cover
Contact Name
Rokhani Hasbullah
Contact Email
rokhani.h@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltep@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keteknikan Pertanian
ISSN : 24070475     EISSN : 23388439     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Keteknikan Pertanian dengan No. ISSN 2338-8439, pada awalnya bernama Buletin Keteknikan Pertanian, merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB yang terbit pertama kali pada tahun 1984, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN" : 15 Documents clear
Pemodelan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Color Difference Tepung Sagu pada Pneumatic Conveying Recirculated Dryer Abadi Jading; Nursigit Bintoro; Lilik Sutiarso; Joko Nugroho Wahyu Karyadi
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1925.543 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.179-186

Abstract

AbstractPneumatic conveying recirculate dryer (PCRD) is an artificial drying machine which is suitable for flour drying. Previous research has designed PCRD machine to dry the sago flour. The change of sago flour color in PCRD machine is very difficult to be directly measured during the drying process. The aim of this research was to develop an artificial neural network (ANN) model to predict the color difference (ΔE) between wet sago flour before drying and dried sago flour after drying by PCRD machine. The value of ΔE observation was obtained based on the sago color data calculation. The color of sago flour was measured using a color meter (TES 135A). The observation ΔE data were trained and tested on the ANN model using Graphical User Interface (GUI) application, a neuralnetwork- toolbox-based ANN on Matlab R2014a. The training and testing results of the ANN model showed that the best network structure were 12 input neurons, 5 neurons of the first hidden layer, 5 neurons of the second hidden layer, 1 neuron of the third hidden layer, and 1 output neuron (12-5-5-1-1). The value of MSE obtained by the ANN model structure was 0.0005121 with 16 times epoch. The validity test result showed that the coefficient of determination value for the training process (R2 train) equal to 0.987 and for the testing process (R2 test) equal to 0.976. Meanwhile, the optimization analysis result showed that the value of MSE and MRE were quite small, as well as the MSE and MRE value on each parameter variation. It showed that the ANN model is valid to be used to predict the color difference of sago flour drying on PCRD machine.AbstrakPneumatic conveying recirculate dryer (PCRD) adalah salah satu mesin pengering buatan yang cocok digunakan untuk mengeringkan bahan tepung. Pada penelitian terdahulu telah dirancang mesin PCRD untuk mengeringkan tepung sagu. Pengukuran perubahan warna tepung sagu pada mesin PCRD sangat sulit dilakukan secara langsung selama proses pengeringan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model jaringan syaraf tiruan (JST) untuk memprediksi perbedaan warna atau color difference (ΔE) antara tepung sagu basah sebelum dikeringkan dengan tepung sagu kering setelah dikeringkan dengan mesin PCRD. Nilai ΔE observasi diperoleh berdasarkan hasil perhitungan data warna tepung sagu. Warna tepung sagu diukur menggunakan color meter (TES 135A). Data ΔE observasi tersebut dilatih dan diuji pada model JST menggunakan aplikasi Graphical User Interface (GUI) JST berbasis neural network toolbox pada Matlab R2014a. Hasil pelatihan dan pengujian model JST menunjukkan bahwa struktur jaringan yang terbaik adalah 12 neuron input, 5 neuron lapisan hidden layer 1, 5 neuron lapisan hidden layer 2, 1 neuron lapisan hidden layer 3, dan 1 neuron output (12-5-5-1-1). Nilai MSE yang dicapai struktur model JST tersebut, sebesar 0,0005121 dengan epoch 16 kali. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi untuk proses pelatihan (R2 latih) sebesar 0.987, dan proses pengujian (R2uji) sebesar 0.976. Sedangkan hasil analisis optimasi menunjukkan bahwa, nilai MSE dan MRE yang dihasilkan cukup rendah, begitupula nilai MSE dan MRE pada setiap parameter variasi. Hal ini menunjukkan bahwa model JST tersebut valid digunakan untuk memprediksi color difference pengeringan tepung sagu pada mesin PCRD.
Evaluasi Konsep Desain dan Kinerja Ditcher untuk Pembuatan Parit pada Budidaya Kedelai Azmi Asyidda Mushoffa; Wawan Hermawan; Radite Praeko Agus Setiawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2433.282 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.157-164

