cover
Contact Name
Rokhani Hasbullah
Contact Email
rokhani.h@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltep@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keteknikan Pertanian
ISSN : 24070475     EISSN : 23388439     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Keteknikan Pertanian dengan No. ISSN 2338-8439, pada awalnya bernama Buletin Keteknikan Pertanian, merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB yang terbit pertama kali pada tahun 1984, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya.
Arjuna Subject : -
Articles 617 Documents
Identifikasi Kematangan Buah Tropika Berbasis Sistem Penciuman Elektronik Menggunakan Deret Sensor Gas Semikonduktor Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Arief Soedarmaji; Rifah Ediati
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.787 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract The research aimed to design the systems of tropical fruit maturity identification based on electronic nose using Array SnO2 semiconductor gas sensor. The research utilized five TGS sensors, namely TGS2600, TGS2602, TGS813, TGS2611, and TGS2612. The array sensor outputs are acquired by personal computer through interface unit based on microcontroller Atmega 8535. The acquisitions are made every 0.5 seconds for a minute for each sensor output. Then, it was determined the average sensor output as an input for Artificial Neural Network (ANN) which used Multi Layer Perceptron (MLP) architecture with three layers. ANN Training applied Backpropagation algorithm. The results showed the sensor output responses vary by the level of maturity of fruit. The obtained training yielded the architecture of ANN for the fruit maturity identification system were 5 inputs and 4 outputs with a number of hidden layer neurons for oranges and strawberries was 16 while for tomatoes was 32. The identification application showed that the successful identification percentage of orange was 93.75%, 75% of strawberries, and 81.25% of tomatoes. Overall success rate of detecting the level of maturity of fruit (oranges, strawberries, and tomatoes) was 83.33%. Keywords: E-nose system, TGS sensor, fruit maturity, ANN application Abstrak Penelitian bertujuan merancang bangun sistem identifikasi kematangan buah tropika berbasis penciuman elektronik (e-nose) menggunakan deret sensor gas semikonduktor SnO2 menggunakan jaringan syaraf tiruan. Dalam penelitian digunakan deret 5 sensor seri TGS: TGS2600, TGS2602, TGS813, TGS2611, dan TGS2612. Deret sensor diakuisisi dalam komputer melalui unit antarmuka berbasis mukrokontroler Atmega 8535. Akuisisi dilakukan dalam 1 menit tiap 0.5 detik sehingga diperoleh 120 data untuk tiap keluaran sensor. Ditentukan rata-rata keluaran sensor sebagai masukan Jaringan Syaraf Tiruan (JST). Arsitektur JST menggunakan Multi Layer Perceptron (MLP) dengan 3 lapis. Hasil penelitian menunjukkan respon keluaran sensor berbeda-beda untuk tiap tingkat kematangan buah. Pelatihan JST menggunakan algoritma backpropagation. Dari hasil pelatihan didapatkan srsitektur jaringan syaraf tiruan untuk sistem identifikasi adalah 5 input dan 4 output dengan jumlah neuron hidden layer untuk identifikasi kematangan jeruk dan stroberi adalah 16 sedangkan untuk tomat adalah 32. Dari hasil pengujian aplikasi diperoleh persentase keberhasilan identifikasi kematangan buah jeruk sebesar 93.75%, stroberi sebesar 75%, dan tomat 81.25%. Secara keseluruhan persentase keberhasilan sistem dalam mendeteksi tingkat kematangan buah (jeruk, stroberi, dan tomat) adalah sebesar 83.33%. Keyword: sistem penciuman elektronik, sensor TGS, kematangan buah, aplikasi JST Diterima: 04 Oktober 2010; Disetujui: 28 Februari 2011
Penentuan Pola Peningkatan Kekerasan Kulit Buah Manggis Selama Penyimpanan Dingin Dengan Metode NIR Spectroscopy Dwi Dian Novita; Usman Ahmad; Sutrisno .; I Wayan Budiastra
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (800.917 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract Pericarp hardening of mangosteen fruit has correlation with the decrease in moisture content due to transpiration and respiration during storage.  The change of pericarp moisture content during storage may be determined nondestructively using near infrared (NIR) spectroscopy. The objectives of this study were to build calibration model of NIR reflectance to predict the moisture content of the pericarp, and to determine the pattern of pericarp hardening based on change of moisture content during storage using NIR reflectance. NIR reflectance spectra were obtained from fruits stored at 8ºC, 13ºC, and room temperature.  Calibrations were built using partial least squares (PLS) and artificial neural network (ANN) models.  