, medium and rare seagrass density are 1742 ind/cm2, 1481 ind/cm2, and 1249 ind/cm2. Periphyton types were found came from class of Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae, Rodhophyceae, Dinophyceae and Chlorophyceae. The result of heavy metals Pb and Cd for three times of the sampling obtained similar content of heavy metals which are Pb <100 mg/gr and Cd <10 mg/gr. Based on the research results concluded that content of Pb and Cd heavy metals is not affect the existence periphyton on leaves of seagrass in the Gulf waters Jepara.  Key Words: Seagrass; Periphyton; Heavy Metal of Pb and Cd; Gulf of Jepara 
HUBUNGAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DENGAN KELIMPAHAN INFAUNA PADA KERAPATAN LAMUN YANG BERBEDA DI PANTAI BANDENGAN JEPARA Sofiana, Ucik Ramita; Sulardiono, Bambang; Nitisupardjo, Mustofa
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.88 KB)

Abstract

ABTRAK Pantai Bandengan kabupaten Jepara merupakan salah satu habitat bagi lamun. Tegakan daun lamun yang rapat berperan penting untuk mengurangi energi gelombang sehingga dapat mengendapkan partikel organik dan nutrien yang menjadi sumber makanan dari biota infauna. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 di Pantai Bandengan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan bahan organik sedimen dengan kelimpahan infauna pada kerapatan lamun yang berbeda di pantai Bandengan Jepara. Metode yang digunakan yaitu metode Purposive Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila sampel yang akan diambil memiliki pertimbangan tertentu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1 jenis lamun yang ditemukan di Pantai Bandengan  yaitu Thalassia sp dengan kerapatan masing – masing stasiun 1840 ind/5m2, 1200 ind/5m2, 890 ind/5m2. Kandungan bahan organik sedimen pada kerapatan padat, sedang dan jarang berturut – turut adalah 9.81%, 8.00%, 5.71%. Kelimpahan infauna di kerapatan lamun  padat, sedang dan jarang di Pantai Bandengan 26315 ind/m3, 22262 ind/m3, 18304 ind/m3. Berdasarkan hasil uji regresi diperoleh persamaan y = 984.52x - 288.5, menunjukkan bahwa hubungan bersifat positif, artinya setiap kenaikan kerapatan lamun diikuti oleh kenaikan kandungan bahan organik tetapi tidak diikuti oleh kelimpahan infauna. Nilai R² = 0.164206, dan nilai r = 0.405224 menunjukkan bahwa hubungan kandungan bahan organik dengan kelimpahan infauna memiliki keeratan  sedang, karena nilai keeratannya 40.52%. Kata Kunci: Bahan Organik, Kelimpahan Infauna, Kerapatan Lamun , Pantai Bandengan  ABSTRACT The Coastal Bandengan was one of habitat for seagrass. Density seagrass lived could redocing wave energy, so that caould precipitate particles and organic nutrients into the food source of the biota infauna. Research conducted in March 2016 at the Coastal Bandengan this experiment knowed the relationship of the content of organic of sediment  matter with infauna abundance on the density of different at Coastal seagrass Bandengan Jepara. The method used Purposive Random Sampling methods i.e., the sampling technique when a sample taken has certain considerations. The results showed 1 type of seagrass found at Coastal Bandengan i.e. Thalassia sp with the density of each station 1840 ind/5m2, 1200 ind/5m2, 890 ind/5m2. Organic matter of sediment in solid density, medium rare and successive – co-designer were 9.81%, 8.00%, 5.71%. The abundance of infauna in the dense seagrass density, medium rare in the coastal Bandengan 26315 ind/m3, 22262 ind/m3 18304/m3. The results of the regression test obtained the equations y = 984.52 x-288.5, that relations are positive, meaning that increased the density of the seagrass were following by the increasing organic matter, but didn’t follow by an abundance of infauna. The value of R² = 0.164206, and the value of r = 0.405224, that the relationship of the content of organic materials with the abundance of infauna had medium, because the value of the correlation of 40.52%. Keywords: Organic Materials; Epifauna Abundance; Seagrass Density Bandengan Beach
DAMPAK EKONOMI KEBIJAKAN PEMBATASAN UKURAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) 10 cm DI BETAHWALANG, DEMAK Fitriani, Laily; Ghofar, Abdul; Wijayanto, Dian
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (55.703 KB)

