Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN HIDROKOLOID TERHADAP SIFAT FISIK DAN SENSORI ES KRIM SANTAN KELAPA Utama, Rozi Satria; Fajri, Prima Yaumil; Agustina, Agustina; rahayu, cucu
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.276 KB) | DOI: 10.33772/jstp.v6i2.17187

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan hidrokoloid terhadap sifat fisik (waktu leleh dan overrun) dan sensori (rasa, tekstur, aroma, dan penerimaan keseluruhan) es krim santan kelapa. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu penambahan hidrokoloid 0%, penambahan guar gum, karagenan, dan CMC dengan konsentrasi masing – masing 0,3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan hidrokoloid berpengaruh signifikan terhadap waktu leleh es krim santan kelapa. Waktu leleh es krim penambahan hidrokoloid 0%, penambahan guar gum, karagenan, dan CMC berturut-turut adalah 44,67 menit, 49 menit, 56,67 menit, dan 51,33 menit. Penambahan hidrkoloid tidak berpengaruh signifikan terhadap overrun es krim santan kelapa. Pada uji kesukaan, penambahan CMC dan karagenan berpengaruh signifikan terhadap nilai kesukaan untuk tekstur dan penerimaan keseluruhan, namun tidak berpengaruh terhadap rasa dan aroma, sedangkan penambahan guar gum tidak berpengaruh terhadap rasa, aroma, tekstur dan penerimaan keseluruhan. Es krim santan kelapa dengan penambahan CMC mempunyai nilai tertinggi untuk parameter tekstur dan penerimaan keseluruhan.
Studi Kinetika Degradasi Warna Biodegradable Film - Antosianin Untuk Indikator Proses Termal Rozi Satria Utama; Nugraha Edhi Suyatma; Nancy Dewi Yulliana
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1742.453 KB) | DOI: 10.19028/jtep.06.2.137-144

Abstract

AbstractAnthocyanins from different sources have been reported for its potential as thermal process indicator. This research aimed in particular to study the color degradation kinetics of anthoyanin from Roselle and in general to provide alternative natural indicator for thermal process. Roselle’s anthocyanin extract was incorporated into 3 biodegradable films (i.e agar, pectin, PVA). Thermal degradation kinetics of anthocyanin’s color (ΔE and Chroma) in biodegradable film was studied at selected temperatures (80oC, 90oC, and 100oC). The color change was observed at minute 0, 30, 60 and 120 by computer vision method. The results showed that anthocyanin incorporated into PVA film had the highest value of activation energy (Ea), while anthocyanin incorporated into pectin film had the smallest value of Ea. Lower value of Ea indicating that the anthocyanin chroma is easily degraded at low temperature. Higher value of Ea indicating that it needshigher energy or higher temperature to degrade the color. The results of this study showed that anthocyanin in PVA film can be selected as indicator for high temperature thermal process (e.g. sterilization), while anthocyanin in pectin film can be used in lower temperature thermal process (e.g. pasteurization). AbstrakPotensi antosianin dari berbagai sumber sebagai indikator proses termal alami telah banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan mempelajari kinetika degradasi warna film-antosianin serta menentukan kombinasibiodegradable film-antosianin terbaik sebagai alternatif indikator proses termal. Pengamatan kinetik ini dilakukan pada suhu 80oC, 90oC, dan 100oC dan parameter degradasi warna yang diukur adalah ΔE danChroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antosianin pada film PVA mempunyai nilai energi aktivasi (Ea) paling besar, sedangkan antosianin pada film pektin mempunyai nilai Ea paling kecil. Nilai Ea degradasiwarna antosianin yang kecil pada film pektin menunjukkan bahwa degradasi warna sudah dapat berjalan pada suhu yang rendah. Sedangkan nilai Ea degradasi warna antosianin yang lebih besar pada film PVA menunjukkan bahwa antosianin pada film tersebut merupakan yang paling sensitif terhadap perubahan suhu dan paling signifikan perubahan warnanya. Namun perubahan warna yang signifikan pada antosianinpada film PVA membutuhkan suhu yang lebih tinggi sehingga lebih tepat untuk digunakan sebagai indikator pada proses termal dengan suhu yang tinggi (misalnya sterilisasi), sedangkan antosianin pada film pektin dapat digunakan pada proses termal dengan suhu yang lebih rendah (misalnya pasteurisasi).
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN JAGUNG MANIS PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) DI KENAGARIAN ANDALEH, KECAMATAN LUAK, KABUPATEN LIMAPULUH KOTA Rozi Satria Utama; Rilma Novita; Nela Eska Putri
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.5.2.230-235.2021