Results of analysis indicated that pericarp moisture content could be predicted well by NIR reflectance using the calibration model of PLS for mangosteen stored at 8ºC, 13ºC, and room temperature. The pattern of pericarp hardening based on change of moisture content also could be determined using NIR reflectance for mangosteen stored at 13ºC and room temperature. Keywords : mangosteen fruit, pericarp hardening, moisture content NIR spectroscopy, PLS, ANN Abstrak Pengerasan kulit buah manggis memiliki korelasi dengan penurunan kadar air kulit buah akibat dari proses transpirasi dan respirasi buah selama penyimpanan. Perubahan kadar air kulit buah selama penyimpanan bisa ditentukan secara non-destutive dengan menggunakan near infrared (NIR) spectroscopy. Tujuan penelitian ini adalah menyusun model kalibrasi reflektan NIR untuk memprediksi kadar air kulit buah manggis, serta untuk menentukan model pengerasan kulit buah berdasarkan perubahan kadar air selama penyimpanan menggunakan reflektan NIR. Spektra reflektan NIR diambil dari buah manggis yang disimpan pada suhu 8oC, 13oC dan suhu ruang. Kalibrasi dibangun dengan menggunakan model partial least squares (PLS) dan artificial neural network (ANN). Hasil analisis mengindikasikan bahwa kadar air kulit buah dapat diprediksi secara baik dengan reflektan NIR menggunakan model kalibrasi PLS untuk buah manggis yang disimpan pada suhu 8oC, 13oC dan suhu ruang. Model pengerasan kulit buah berdasarkan perubahan kadar airnya juga dapat ditentukan dengan reflektan NIR untuk buah manggis yang disimpan pada suhu 13oC dan suhu ruang. Kata kunci : buah manggis, pengerasan kulit, NIR spectroscopy, PLS, ANNDiterima: 19 Oktober 2010; Disetujui: 10 Maret 2011  
Aplikasi Pengolahan Citra Digital dan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Kadar Bahan Organik dalam Tanah Hermantoro .
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.455 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract The objective of this research is to determine organic matter content in soil using image processing and artificial neural network. The images of soil were captured using digital camera and processed using image process algorithm. The images parameter data i.e. red, green, blue, hue, saturation, intensity, mean, entropy, energy, contrast, and homogeneity were extracted from sixty soil sample with different organic matter content. Parameter images data were used as the inputs data for ANN analysis. Output layer of ANN is organic matter content in soil. Based on experiment found that application of image processing and ANN for predicting organic matter content in soil have the high accuracy with coefficient determination of  90.75 % and mean square error (MSE) of 0.002762. Keywords : soil organic matter, images process, artificial neural network Abastrak Tujuan penelitian adalah menentukan kadar bahan organik dalam tanah menggunakan pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan. Citra tanah diambil menggunakan sebuah camera digital dan diolah menggunakan algoritma pengolahan citra. Parameter citra yang digunakan adalah : red, green, blue, saturasi, intensitas, rerata, entropi, energi, kontras, dan homogenitas diambil dari 60 contoh tanah dengan kadar bahan organik yang berbeda. Parameter citra tersebut digunakan sebagai data masukan dalam analisis ANN., sebagai lapisan keluaran dari ANN adalah kadar bahan organik dalam tanah. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pengolahan citra dan ANN dapat digunakan untuk emprediksi kadar bahan organik dalam tanah dengan akurasi tinggi dengan kooefisien determinasi 90,75% dan MSE 0,002761. Kata kunsi : bahan orgaik tanah, pengolahan citra, jaringan syaraf tiruan.Diterima: 12 Agustus 2010; Disetujui: 03 Januari 2011 
Analisis Kecenderungan Data Hujan di Jawa Timur Menggunakan Metode Mann-Kendal dan Rank-Sum Test Indarto .; Budi Susanto; Eka Mustika Diniardi
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1402.291 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract This paper describe temporal variability of rainfall data in East Java region and perform trend analysis using Mean-Kendall-Test. Is there any significant trend amongs periods?  Time series data from (9) nine pluviometres around the East Java region were exploited.  Daily rainfall data from: 01 January 1960 to 31 Decembre 2005 were used as main input for the analysis. Daily, Monthly and Annual data were visualised by means of Exploratory Data Analysis (EDA) and then analysed using Mean-Kendall Test. Results shows that annual rainfall data from a few locations have significant negatif trend. However, Rainfall data from others locations have no significant trend amongs periods of observation. Keywords: Trend Analysis, Rainfall data, East Java, Mann-kendal, Rank SUM.Abstrak Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana data hujan bervariasi sepanjang waktu dan menganalisis secara statistik apakah ada perbedaan dan kecenderungan variasi data hujan pada dua rentang waktu yang berbeda. Sampel data diambil dari 9 alat penakar hujan di Jawa Timur, yang memiliki rekaman data lebih dari 20 tahun. Data hujan harian dari : 01 Januari  1960 sd 31 Desember 2005, divisualisasikan melalui Exploratory Data Analysis (EDA) dan diuji statistik menggunakan metode: Mann-kendall Test.  Hasil analisis menunjukkan bahwa pada beberapa lokasi terjadi kecenderungan data hujan tahunan yang signifikan, sementara pada stasiun lainnya tidak terjadi Trend yang signifikan. Kata kunci: Analisis kecenderungan, data hujan, Jawa Timur, Mann-kendal, Rank-SumDiterima: 30 Agustus 2010; Disetujui: 19 Januari 2011
Pengeringan Lapis Tipis Biji Jagung dengan Alat Pengering Sistem Fluidasi Inge Scorpi Tulliza; Mursalim .