Abstract

ABSTRAKSubsektor perikanan dapat berperan dalam pertumbuhan perekonomian bangsa Indonesia karena potensi sumberdaya ikan yang besar dalam jumlah dan keragamannya. Selain itu, sumberdaya ikan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui dengan pengelolaan yang bijaksana, sehingga dapat terus dinikmati manfaatnya. Rajungan adalah salah satu jenis sumberdaya ikan yang potensial untuk dikembangkan. Selain harganya yang relatif tinggi, semua yang terkandung dalam tubuh rajungan juga dapat dikonsumsi. Oleh sebab itu, penangkapan rajungan oleh para nelayan dengan berbagai ukuran marak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak ekonomi terhadap pembatasan ukuran rajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap dengan ukuran 10 cm di Desa Betahwalang, Demak. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 – Juni 2014 Di Betahwalang, Demak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, kuisioner dan wawancara langsung dengan nelayan. Responden dalam wawancara sebanyak 40 orang dengan hasil tangkapan yang berbeda-beda setiap trip-nya. Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian diolah menggunakan statistikparametrik dengan membedakan dua variabel yaitu berat tangkapan (g) dan penerimaan (Rp) dengan regulasi dan tanpa regulasi. Kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa kebijakan pembatasan ukuran rajungan yang tertangkap  tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil tangkapan nelayan, sehingga kebijakan tersebut dapat diterapkan. Kata Kunci : kebijakan, ukuran rajungan, regulasi ABSTRACT Fisheries sector can contribute for  economy growth of Indonesia because Indonesia have a high  fish resources, both in  the amount and diversity.Fish resources are  renewable resource and need to be managed wise for continue benefits. Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of potential fisheries resources.  The blue swimming crab price is relatively high and all part of blue swimming crab crab body also can be consumed. Therefore, blue wimming crabs capture by the fishermen with various size is overexploited.This research purpose was to analys the scenario impact  of  restriction size blue swimming crab application (minimum size of 10 cm) in Betah Walang village, Demak. Research was be done at May 2014 to June 2014. Data collecting methods used observation methods, questionnaire and interview with fisherman. This reserach used 40 people as respondent. Then, data obtained was be analys use parametric statistic, both weight catch (g) and revenue  (Rp) with regulation and without regulation. This research proved if there were not significance difference as the impact of minimum size regulation application. Key words: policy, size of blue swimming crab, regulation
HUBUNGAN KERAPATAN LAMUN DENGAN KELIMPAHAN BAKTERI HETEROTROF DI PERAIRAN PANTAI KARTINI KABUPATEN JEPARA Ariyanti, Vera Nabila; Supriharyono, Supriharyono; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.93 KB)