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to evaluate the design concept and performance of the ditcher that has been designed for soybean cultivation on saturated soil culture. The design concept evaluation was done by experiment on 3 types of prototype ditcher to determine one of the best ditcher design concept. It was selected by a technique weighted performance method. The performance test on the best ditcher prototype was carried out in a field with silty loam soil at average moisture content 65.4% (dry basis) and 470 kPa average cone index. The last crop in the field was rice. The plastic limit and plasticity index of the soil were 34.05% and 19.80% respectively. Depths of operation considered were 20 cm. Tests were conducted at average forward speeds of 0.51 m/s resulting 28.7% average wheel slip. Theoretical field capacity was 0.74 ha/h. The average width and depth of the ditch that was formed were 32.6 cm and 18.3 cm respectively. The soil disturbance created as a result was also reported.AbstrakTujuan penelitian ini adalah mengevaluasi konsep desain dan kinerja ditcher untuk pembuatan parit pada budidaya kedelai jenuh air. Evaluasi konsep desain dilakukan dengan percobaaan pada 3 jenis prototipe ditcher untuk menentukan satu konsep desain ditcher terbaik. Desain terbaik dipilih dengan metode indeks kinerja berbobot. Uji kinerja prototipe ditcher terbaik dilakukan di lahan sawah bekas panen padi dengankelas tekstur tanah liat berdebu, kadar air rata-rata 65.4% (basis kering) dan tahanan penetrasi rata-rata 470 kPa. Batas plastis dan indeks plastisitas tanah masing-masing adalah 34.05% and 19.80%. Kedalaman operasi dipertahankan pada 20 cm. Slip roda traksi rata-rata yang terjadi 28.7% dengan kecepatan maju rata-rata 0.51 m/s. Kapasitas lapangan teoritis diperoleh 0.74 ha/jam. Lebar dan kedalaman parit yangterbentuk adalah 32.6 cm dan 18.3 cm. Parameter tanah terusik sebagai pengaruh operasi ditcher juga dilaporkan di dalam hasil penelitian ini.
Penilaian Organoleptik Keripik Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Pasca Penggorengan Menggunakan Metode Non-Numeric MP-MCDM Rahmat Fadhil; Diswandi Nurba
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1163.209 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.165-170

Abstract

AbstractProcessing of purple sweet potato (Ipomea batatas L.) into chips is a means to improve the economic value. Crispiness is considered as one essential quality parameter for chip products that must be pursued. The thickness of slices and concentration of sodium bicarbonate (NaHCO3) constitute crispiness defining factors. This research was aimed at conducting organoleptic evaluation on a variety of purple sweet potato slice thicknesses and post-frying sodium bicarbonate concentrations using Non-Numeric Multi Person-Multi Criteria Decision Making (MP-MCDM). Research results showed that the Non-Numeric MP-MCDM method had successfully determined decision of the best prioritized decision among different alternative treatments of the ingredient. The preferred decision according to respondent opinions on the basis of organoleptic evaluation including color, aroma, taste, texture and overall acceptance were products from the 3 g/L NaHCO3 concentration with 1 mm (KB) slice thickness and the 3 g/L NaHCO3 concentration with 2 mm (KE) slice thickness and respondents seemed to like (SK) those products.AbstrakPengolahan ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) menjadi keripik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai ekonomi. Kerenyahan adalah salah satu parameter mutu penting bagi produk keripik yang harus diupayakan. Ketebalan irisan dan konsentrasi natrium bikarbonat (NaHCO3) merupakan faktor penentu kerenyahan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian organoleptik berbagai variasi ketebalan irisan ubi jalar ungu dan kosentrasi natrium bikarbonat pasca penggorengan dengan metode Non-Numeric Multi Person-Multi Criteria Decision Making (MP-MCDM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Non-Numeric MP-MCDM telah berhasil menentukan keputusan prioritas terbaik dari berbagai alternatif perlakuan bahan. Keputusan terbaik menurut pendapat responden berdasarkan uji organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan penerimaan keseluruhan adalah konsentrasi NaHCO3 sebanyak 3 g/L pada ketebalan irisan 1 mm (KB) dan konsentrasi NaHCO3 sebanyak 3 g/L pada ketebalan irisan 2 mm (KE) dengan keputusan suka (SK).
Pembuatan dan Pendugaan Lama Simpan Bubuk Asam Sunti dalam Kemasan dengan Metode Sorpsi Desi Idayanti; Emmy Darmawati; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1131.055 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.151-156