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.939 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract The objective of this study are to analyze the drying characteristics of corn, and then determine the thin layer drying models which represents the characteristics of thin layer drying of corn seed. This experiment were conducted using a laboratory scale fluidized bed dryer.  The drying condition was controlled at four-level temperatures of 40 °C, 50 °C, 60 °C and 70 °C and at air velocity of 2.2 m /s. Characteristics of corn drying in this study indicate that only occurs the drying rate decreased which decreased continuously with decreasing moisture content to near equilibrium moisture content (drying after 2 hours). Two thin layer drying models, namely Henderson-Pabis Model and Page Model were fitted to the experimental data. The results show that the Page model is a best fits model which represents the driying characteristics of thin layer drying of corn seed. Keywords : Drying; Corn seed; Thin Layer Drying Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pengeringan jagung, dan menentukan model pengeringan lapisan tipis yang sesuai dengan karakteristik pengeringan lapisan tipis biji jagung. Penelitian berlangsung dengan mengeringkan biji jagung dalam alat pengering sistem fluidasi untuk empat level suhu pengeringan yang berbeda yaitu 40 °C, 50 °C, 60 °C dan 70 °C pada kecepatan 2,2 m/s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terjadi laju pengeringan menurun yang diawali dengan pengeringan menurun tajam dan kemudian menurun secara perlahan sampai mendekati kadar air keseimbangan (pengeringan setelah 2 jam).  Pola ini semakin terlihat jelas pada suhu pengeringan di atas 50 °C. Dua model pengeringan lapisan tipis yaitu Model Henderson-Pabis dan Model Page diuji dengan mengkorelasikan model yang sesuai dengan data hasil ekperimen.  Hasilnya menunjukkan bahwa Model Page merupakan model yang paling sesuai dengan karakteristik pengeringan lapisan tipis biji jagung. Kata Kunci : Pengeringan, Biji jagung, Lapisan Tipis Diterima: 11 November 2010; Disetujui: 21 Maret 2011  
Analisis Iklim Mikro Kandang Domba Garut Sistem Tertutup Milik Fakultas Peternakan IPB Meiske Widyarti; Yoffa Oktavia
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.469 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstracts Microclimate condition of  cage affecting  the growth of livestocks. Livestocks will be able to develop and grow optimally in a good cage condition. Cages indoor or microclimate should be comfort and fit for livestock  growth and  functioned as a protector from environment influences. A good microclimate condition is influenced by air temperature, moisture content, velocity of air flow, and intensity of light. This study aims to analyze the distribution of temperature, humidity, wind speed and patterns inside the Garut sheep’s cage. Datas are collected on Faculty of Animal Husbandry IPB’s Garut sheep fattening cages. Datas including temperature, relative humidity, wind speed, and solar radiation were taken three days from 07:00 pm until 15:00 pm and analyzed using microsof exel program. The study results showed that the highest indoor cage temperature is 33.330C at 12.00 pm., with relative humidity 73,33%  and wind speed 0,38 m / sec. This condition is not optimal enough for Garut sheeps’s growth. Keywords : animal cage, Garut sheep, micro climate. Abstrak Kondisi kandang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Ternak akan mampu berkembang dan tumbuh secara optimal dalam kondisi kandang yang baik. Kandang yang baik harus sesuai bagi  pertumbuhan ternak antara lain kenyamanan, naungan serta perlindungan dari pengaruh lingkungan. Kondisi kandang yang baik sangat dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran suhu, kelembaban, kecepatan angin dan pola aliran udara di dalam kandang. Pengambilan data dilakukan di kandang penggemukan domba Fakultas Peternakan IPB. Data yang diambil meliputi suhu, RH, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Pengukuran dilakukan mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Setelah itu, data hasil pengukuran dianalisis dan dibandingkan dengan standard . Hasil penelitian menunjukkan suhu tertinggi di dalam kandang adalah 33,33 0C pada pukul 12.00 WIB. Dengan kelembaban relatif 73,33 % dan kecepatan angin 0,38 m/detik. Kondisi ini belum optimal bagi pertumbuhan domba Garut. Kata kunci : Domba Garut, iklim mikro, kandang penggemukan.Diteriam: 14 September  2010; Disetujui: 15 Februari 2011 