Abstract

ABSTRAK Perairan pantai Kartini merupakan salah satu pantai yang ada di jawa tengah tepatnya di kabupaten Jepara. Perairan pantai Kartini tumbuh beberapa lamun, namun yang paling mendominasi adalah spesies Thalassia sp. Lamun yang merupakan produsen primer atau yang menempati trofik satu dalam sistem rantai makanan dimanfaatkan oleh biota herbivora namun lebih banyak dimanfaatkan oleh detritus feeder. Salah satu detritus feeder yang penting bagi kelangsungan ekosistem lamun yaitu bakteri heterotrof yang merupakan bakteri pengurai. Oleh karena itu perlu diketahui hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof di perairan pantai Kartini kabupaten Jepara. Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah mengetahui kerapatan lamun perairan pantai Kartini kabupaten Jepara, mengetahui total bakteri heterotrof pada lamun di perairan pantai Kartini kabupaten Jepara, dan mengetahui hubungan kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem lamun dan sampel daun lamun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan cara sampling purposive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2016. Hasil yang diperoleh Kerapatan lamun yang terdapat di perairan pantai Kartini, kabupaten Jepara adalah rata rata 67 tegakan/m2, dengan kerapatan tertinggi adalah 102 tegakan/m2 dan kerapatan terendah adalah 29 tegakan/m2. Kelimpahan total bakteri heterotrof pada lamun di perairan pantai Kartini, kabupaten Jepara yang tertinggi pada pengenceran 104 adalah 173333 x104 upk/ml dan yang terendah adalah 33333 x104 upk/ml. Kerapatan lamun dengan kelimpahan bakteri heterotrof pada perairan pantai Kartini, kabupaten Jepara memiliki hubungan yang kuat karena nilai koefisien korelasi lebih dari 0,600 (r = 0,618). Kelimpahan bakteri dipengaruhi oleh kepadatan lamun, semakin padat lamun maka akan semakin melimpah jumlah bakteri heterotrofnya.Kata kunci: Lamun, Bakteri Heterotrof, Pantai Kartini Kabupaten Jepara.  ABSTRACT The coastal waters of Kartini is one of the coast located in Central Java, Kabupaten of Jepara. Seagrass at the coastal waters dominated by Thalassia sp. As seagrass as a primary producer and the first trophic level organism in the food chain is usually feed by herbivores but it is mostly used by detritus. One of the more important detritus in the ecosystem are the heterothropic bacterias who function as a decomposer. This is why it is important to figure out the correlation between the density of seagrass with the amount of heterothropic bacterias in the waters at the coast of Kartini in Jepara. The purpose of this study is to know the density of seagrass in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara, to know the investigate of heterothropic bacterias on Seagrass in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara and to analyse the correlation between the density of seagrass with the amount of heterothropic bacterias in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara. Materials used for this research are seagrass and samples of seagrass leaves. This research has been conducted in Februari to March 2016. The method used is a descriptive method with purposive sampling. The results obtained were the density of seagrass in the waters at the coast of Kartini was an average of 67 sprouts of seagrass/m2, with the highest density of 102 sprouts of seagrass/m2 and the lowest density of 29 sprouts of seagrass/m2.The total amount of heterothropic bacterias on seagrass in the waters at the coast of Kartini kabupaten Jepara was found at the most of 173333 x 104 upk/ml (diluted at 104) and at the least of 33333 x 104 upk/ml. Density of seagrass has a strong correlation with the amount of heterothropic bacterias in the waters at the coast of Kartini Kabupaten Jepara with a correlation coefficient high than 0,600 (r = 0,618). The amount of bacterias are influenced by the density of seagrass, the higher the density will also increase the amount of heterotrophic bacterias. Key words: Seagrass, Heterotrophic Bacterias, Coast of Kartini Kabupaten Jepara.
HUBUNGAN KERAPATAN LAMUN DENGAN KELIMPAHAN LARVA IKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU JAKARTA Saraswati, Saraswati; Hartoko, Agus; Suharti, Sasanti Retno
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.51 KB)