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan pengamalan tridharma perguruan tinggi dan sebagai bentuk transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat, sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Pelaksanaan pengabdian masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan sesuai dengan bidang ilmu yang dikembangkan perguruan tinggi melalui kegiatan penyuluhan ataupun pendampingan kepada masyarakat yang membutuhkan. Program Studi Teknologi Pangan mengarahkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pengembangan dan penganekaragaman produk pangan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai serta diversifikasi bahan pangan. Pengolahan pangan lokal diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, baik secara ekonomi maupun dari segi kesehatan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh kelompok dosen. Pada kegiatan ini dipilih kelompok wanita tani (KWT) di Kanagarian Andaleh, Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluhkota. Berdasarkan observasi di lapangan, masyarakat Andaleh sering memanfaatkan jagung manis sebagai bahan makanan, sehingga mereka tertarik untuk mengetahui dan mempraktikkan berbagai olahan jagung yang terjangkau namun dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan jagung, maka dilakukan pendampingan pengolahan jagung menjadi beberapa makanan ringan. Rangkaian kegiatan yang dilakukan antara lain: observasi, sosialisasi, praktik pengolahan snack jagung, dan praktik pengolahan velva, dan praktik pengolahan es krim jagung. Penganekaragaman pengolahan jagung manis ini dapat menambah ide bisnis untuk meningkatkan perekonomian mitra. Kata kunci: es krim jagung, jagung manis, pengolahan jagung, snack jagung, velva jagung ABSTRACT Community service activities are the practice of the tridharma of higher education. It is a kind of knowledge and technology transfer to the community, delivering additional value to the community. Community service can be carried out in a variety of ways, depending on the field of science developed by the institution, such as through outreach programs or assistance to people in need. The Food Technology Study Program focuses on community service activities such as food production and diversification in order to increase the value and diversity of foods. The processing of local food is supposed to provide value to the community in terms of both economics and health. Community service activities are carried out by groups of lecturers. A women farmer group (KWT) in Kanagarian Andaleh, Luak District, Limapuluhkota Regency was selected for this activity. According to field observations, the Andaleh community consumes sweet corn frequently, so they were interested in learning about corn preparations that are inexpensive but can also increase their income. Assistance has been provided in the processing of corn into several snacks to improve public knowledge about the utilization of corn. The activities included observation, socialization, corn snack production, velva, and corn ice cream production. The diversification of sweet corn products is expected to help partner improve their economies. Keywords: corn ice cream, sweet corn, corn processing, corn snack, corn velva
Analisis Conjoint Terhadap Preferensi Konsumen Pada Kemasan Minuman Kalamansi Siap Minum Di Kota Bengkulu Rozi Utama; Jerry Antonio
Technologica Vol. 1 No. 2 (2022): Technologica
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (830.255 KB) | DOI: 10.55043/technologica.v1i2.47

Abstract

Jeruk kalamansi telah menjadi komoditi yang banyak dikembangkan di provinsi Bengkulu sebagai bahan baku olahan sirup dan produk lainnya. Salah satu produk olahan yang berpotensi dikembangkan dari jeruk kalamansi adalah minuman kalamansi siap minum dalam kemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui preferensi responden terhadap kemasan minuman kalamansi siap minum menggunakan analisis conjoint. Atribut kemasan yang dianalisis pada penelitian ini adalah bentuk, warna, dan volume. Atribut bentuk terdiri dari tiga level yaitu botol, cup, dan spout standing pouch. Atribut warna terdiri dari tiga level yaitu transparan, putih, dan kuning. Atribut volume terdiri dari tiga level yaitu 180 ml, 250 ml, dan 350 ml. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 104 orang responden. Analisis conjoint menghasilkan nilai kepentingan atribut dan nilai utilitas level pada masing – masing atribut. Atribut bentuk merupakan atribut dengan nilai kepentingan tertinggi yaitu 43,48%, diikuti oleh atribut volume 30,27%, dan atribut warna 26,25%. Berdasarkan nilai utilitas pada masing – masing atribut, kemasan yang dipilih responden adalah berbentuk botol, volume 180 ml, dan berwarna kuning.
Inovasi Olahan Stick Kapajang Sebagai Start Up Pemberdayaan Bisnis Rumah Tangga Di Tanjung Anau Kota Payakumbuh Mutia Elida; Rahzarni; Neni Trimedona; Rozi Satria Utama
Technologica Vol. 2 No. 1 (2023): Technologica
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/technologica.v2i1.60