Identifikasi Kekritisan Komponen Pada Lini Produksi Pabrik Gula Tebu Menggunakan Metode Equipment Criticality Rating Sally Cahyati; Bambang Pramudya; Setyo Pertiwi; Sam Herodian
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.752 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract ECR is one of Maintenance Performance Index (MPI)’s  criteria in The System of Eco Maintenance (SEM) proposed for sugarcane fabrication. The SEM is a maintenance system that concerns to energy conservation issue in sugarcane  fabrication. Reduction of energy consumption can affect the reduction of pollutant produced by sugarcane fabrication process. MPI and EPI (Environment Performance Index) are  Operational Performance Index (OPI)’s components that calculated by SEM. The OPI will be used for selecting a proper strategy for  revitalization of sugarcane factory. ECR uses  a pairwise comparison assesment  based on experts interview and judgement. Then, it will be calculated by Expert Choice software. The weight of  ECR’s criteria will be multiplied by criteria value from data processing  result in SEM software. The results show that the highest value of ECR is of 41.52 for Mill and Boiler station and the lowest result is of 8.83 for Drying and Packaging station. Finally the value of ECR will be classified into very critical (ECR1), critical (ECR2), less critical (ECR3) and non critical (ECR4), to determine the level of station’s criticality. keywords: ECR, eco maintenance, sugarcaneAbstrak ECR  adalah salah satu dari kriteria Indeks Kinerja Perawatan (MPI) dalam Sistem Eco Maintenance (SEM) yang diusulkan untuk pengolahan gula tebu. SEM adalah suatu sistem perawatan yang peduli terhadap isu konservasi energi dalam pengolahan gula tebu. Pengurangan konsumsi energi dapat berpengaruh terhadap pengurangan polutan yang dihasilkan oleh proses pengolahan gula tebu.  MPI dan EPI (Indeks Kinerja Lingkungan) adalah komponen-komponen dari Indeks Kinerja Operasional (OPI) yang dihitung oleh SEM. OPI akan digunakan untuk menyeleksi strategi yang tepat bagi revitalisasi pabrik pengolah gula tebu. ECR menggunakan penilaian pembandingan berpasangan berbasis pada wawancara dan penilaian pakar. Kemudian, penilaian tersebut  akan dihitung oleh piranti lunak  Expert Choice. Bobot dari kriteria ECR akan dikalikan dengan nilai kriteria dari hasil pemrosesan data dalam piranti lunak SEM. Hasilnya memperlihatkan bahwa nilai tertinggi dari ECR adalah  41.52 untuk stasiun Gilingan dan Ketel Uap dan hasil  terendah adalah 8.83 untuk stasiun Pengeringan dan Pengepakan. Pada akhirnya nilai ECR akan diklasifikasikan menjadi sangat kritis (ECR1), kritis (ECR2), kurang kritis (ECR3) dan tidak kritis (ECR4), untuk menggambarkan tingkat dari kekritisan stasiun. Kata Kunci: ECR, Eco Pemeliharaan, TebuDiterima:26 November 2010 ; Disetujui:30 Maret 2011   
Perbaikan Desain Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Bertenega Traktor Tangan Wawan Hermawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (985.774 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract A prototype of integrated machine for tillage, planting and fertilizer application for corn cultivation powered by hand tractor was modified to improve the planting and fertilizing performances. The fertilizer hopper was redesigned and separated to be two hoppers for urea, and for a mixture of TSP and KCl. The hoppers which had a bigger capacity were placed on left and right sides of the machine. For a better arrangement, the seed hopper was set on the middle part between the fertilizer hoppers. The rotor of fertilizer metering device were redesigned to become an edge cell type rotor, and equipped with a metering cylinder. Materials of the driving wheel were changed by thinner and lighter materials. To improve its driving force, the wheel was equipped by radial lugs and side rims which were set on the main rim. The stationer test result showed that the fertilizer application rate could be varied by setting the rotor opening of the metering device. Capacity of the fertilizer hopper was increased from 5 kg to 12 kg. By modification, the machine weight could be decreased and the vertical load on the handle of the tiller could be decreased from 50 kg (the first prototype) to 31 kg (modified prototype). The application of urea, TSP and KCl could be carried out well, in proper dosage. The theoretical field