Abstract

ABSTRAKStadia larva merupakan fase awal daur kehidupan bagi ikan. Larva adalah biota perairan yang bersifat planktonik dan termasuk kedalam jenis meroplankton. Ekosistem Padang Lamun di Pulau Pramuka memiliki fungsi ekologis yang cukup penting di wilayah pesisir, dimana ekosistem ini merupakan salah satu daerah asuhan dan daerah mencari makan bagi larva ikan. Adanya perbedaan tingkat kerapatan lamun dan keberadaan makanan dapat memberikan pengaruh terhadap kelimpahan larva ikan. Sehingga hal tersebut menjadi landasan dilakukannya penelitian mengenai Hubungan Kerapatan Lamun Terhadap Kelimpahan Larva Ikan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan larva ikan pada kerapatan lamun yang berbeda dan mengetahui pengaruh kerapatan lamun terhadap kelimpahan larva ikan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan penentuan titik sampling menggunakan metode purposive sampling. Hasil yang diperoleh adalah pada stasiun I tingkat kerapatan lamun padat (34156 individu/100m2) nilai kelimpahan larva ikan sebesar 756 individu/200m2 terdiri dari 8 famili. Stasiun II kerapatan sedang (26410 individu/100m2) nilai kelimpahan larva ikan yaitu 579 individu/200m2 terdiri dari 6 famili, dan stasiun III ketapatan jarang (6321 individu/100m2) nilai kelimpahan larva ikan sebesar 426 individu/200m2 yang terdiri dari 4 famili. Nilai korelasi antara kelimpahan larva ikan dengan kerapatan lamun yaitu sebesar r = 0,772. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kelimpahan dan komposisi famili larva ikan dengan kerapatan lamun. Semakin tinggi nilai kerapatan lamun maka semakin tinggi pula nilai kelimpahan dan komposisi famili larva ikan. Begitu pula semakin rendah nilai kerapatan lamun maka nilai kelimpahan dan komposisi larva ikan juga semakin rendah. Kata Kunci : Kerapatan Lamun; Larva Ikan; Kelimpahan; Pulau Pramuka ABSTRACTLarval stage is the early phase of the life cycle for the fish. The larvae are aquatic biota that are planktonic and included into the type meroplankton. Seagrass ecosystems in Pramuka Island, has important ecological functions in coastal areas, where the ecosystem is one of the nursery ground and feeding ground for fish larvae. The big difference the density of seagrass and the presence of food can influence abundance of fish larvae. Thus, it will be the base for doing this research on The relations between Seagrass Density and Fish Larvae Abundance in Pramuka, Seribu Island Jakarta. This research aims to determine the abundance of fish larvae in different seagrass densities and determine the influence of the seagrass density on the abundance of fish larvae. The method used is survey method in determining the point of sampling using purposive sampling method. The results obtained are at station I the densities in dense seagrass (34156 individuals/100m2) abundance of fish larvae value at 756 individuals/200m2 consisting of eight families. Station II medium density (26410 individuals/100m2) the value of the abundance of fish larvae is 579 individuals/200m2 consisting of 6 families, and station III precision rarely (6321 individuals/100m2) the value of fish larvae abundance at 426 individuals/200m2 consisting of 4 families. The correlation values between the abundance of fish larvae with the density of seagrass in the amount of r = 0,772. Based on the above, we can conclude that there is a close relationship between the abundance and composition of fish larvae families with seagrass density. The higher the density of seagrass, the higher the families abundance and composition of fish larvae. Similarly, the lower the density value then the value of seagrass abundance and composition of fish larvae are also lower. Keywords: Sea Grass Density; Fish Larvae; Abundance; Pramuka Island.
PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP NILAI PRODUKTIVITAS PRIMER DI WADUK JATIBARANG SEMARANG Rohmah, Wiwi Siti; Suryanti, Suryanti; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.106 KB)

Abstract

ABSTRAK Waduk Jatibarang merupakan salah satu waduk yang tergolong baru di Kota Semarang. Untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas perairan pada waduk dimasa mendatang, penting dilakukan pengukuran tingkat kesuburan perairan waduk secara berkala. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan waduk yaitu dengan melakukan pengukuran produktivitas primer perairan dan kandungan klorofil-a serta parameter fisika-kimia perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016 di Waduk Jatibarang Semarang. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai produktivitas primer perairan berdasarkan perbedaan kedalaman serta untuk mengetahui pengaruh kedalaman terhadap nilai produktivitas primer perairan di Waduk Jatibarang, Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif lokasi sampling, yaitu Stasiun I; Inlet, Stasiun II perairan tengah waduk dan Stasiun III Outlet dalam tiga kali pengulangan dengan rentang waktu satu minggu. Hasil pengukuran produktivitas primer pada ketiga stasiun per kedalaman adalah; kedalaman 0 m berkisar 54,750-90,000 mgC/m3/hari, kedalaman 5 m berkisar 91,500-102,750 mgC/m3/hari, kedalaman 10 m berkisar 39,750-64,500 mgC/m3/hari dan kedalaman 15 m berkisar 20,250-45,5000 mgC/m3/hari. Berdasarkan nilai tersebut maka perairan waduk Jatibarang tergolong sebagai perairan Mesotrofik-Eutrofik. Rata-rata nilai kandungan klorofil-a minggu ke-1 0,6913 mg/m3, minggu ke-2 0,6665mg/m3, dan minggu ke-3 0,4409 mg/m3. Hasil uji regresi sederhana menunjukan terdapat pengaruh variabel kedalaman dan kandungan klorofil-a terhadap produktivitas primer sebesar 51,3%. Kata Kunci : Produktivitas Primer; Klorofil-a; Waduk Jatibarang Semarang  ABSTRACT Jatibarang Reservoir is one of the new reservoirs in Semarang. To prevent the degradation of reservoirs water quality in the future, it is important to measure the dam water fertilization periodically. Like one of the ways to determine the level of fertility of the dam water is by measuring the primary productivity of the water and chlorophyll-a and physic-chemical parameters of the waters. This study was conducted from February to March 2016 in Semarang Jatibarang Reservoir. The aim of this study is to determine the primary productivity of waters based on depth difference and the depth effects on primary productivity of the waters of the Jatibarang reservoir, Semarang. The method used in this study is descriptive method. Sampling locations are station I; Inlet, Station II: middle of reservoir and stations III: Outlet with three repetitions for the period of one week. The results of primary productivity measurements at each stations per depth is; at the depth of 0 m the results ranges from 54.750 to 90.000 mgC/m3/day, at the depth of 5 m from 91.500 to 102.750 mgC/m3/day, at the depth of 10 m from 39.750 to 64.500 mgC/m3/day and at the depth of 15 m from 20.250 to 45.5000 mgC/m3/day. Based on these results, it is concluded that the water of Jatibarang Reservoir is classified as Mesotrofik-eutrophic waters. The average value of chlorophyll-a in the first week is 0.6913 mg/m3, in the 2nd week is 0.6665 mg/m3, and the 3rd week is 0.4409 mg/m3. The results of simple regression test reveals that there is a significant effect of water depth and chlorophyll-a on primary productivity is  51.3%. Keywords: Primary Productivity, Chlorophyll-a, Jatibarang Reservoir Semarang
EFEKTIVITAS KOMBINASI MIKROORGANISME DAN TUMBUHAN AIR Lemna minor SEBAGAI BIOREMEDIATOR DALAM MEREDUKSI SENYAWA AMONIAK, NITRIT, DAN NITRAT PADA LIMBAH PENCUCIAN IKAN Alfian Dony Saputra; Haeruddin Haeruddin; Niniek Widyorini
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.069 KB) | DOI: 10.14710/marj.v5i3.14393