Abstract

Inovasi teknologi pangan olahan sebagai usaha star up bisnis rumah tangga, dilakukan melalui pengolahan sayuran sehingga produk baru yang dihasilkan memberikan nilai tambah (value added) dalam menghasilkan paket teknologi produksi yang digunakan oleh masyarakat pengguna teknologi untuk meningkatkan pendapatan.  Hasil inovasi berupa stick Kapajang (Stick Kacang Panjang) yang sudah memenuhi aspek gizi, mutu serta aspek finansial produk. Tujuan kegiatan pengabdian adalah untuk menumbuhkan start up bisnis rumah tangga melalui inovasi pengolahan sayur kacang panjang sebagai pangan local masyarakat Tanjung Anau Kota Payakumbuh, untuk meningkatkan jumlah dan ragam produksi, serta dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha dan rumah tangga. Metode yang dilakukan adalah pelatihan interaktif dan demonstrasi pegolahan terkait inovasi pengolahan sayuran. Kegiatan pengabdian melibatkan Akademisi, Pelaku Usaha Makanan, Kelompok Wanita Tani dan PKK.  Out put dari kegiatan adalah dihasilkannya produk olahan baru berupa Stick Kapajang dengan karakteristik warna hijau,  panjang 10-13 cm, renyah serta rasa yang gurih, kadar air 4.22%, kadar abu 1.79 %, kadar protein 11.58%,  kadar lemak 25.06% dan kadar karbohidrat 57.35, dengan total energy per 100 gr adalah 184.14 k.kal. Hasil analisa finansial dihasilkan R/C ratio sebesar 1,4, artinya produk ini sangat layak dikembang menjadi star up bisnis rumah tangga
PENGARUH PERENDAMAN PRA PENGERINGAN PADA KADAR KALSIUM OKSALAT TEPUNG PORANG DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA, SUMATERA BARAT Tety Desrita Handayani; Neni Trimedona; Elva Amurita Zebua; Rozi Satria Utama
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 8, No 3 (2023): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v8i3.38093

Abstract

Porang (Amorphophallus oncophyllus) adalah tanaman lokal yang telah banyak dikembangkan sebagai sumber pangan dan juga mendukung konservasi hutan, akan tetapi porang mengandung senyawa kalsium oksalat yang dapat membahayakan konsumen karena dapat menyebabkan rasa gatal dan iritasi pada mulut dan tenggorokan, dan kerusakan ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menurunkan jumlah kadar kalsium oksalat produk tepung porang melalui perendaman pra pengeringan irisan porang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan yaitu perendaman dengan larutan garam dan perendaman dengan larutan asam asetat. Masing – masing perlakuan mempunyai dua level yaitu 5% dan 10%. Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium oksalat tepung porang tanpa perlakuan adalah sebesar 3,88%. Perlakuan perendaman larutan garam 5% dan 10% dan larutan asam asetat 5% dan 10% dapat menurunkan kadar oksalat masing – masing sebesar 44,59%, 43,28%, 41,73% dan 45,29%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan perendaman irisan porang dengan larutan garam atau asam asetat sebelum pengeringan irisan porang memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kadar kalsium oksalat.
Lemea, The Rejang Tribe'S Traditional Food Made From Fermented Bamboo Shoots (Review) Rozi Satria Utama; Prima Yaumil Fajri; Agustina Agustina; Jerry Antonio
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 10 No 1 (2023)
Publisher : UNIVED Press, Dehasen University Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/agritepa.v10i1.3836