capacity of the modified prototype was 0.16 ha/hour, and the effective field capacity was 0.13 ha/hour. Keywords: integrated machine, corn planter, fertilizer applicator, modification, performance Abstrak Prototipe mesin pengolah tanah, penanam dan pemupuk jagung terintegrasi dengan tenaga traktor tangan telah dimodifikasi untuk meningkatkan kinerja pananaman dan pemupukannya. Hoper pupuk didesain ulang dan dibagi dua untuk menampung pupuk urea dan campuran pupuk TSP dan KCl. Hoper pupuk dengan kapasitas lebih besar ditempatkan di bagian sisi kiri dan kanan dari mesin. Untuk susunan yang seimbang, hoper benih ditempatkan di tengahnya. Rotor penjatah pupuk dirancang ulang menjadi rotor tipe edge-cell, dan dilengkapi selubung pengatur penjatahan pupuk. Bahan roda penggerak dipertipis dan diperingan. Untuk meningkatkan kemampuan gerak memutarnya, roda tersebut dilengkapi dengan sirip-sirip radial dan pelek samping. Hasil pengujian stasioner menunjukkan bahwa penjatahan pupuk dapat diatur dengan mudah.  Kapasitas hoper pupuk meningkat dari 5 kg menjadi 12 kg. Bobot mesin dapat dikurangi, sehingga beban angkat pada stang traktor berkurang dari 50 kg menjadi 31 kg. Pemupukan urea, TSP+KCl dapat dilakukan dengan dosis yang sesuai.  Kapasitas lapangan teoritis mesin hasil modifikasi adalah 0.16 ha/jam dan kapasitas lapangan efektifnya adalah 0.13 ha/jam. Kata kunci: mesin terintegrasi, penanam jagung, pemupuk, modifikasi, kinerja Diterima: 23 Agustus 2010; Disetujui: 11 Januari 2011  
Eksplorasi Air Tanah di Pandaan Roh Sanstoso Budi Waspodo
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.29 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.1.%p

Abstract

Abstract This geoelectricity survey was conducted to get an idea of the distribution of resistivity (rock resistivity) either vertically or laterally, especially the alleged distribution of layers of rock can serve as carriers of water layer or aquifer. The results of this survey are expected to provide data to the PT Sampoerna, about the possibilities of layout, the existence and depth of carrier layers of water that can be used to meet the supply water for the needs of the Integrated Education Trainning Center. The results of the geoelectricity measurements were generally cannot reach the target depth to be surveyed, where, from the 10 points of sounding wich were conducted, only 3 points could penetrate the >100 m depths in VES VES-2,-6,-7 and VES VES-8. This were likely due to the resistivity characteristics between rock layers which entirely were the product of volcanic activity in the form of breksi, breksi Tuff, lava and tuff were not so different that less could be detected properly. The value of soil or rocks doty resistivity ranged from 0.5 to 868 Wm, volcanic breksi ranged from 1156 to 1944 Wm, volcanic breksi and aquifer I (shallow) ranged from 600 to 770 Wm, tuf ranged from 16 to 80 Wm, breksi Tuff and aquifer II (deep) ranged from 126 to 226 Wm. The possibility of the aquifer I (shallow) spreads were throughout the entire VES with the top depth ranged from 1.74 to 15.66 m. The base depth ranged from 14 to 28.59 m. The aquifer I thickness ranged from 8.37 to 16.36 m. The possibility of the aquifer II (deep) spreads were throughout the entire VES-2, VES-5, VES-6, and VES-7 with the top depth ranged from 17.16 to 72.32 m. The base depth ranged from 80 to 149.08 m. The aquifer I thickness ranged from 22,85 to 131,92 m. For the purposes of the water supply, it is recommended to perform the drilling around the VES-5, VES-6, VES-7 and VES-8 or by the VES-2 because in those areas have the potential of 2 aquifer layers or a thick aquifer layer. Keyword: Aquifer, groundwater, resistivity Abstrak Survey geolistrik ini untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran tahanan jenis (resistivitas lapisan batuan) baik secara vertikal maupun lateral, terutama sebaran lapisan batuan yang diduga dapat berfungsi sebagai lapisan pembawa air atau aquifer. Hasil survey ini diharapkan dapat memberikan data kepada PT. Sampoerna, tentang kemungkinan letak, keberadaan dan kedalaman lapisan pembawa air yang dapat dipergunakan untuk  memenuhi supply air bagi kebutuhan Integrated Education Trainning Center. Hasil pengukuran dari geolistrik secara umum tidak dapat mencapai target kedalaman yang harus disurvey, dimana dari 10 titik sounding yang dilakukan hanya terdapat 3 titik yang dapat menembus kedalaman >100 m yaitu pada VES-2, VES-6, VES-7 dan VES-8. Hal