Abstract

ABSTRAK Limbah pencucian ikan bersumber dari kegiatan pencucian bagian luar dan dalam tubuh ikan. Limbah pencucian ikan memiliki kandungan senyawa amoniak, nitrit, dan nitrat yang tinggi sehingga kemungkinan mempunyai efek negatif bagi lingkungan. Sebagian besar industri pengolahan ikan belum melakukan pengolahan limbah cairnya dengan baik. Bioremediasi merupakan metode biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme dan tumbuhan air Lemna minor dalam pengolahan air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan pengaruhdari kombinasi mikroorganisme dan Lemna minor dalam mereduksi senyawa amoniak, nitrit, dan nitrat pada limbah pencucian ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen skala laboratorium dimana wadah percobaan berisi limbah pencucian ikan dengan volume 1 Liter. Desain penelitian yang digunakan yaitu percobaan faktorial 3 x 3 dengan 2 faktor, sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan M1L10, M1L50, M1L100, M5L10, M5L50, M5L100, M10L10, M10L50, dan M10L100, dimana “M” faktor konsentrasi mikroorganisme (1 mL/L, 5 mL/L, 10 mL/L), sedangkan “L” faktor bobot biomassaLemna minor (0,0255 gr/cm2, 0,1273 gr/cm2 , 0,2546 gr/cm2). Variabel utama penelitian adalah amoniak, nitrit, dan nitrat yang didukung oleh temperatur, pH, dan oksigen terlarut. Analisis data dengan menggunakan analisis efektivitas, uji two way Anova, dan uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai efektivitas berkisar antara 40,85% - 74,03% (amoniak), 42,21% - 74,10% (nitrit), dan 3,19% - 34,65% (nitrat). Pengaruh interaksi kombinasi mikroorganisme dan Lemna minor yaitu terdapat pengaruh yang nyata dan efektif dalam mereduksi senyawa amoniak, nitrit, dan nitrat pada limbah pencucian ikan. Kata Kunci: Amoniak; Bioremediasi; Lemna minor; Limbah Pencucian Ikan; Mikroorganisme; Nitrat; Nitrit ABSTRACT Fish washery waste derived from washing inner and outer part of fish body.Fish washery waste containshigh ammonia, nitrite, and nitrate which may have negative effect for the environment.Most of the fish processing industry are not doing the processing of waste water properly yet. Bioremediation is a biological method by using microorganisms and aquatic plant Lemna minor in wastewater treatment. The aims of study is to determine the effectiveness anda effect of the use of microorganism and Lemna minor combination in effort to reduce ammonia, nitrite, and nitrate compound in fish washery waste. The method used is laboratory-scale experiments where the experimental containers containing fish washery waste with a volume of 1 Liter. 3 x 3 factorial with 2 factor method design were used, so there are nine treatment combinations of M1L10, M1L50, M1L100, M5L10, M5L50, M5L100, M10L10, M10L50, and M10L100, where "M" forconcentrationof microorganisms factor (1 mL/L, 5mL/L, 10 mL/L), while the "L" for biomass weight of Lemna minorfactor (0,0255 gr/cm2, 0,1273 gr/cm2 , 0,2546 gr/cm2). The main variable of this study are ammonia, nitrite, and nitrate supported by temperature, pH, and Dissolved Oxygen. The data was analyzed using effectiveness analysis, two way Anova, and Least Signifficant Difference methode. The results show that the concentration of ammonia, nitrite, and nitrate decreased after 96 hours for all treatmentscombination. The effectiveness value, ranged between 40.85% - 74.03% (ammonia), 42.21% - 74.10% (nitrite), and 3.19% - 34.65% (nitrate). There is a signifficant influence and effective in combination of microorganisms and Lemna minor to reduce ammonia, nitrite, and nitrate compound in fish washery waste. Keywords: Ammonia; Bioremediation; Lemna minor; Fish Washery Waste; Microorganism; Nitrate;Nitrite
VALUASI EKONOMI MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG KAWASAN WADUK MALAHAYU, KABUPATEN BREBES Sofiana, Sofiana; Solichin, Anhar; Wijayanto, Dian
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.593 KB)