Abstract

Lemea is a traditional food made from fermented chopped bamboo shoots and fish. It is a traditional food of the Rejang tribe in Bengkulu, Sumatera. Lemea is not eaten raw due to its strong flavor and aroma, but rather cooked with simple spices and served with fish or shrimp. It is commonly cooked in a spicy sambal lemea and served as a dish with rice. This review aims to spread information about lemea and its various studies. Several researchers have altered the lemea production process to improve product quality, such as blanching raw materials, fish raw materials, and fermentation containers. The fermentation of lemea is spontaneous fermentation. Lactobacillus plantarum C410L1 and Lactobacillus rossiae LS6 have been identified as lactic acid bacteria from lemea. These bacterial isolates have potential as probiotics because of their good resistance to pH, temperature, and salt concentration.
Application of Foam Mat Drying for the Production of Tempoyak Powder Rozi Satria Utama; Prima Yaumil Fajri; Farid Azel
agriTECH Vol 44, No 2 (2024)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/agritech.78705

Abstract

The production of tempoyak powder is a significant attempt to preserve tempoyak. Therefore, this study aimed to determine the proper amount of albumin and maltodextrin to produce tempoyak powder using foam mat drying. This study was divided into two stages, namely producing tempoyak powder by foam mat drying method and determining the characteristics. In the production, egg albumin was used as foaming agent in three concentrations, namely 10%, 15%, and 20%, as well as maltodextrin as a filler in 0% and 5%. Chemical and physical characteristics, such as proximate test, pH, total titrated acid, bulk and tap density, Carr Index (CI), and Hausner Ratio (HR) were investigated. The result showed that moisture content of tempoyak powder ranged from 10.22 to 13.34%. Tempoyak powder with 20% albumin but no maltodextrin had the lowest moisture content. Furthermore, the addition of albumin without maltodextrin increased foam overrun, accelerating drying process and powdered tempoyak with lower moisture concentration. The addition of maltodextrin decreased foam tempoyak overrun, causing drying process to be slower. Tempoyak powder had protein content ranging from 8.71 to 13.12%, and with 20% albumin and no maltodextrin, the highest protein level of 13.12% was obtained. Fat content ranged from 6.99 to 8.15%, with the highest observed in tempoyak powder with 20% albumin and no maltodextrin. The addition of albumin as foaming agent increased protein and fat content. Furthermore, the total titrated acid in powdered tempoyak products was not significantly different from fresh tempoyak. The result suggested that the acid content does not considerably reduce while drying. Tempoyak powders had CI and HR values that ranged from good to excellent, showing good flowability and cohesiveness.
PELATIHAN PEMBUATAN ABON IKAN LELE DI NAGARI PIOBANG KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Utama, Rozi Satria; Handayani, Tety Desrita; Putri, Nela Eska
JURNAL PKM IKA BINA EN PABOLO Vol 5, No 1: PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT | JANUARI 2025
Publisher : IKA BINA EN PABOLO : PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/ikabinaenpabolo.v5i1.6526

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu dharma perguruan tinggi yang bertujuan untuk transfer teknologi serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Program studi Teknologi Rekayasa Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah nagari dalam melaksanakan berbagai kegiatan pengabdian sehingga kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pelatihan pembuatan abon ikan lele di Nagari Piobang Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota. Pelatihan ini merupakan kebutuhan masyarakat dalam menyediakan alternatif sumber protein bagi keluarga serta melakukan diversifikasi olahan ikan lele yang merupakan hasil budidaya masyarakat. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi mengenai tujuan dan manfaat pembuatan abon ikan lele serta penjelasan mengenai manfaat abon ikan lele sebagai sumber protein bagi keluarga yang mendukung program peningkatan kualitas gizi masyarakat. Kemudian dilakukan pelatihan pembuatan abon ikan lele melalui praktek langsung oleh masyarakat pesereta pelatihan. Pelatihan ini berhasil dilaksanakan dengan baik dan masyarakat mampu membuat produk abon ikan lele yang kering dan berkualitas baik. Pengolahan ikan lele menjadi abon merupakan salah satu upaya untuk membuat diversifikasi produk ikan lele yang bernutrisi dan umur simpan yang panjang sehingga dapat menjadi alternatif penyediaan sumber protein bagi keluarga.