ini kemungkinan disebabkan karakteristik resistivitas antar lapisan batuan yang seluruhnya merupakan produk dari aktifitas vulkanik berupa breksi, breksi tuf, lava dan tuf ini tidak begitu berbeda sehingga kurang dapat terdeteksi dengan baik. Nilai resistivitas soil atau lapukan batuan berkisar antara 0.5–868 Wm, breksi vulkanik berkisar antara 1156–1944 Wm, breksi vulkanik dan aquifer 1 (dangkal) 600–770 Wm, tuf berkisar antara 16–80 Wm, breksi tuf dan aquifer 2 (dalam) berkisar antara 126–226 Wm. Kemungkinan sebaran dari aquifer 1 (dangkal) terdapat di seluruh VES dengan kedalaman top berkisar antara 1.74–15.66 m. Kedalaman base berkisar antara 14– 28.59 m. Ketebalan aquifer 1 berkisar antara 8.37-16.36 m. Kemungkinan sebaran dari aquifer 2 (dalam) terdapat di VES-2, VES-5, VES-6, dan VES 7 dengan kedalaman top berkisar antara 17.16–72.32 m. Kedalaman base berkisar antara 80 – 149.08 m. Ketebalan aquifer 1 berkisar antara 22,85 – 131,92 m. Untuk keperluan supply air, disarankan untuk melakukan pemboran disekitar VES-5, VES-6, VES-7 dan VES-8 atau didekat VES-2 karena pada daerah tersebut memiliki potensi 2 lapisan aquifer atau 1 lapisan aquifer yang tebal. Keyword: Aquifer, groundwater, resisivity Diterima: 06 September 2010 ; Disetujui:08 Februari 2011  
Kinerja Roda Besi Bersirip Gerak Dengan Mekanisme Sirip Berpegas Wawan Hermawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3948.146 KB) | DOI: 10.19028/jtep.024.1.%p

Abstract

Abstract Two sets of movable lug wheel with spring mechanism for hand tractors have been designed and tested. The wheels were set on local hand tractors and tested for tilling paddy fields in Cianjur and Subang districts, West Java. A local fixed lug wheel was also tested in each location. The movable lug wheel for Cianjur location was equipped with a pair of coiled type torsion springs on each lug, while the movable lug wheel for Subang location was equipped with a shaft type torsion spring on each lug. Field performances: theoretical and actual field capacities, wheel slip, and wheel shrinkage, were measured during the test. The test result in Cianjur showed that the movable lug wheel had a better traction performance than the fixed lug wheel. The average wheel slip of the movable lug wheel was 11.54%, while the average wheel slip of the fixed lug wheel was 20.89%. Field efficiency of the movable lug wheel was 76.33%, which was bigger than the fixed lug wheel (68.45%). However, the test result using shaft type torsion springs in Subang showed that the spring mechanism did not work well, and the spring mechanism should be modified on its torsion-shaft diameter and welding strength. Keywords: lug wheel, movable lug, field performance, torsion spring, tillage Diterima: 6 November 2009; Disetujui: 29 Maret 2010

Page 4 of 62 | Total Record : 617


Filter by Year

1992 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 3 (2022): Desember 2022 Vol. 10 No. 2 (2022): Agustus 2022 Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022 Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 1 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 1 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 2 (2015): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 27 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 1 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 2 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 2 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 3 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 2 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 1 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 3 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 2 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 1 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 3 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 1 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 2 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 1 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 16 No. 1 (2002): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 2 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 1 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 3 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 2 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 1 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (1997): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (1992): Buletin Ketenikan Pertanian More Issue