Abstract

ABSTRAK Waduk Malahayu merupakan waduk yang mempunyai peranan penting baik bagi warga masyarakat sekitar maupun bagi pemerintah Kabupaten Brebes. Hal ini dikarenakan warga masyrakat memanfaatkan Waduk Malahayu sebagai alat pemenuh kebutuhan mereka seperti kegiatan perikanan tangkap, kegiatan pariwisata, kegiatan penggunaan air bersih, kegiatan transportasi waduk dan kegiatan irigasi sawah. Oleh karena itu Waduk Malahayu menjadi waduk yang perlu dilestarikan keberadaannya untuk menjaga sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi tersebut. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2016 di Waduk Malahayu yang bertujuan untuk mengetahui secara ekonomi nilai manfaat langsung kawasan Waduk Malahayu dan secara ekonomi manfaat tidak langsung kawasan Waduk Malahayu. Metode yang digunakan yaitu metode penilaian harga pasar untuk sektor perikanan tangkap, metode biaya perjalanan untuk sektor pariwisata, metode Effect on Production Approach(EOP) untuk sektor air bersih dan metode Contingent Valuation Method(CVM) untuk sektor irigasi. Metode penentuan responden menggunakan teknik purposive sampling untuk perikanan tangkap, convenience sampling untuk pariwisata, cluster sampling untuk air bersih, sensus dan convenience sampling untuk transportasi serta purposive sampling untuk irigasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai ekonomi manfaat langsung sektor perikanan tangkap yaitu sebesar Rp. 1.369.180.000/tahun, sektor pariwisata yaitu Rp. 3.542.398.400/tahun, sektor air bersih sebesar Rp. 210.360.000/tahun dan sektor transportasi sebesar Rp. 375.407.002/tahun. total nilai ekonomi manfaat langsung yaitu Rp. 5.497.345.402/tahun. Nilai ekonomi manfaat tidak langsung yaitu dari sektor irigasi mempunyai Nilai ekonomi sebesar Rp. 1.101.500.000/tahun. Kata Kunci : Valuasi Ekonomi; Manfaat Langsung; Manfaat Tidak Langsung; Waduk  ABSTRACT Malahayu reservoir is a reservoir that has an important role both for the citizens and the government around Brebes. This is because citizens of the community utilizing Malahayu Reservoir as a means of fulfilling their needs as the activities of fisheries, tourism, fresh water, transportation reservoirs and irrigated rice fields plantation. Therefore Reservoir Malahayu into reservoirs that need to be preserved its existence to keep the resources which have economic values. The study was conducted in January-February 2016 in Reservoir Malahayu which aims to determine the economic values of the direct and indirect economic benefits of Malahayu Reservoir area. The method used are the market price valuation method for the fisheries sector, method of travel costs for the tourism sector, the method Effect on Production Approach (EOP) for the water sector and the methods of Contingent Valuation Method (CVM) for the irrigation sector. The method to determine the respondents used purposive sampling techniques for capture fisheries, convenience sampling for tourism, cluster sampling for clean water, census and convenience sampling for transporationt as well as purposive sampling for irrigation. The results showed the economic values of direct benefit fisheries sector is IDR 1,369,180,000 per year , the tourism sector is IDR 3,542,398,400/year, water sector amounting to IDR 210,360,000 per year and the transportation sector amounted to IDR 375,407,002 per year. The total values of the direct economic benefits of IDR 5,497, 345, 402 per year. The economic values of the indirect benefits of the irrigation sector that has economic values of IDR 1,101,500,000per year. Keywords: Economic Valuation, Benefits Direct, Indirect Benefits, Malahayu Reservoirs
ANALISIS TOTAL BAKTERI COLIFORM DI PERAIRAN MUARA KALI WISO JEPARA Widyaningsih, Wiwid; Supriharyono, Supriharyono; Widyorini, Niniek
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.796 KB)