Abstract

AbstractAsam sunti is a typical seasoning Aceh cuisine made by processed belimbing wiluh (Averhoa bilimbi. L) in the form of semi-wet. Making asam sunti in powder form as well as other spices such as pepper, turmeric, and ginger others is expected to simplify and expand the asam sunti market as spice. The aim of this research were to make asam sunti powder, to analyze the effect of packing type on the change of water content of asam sunti powder, and to the estimation of shelf life of asam sunti powder in the packaging. Preparation of asam sunti powder was carried out by drieying a semi-wet asam sunti at temperature 70°C for 12 hours. Dried asam sunti was blended and sieved (80 mesh). Measurement of isotherm sorption properties was done using the salts of NaOH (6.9%), NaBr (56%), NaNO2 (64%), NaCl (75.3%), and KCl (83.6%) to regulate the humidity. The packaging tested for asam sunti powder storage was aluminum foil, HDPE and PP. Critical water content to a determine of shelf life of asam sunti powder at 21.26% with powder conditions starting to clot and not accepted by consumers. The estimation of shelf life of asam sunti powder with sorption method for aluminum foil, PP and HDPE packaging were 541.81, 506.83 and 369.24 days at 75% RH storage respectively, while RH of 83% was 364.12, 337.50 and 245.88 days. These results indicate that the best packaging for asam sunti powder was aluminum foil.AbstrakAsam sunti merupakan bumbu khas masakan aceh yang terbuat dari olahan belimbing wuluh dalam bentuk semi basah. Membuat asam sunti dalam bentuk bubuk seperti halnya bumbu lain yaitu lada, kunyit, jahe bubuk, dan yang lainnya diharapkan memudahkan dan memperluas pasar asam sunti sebagai bumbu masakan. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh jenis kemasan terhadap perubahan kadar air asam sunti bubuk dan pendugaan umur simpan asam sunti bubuk dalam kemasan. Pembuatan asam sunti bubuk dilakukan dengan pengeringan suhu 70oC selama 12 jam. Asam sunti kering diblender dan diayak (80 mesh). Pengukuran sifat sorpsi isotermis dilakukan menggunakan garam NaOH (6.9%), NaBr (56%), NaNO2 (64%), NaCl (75.3%), dan KCl (83.6%) untuk mengatur kelembaban. Kemasan yang diuji untuk penyimpanan adalah aluminium foil, HDPE dan PP. Kadar air kritis sebagai penentu umur simpan pada nilai 21.26% dengan kondisi bubuk mulai menggumpal dan tidak disukai konsumen. Pendugaan umur simpan asam sunti bubuk dengan metode sorpsi untuk kemasan aluminium foil, HDPE dan PP berturutturut adalah 541.81, 506.83 dan 369.24 hari pada penyimpanan RH 75%, sedang pada penyimpanan RH 83% berturut-turut 364.12, 337.50 dan 245.88 hari. Hasil ini menunjukkan bahwa kemasan yang terbaik untuk menyimpan asam sunti bubuk adalah jenis aluminium foil.
Studi Kinetika Degradasi Warna Biodegradable Film - Antosianin Untuk Indikator Proses Termal Rozi Satria Utama; Nugraha Edhi Suyatma; Nancy Dewi Yulliana
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.453 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.137-144

Abstract

AbstractAnthocyanins from different sources have been reported for its potential as thermal process indicator. This research aimed in particular to study the color degradation kinetics of anthoyanin from Roselle and in general to provide alternative natural indicator for thermal process. Roselle’s anthocyanin extract was incorporated into 3 biodegradable films (i.e agar, pectin, PVA). Thermal degradation kinetics of anthocyanin’s color (ΔE and Chroma) in biodegradable film was studied at selected temperatures (80oC, 90oC, and 100oC). The color change was observed at minute 0, 30, 60 and 120 by computer vision method. The results showed that anthocyanin incorporated into PVA film had the highest value of activation energy (Ea), while anthocyanin incorporated into pectin film had the smallest value of Ea. Lower value of Ea indicating that the anthocyanin chroma is easily degraded at low temperature. Higher value of Ea indicating that it needshigher energy or higher temperature to degrade the color. The results of this study showed that anthocyanin in PVA film can be selected as indicator for high temperature thermal process (e.g. sterilization), while anthocyanin in pectin film can be used in lower temperature thermal process (e.g. pasteurization). AbstrakPotensi antosianin dari berbagai sumber sebagai indikator proses termal alami telah banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan mempelajari kinetika degradasi warna film-antosianin serta menentukan kombinasibiodegradable film-antosianin terbaik sebagai alternatif indikator proses termal. Pengamatan kinetik ini dilakukan pada suhu 80oC, 90oC, dan 100oC dan parameter degradasi warna yang diukur adalah ΔE danChroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antosianin pada film PVA mempunyai nilai energi aktivasi (Ea) paling besar, sedangkan antosianin pada film pektin mempunyai nilai Ea paling kecil. Nilai Ea degradasiwarna antosianin yang kecil pada film pektin menunjukkan bahwa degradasi warna sudah dapat berjalan pada suhu yang rendah. Sedangkan nilai Ea degradasi warna antosianin yang lebih besar pada film PVA menunjukkan bahwa antosianin pada film tersebut merupakan yang paling sensitif terhadap perubahan suhu dan paling signifikan perubahan warnanya. Namun perubahan warna yang signifikan pada antosianinpada film PVA membutuhkan suhu yang lebih tinggi sehingga lebih tepat untuk digunakan sebagai indikator pada proses termal dengan suhu yang tinggi (misalnya sterilisasi), sedangkan antosianin pada film pektin dapat digunakan pada proses termal dengan suhu yang lebih rendah (misalnya pasteurisasi).

Page 2 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 4 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 3 (2022): Desember 2022 Vol. 10 No. 2 (2022): Agustus 2022 Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022 Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 1 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 1 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 2 (2015): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 27 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 1 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 2 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 2 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 3 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 2 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 1 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 3 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 2 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 1 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 3 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 1 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 2 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 1 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 16 No. 1 (2002): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 2 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 1 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 3 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 2 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 1 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (1997): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (1992): Buletin Ketenikan Pertanian More Issue