Abstract

ABSTRAK Kali Wiso merupakan sungai yang berada di tengah kota Jepara. Perairan ini menjadi tempat pembuangan limbah-limbah secara langsung. Limbah tersebut diantaranya limbah domestik, limbah pasar, limbah kapal, serta limbah TPI. Berdasarkan masukan limbah tersebut menjadikan muara ini tercemar. Perairan yang tercemar dapat dilihat dari pengamatan secara fisika, kimia, maupun biologis. Kondisi perairan yang tercemar secara biologis dilihat dari keberadaan bakteri patogen yang ada di perairan. Indikator bakteri yang digunakan yaitu bakteri coliform, karena sifatnya yang berkorelasi positif dengan bakteri patogen lainnya. Pemanfaatan perairan ini digunakan untuk kegiatan pelabuhan, tempat bersandar kapal nelayan, serta kegiatan perikanan yang ada di sekitar perairan Jepara. Oleh karena itu perlu diketahui kepadatan bakteri coliform sehingga dapat bermanfaat sesuai dengan peruntukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui total bakteri coliform serta mengetahui adanya bakteri Escherichia coli. Penelitain ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di Muara Kali Wiso dengan dua kali pengulangan dalam kondisi pasang dan surut. Metode yang digunakan yaitu survei dengan teknik sampling purposive sampling. Metode analisa laboratorium yang digunakan berdasarkan SNI -01-2332-1991. Kepadatan bakteri coliform pada perairan muara Kali Wiso yaitu >110.000 sel/100ml dan bakteri Escherichia coli sebesar >110.000 sel/100ml. Pada kondisi pasang dan surut kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli memiliki nilai perikaraan yang sama, namun tidak menandakan bahwa total bakteri keduanya sama. Kepadatan bakteri coliform dan Escherichia coli telah melebihi batas kriteria mutu air yang telah ditetapkan. Keberadaan bakteri patogen ini bisa mengkontaminasi biota-biota yang ada di perairan. Sehingga jika biota tersebut dikonsumsi oleh manusia bisa menyebabkan gangguan kesehatan secara tidak langsung. Kata kunci: Muara Kali Wiso; Bakteri Coliform; Bakteri Escherichia coli ABSTRACT Kali Wiso is the river in the middle of Jepara. This river receives wastes disposal from surrounding across. The waste including domestic waste, market waste, ship waste, and waste from fish market. Based on the inputs of the waste that made the estuary polluted. Polluted waters can be seen from the observation of physical, chemical, and biological. The conditions of the waters which biologically polluted are recognized from the pathogenic bacteria existing in these waters. The indicator of bacteria used, namely coliform bacteria, because of its positive correlation with other pathogenic bacteria. The utilization of these waters is used for the activities of the port, fishing pout, and fishing activities in the waters around Jepara. Therefore, its important to know the density of coliform bacteria so that can be advantageous according to its purpose. The purpose of this study to determine total of coliform bacteria and the existence of Escherichia coli bacteria. This research conducted in March 2016 at Kali Wiso estuary with on the condition of ups and downs with two repetitions. The method used is a survey with purposive sampling technique. Laboratory analysis method used by ISO -01-2332-1991. The density of coliform bacteria in the waters of the Kali Wiso estuary is >110.000 cells/100ml and Escherichia coli bacteria is >110.000 cells/100ml. On the condition of ups and downs density of coliform bacteria and Escherichia coli have the same approximate value, but it does’nt signify that the total of bacteria both are the same. The density of coliform bacteria and Escherichia coli have exceeded the water quality criteria that have been set. The existence of these pathogenic bacteria can contaminate the biota in aquatic. Therefore, this biotics are consumed by humans, it can cause health problem indirectly. Keywords: Kali Wiso Estuary; Coliform Bacteria; Escherichia coli Bacteria
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI SPASIAL LARVA IKAN EKONOMIS PENTING DI PERAIRAN ESTUARI BANJIR KANAL TIMUR KOTA SEMARANG Daryumi, Daryumi; Hutabarat, Sahala; Ghofar, Abdul
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 3, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.563 KB)

Abstract

ABSTRAK Perairan estuari Banjir Kanal Timur berfungsi sebagai daerah asuhan bagi larva ikan. Daerah estuari bersifat fluktuatif sehingga sifat-sifat fisik, kimia dan biologi bervariasi, pada fase larva ikan sangat menentukan kelangsungan hidup dari spesies ikan maupun populasi. Oleh karena itu, mengetahui keberadaan larva ikan ekonomis penting dapat memberi informasi tentang daerah mana yang dapat digunakan sebagai daerah penangkapan dan daerah mana yang harus dilestarikan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2016 di Muara Banjir Kanal Timur Kota Semarang  yang bertujuan untuk mengetahui komposisi dan distribusi spasial larva ikan. Metode yang digunakan yaitu metode Purposive Random Sampling. Hasil penelitian menunjukan jumlah rata-rata larva ikan sebanyak 1851 ind/150m3 terdiri dari famili Apogonidae, Mugilidae, Gerreidae, Lutjanidae, Engraulidae, Nemipteridae, Ambassidae, Gobiidae dan Chanidae. Jenis larva ikan yang yang paling banyak ditemukan adalah Mugillidae (Belanak) 38,92%, sedangkan yang paling sedikit adalah Chanidae (Bandeng) 0,38%.  Larva ikan paling banyak tertangkap di daerah pantai (Titik III) dan yang paling sedikit tertangkap didaerah muara menuju sungai (Titik VI). Perhitungan indeks morista menunjukan larva ikan menyebar secara acak. Struktur komunitas larva ikan yaitu indeks keanekaragaman (H’) berkisar 0,64-1,66, indeks keseragaman (E) berkisar 0,14-0,39, dan indeks dominasi berkisar 0,21-0,67. Berdasarkan hasil uji regresi menunjukkan antara salinitas dengan kelimpahan larva ikan berkorelasi positif, sedangkan kecepatan arus dengan kelimpahan larva ikan berkorelasi negatif. Kata Kunci: Estuari; Larva Ikan; Komposisi; Distribusi; Banjir Kanal Timur Semarang.  ABSTRACT The estuaries of eastern Banjir Kanal served as the nursery ground for fish larvae. Areas of estuaries were fluctuating. So the parameters of the physical, chemical and biological were variation, in fish larvae phas  largely determine  survival rate of fish species or populations. For it to, knowing the existence of economically important fish larvae could providing information about which areas be using as a capture area and which areas that should be preserved. Research conducted in March-April 2016 at the Eastern Banjir Kanal of Semarang, aims to find out the composition and spatial distribution of fish larvae. The method used Purposive Random Sampling method. The research showed the range number of larvae as 1851 ind/150m3 consists of Familia Apogonidae, Mugilidae, Gerreidae, Lutjanidae, Engraulidae, Gobiidae, Ambassidae, Nemipteridae and Chanidae. Types of fish larvae found the most high was Mugillidae (Mullet) 38,92%, while the least was Chanidae (Milkfish) 0,38%. The larvae of most fish caught in coastal areas (point III) and the least caught in the estuary towards the river (Point VI). The calculation of the index morista fish larvae spread randomly. Fish larvae community structures were the index of diversity (H ') range from 0,64-1,66, uniformity index (E) range 0,14-0,39, and dominance index range from 0,21-0,67. Based on the results of the regression analysis showed between salinity with an abundance of fish larvae correlating positively, where the current speed with an abundance of fish larvae  correlating negatively.Keywords: Estuarie;  Fish Larvae; Composition; Distribution; Eastern Banjir Kanal Semarang.

Page 1 of 2 | Total Record : 11