cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Filsafat
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Jurnal Filsafat is a scientific journal that first published in 1990, as a forum for scientific communication, development of thinking and research in philosophy. Jurnal Filsafat is published twice a year, in February and August with p-ISSN: 0853-1870, and e-ISSN: 2528-6811 The Editorial Team of Jurnal Filsafat accepts manuscript in the field of philosophy which has never been published in other media. Editorial Team has the right to edit the manuscript as far as not changing the substance of its contents. Jurnal Filsafat Address: Notonagoro Building, 2nd Floor, Faculty of Philosophy, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Jl. Olahraga Bulaksumur, Yogyakarta, 55281; Email: jurnal-wisdom@ugm.ac.id; Website: jurnal.ugm.ac.id/wisdom; Phone: (0274) 515368 / (0274) 546 605.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 1 (2012)" : 11 Documents clear
Filsafat Ekonomi Pancasila Mubyarto ., Hastangka
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis filsafat Ekonomi Pancasila Mubyarto. Mubyarto adalah seorang tokoh filsuf Ekonomi Pancasila. Ia mengembangkan gagasan teori dan paradigma Ekonomi Pancasila sejak tahun 1980-an. Secara konseptual, Ekonomi Pancasila menjadi aspek yang mendasar dalam paradigma ekonomi Indonesia. persoalan tentang Ekonomi Pancasila Mubyarto muncul ketika mempertanyakan pertumbuhan ekonomi, persamaan, dan keadilan ekonomi. Bagaimana gagasan Ekonomi Pancasila dapat menjelaskan tentang teori pertumbuhan di antara masyarakat industri dan pertanian. Banyak ekonom menggarisbawahi bahwa Ekonomi Pancasila tidak bekerja pada dimensi pertumbuhan. Tulisan ini akan membahas tentang apa hakekat dari Ekonomi Pancasila Mubyarto, bagaimana Ekonomi Pancasila bekerja dalam sistem perekonomian Indonesia, dan bagaimana Mubyarto mengembangkan teorinya dalam bentuk praktis dan bagaimana para ekonom dan ilmuwan Indonesia menanggapi secara kritis teori Ekonomi Pancasila. Tulisan ini merefleksikan bahwa Ekonomi Pancasila Mubyarto adalah suatu pendekatan untuk melihat fenomena perilaku ekonomi pada masyarakat Indonesia dan Ekonomi Pancasila Mubyarto adalah sebuah alternatif pendekatan alternatif untuk mempelajari ekonomi berbasiskan ke-Indonesia-an, serta gagasan teori tandingan daripada teori ekonomi neo-klasik.Kata kunci: pemikiran Mubyarto, Ekonomi Pancasila, teori pertumbuhan, filsafat
Hakikat Penyuluhan Pembangunan dalam Masyarakat Siswanto, Dwi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mencari hakikat penyuluhan pembangunan dengan cara menjelaskan arti penyuluhan pembangunan; memaparkan; menjelaskan dan menganalisis tentang fungsi dan prinsip-prinsip penyuluhan pembangunan dalam masyarakat; serta memaparkan unsur-unsur penting dalam penyuluhan pembangunan.Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, diperoleh hakikat penyuluhan pembangunan sebagai berikut. Pertama, penyuluhan pembangunan mencakup  proses penyebarluasan informasi; proses penerangan; proses perubahan perilaku; proses pendidikan; dan proses rekayasa-sosial. Kedua, fungsi penyuluhan pembangunan adalah perubahan perilaku masyarakat sasaran yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Ketiga, prinsip-prinsip penyuluhan pembangunan mencakup: minat dan kebutuhan; organisasi masyarakat bawah; perubahan budaya; kerja sama dan partisipasi; demokrasi dalam penerapan ilmu; belajar sambil bekerja; penggunaan metode yang sesuai; kepemimpinan; spesialis yang terlatih; penyuluhan harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial; dan penyuluhan harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. Keempat, unsur-unsur dalam penyuluhan pembangunan meliputi penyuluh, sasaran, metode, media, tempat dan waktu.Kata kunci: penyuluhan, fungsi, prinsip-prinsip, dan unsur-unsur penyuluhan pembangunan
Metafisika Simbol Keris Jawa Siswanto, Nurhadi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persoalan esensial dalam pengkajian metafisika simbol didasarkan pada dua pertanyaan pokok yaitu: (1) apakah simbol imanen dalam kemanusiaan saja (hanya berakar dan terbatas dalam roh manusia saja) ataukah simbol juga berakar kepada yang transenden (yang mengatasi manusia dan kehidupannya)?; dan (2)  apakah simbol hanya berdimensi horizontal saja ataukah berdimensi vertikal juga?Penciptaan keris merupakan perpaduan dari keinginan, harapan, tujuan, dan manfaat yang diinginkan dari sang pemesan keris dengan olah rasa, karsa, dan cipta sang empu yang terwujud dalam simbol-simbol pada luk, dhapur, dan pamor keris. Sang empu dalam proses tersebut, masuk dalam dimensi simbol-simbol umum yang berlaku dalam masyarakat Jawa. Keris Jawa bila dianalisis dari sudut metafisika simbol, maka terlihat simbolisasi keris Jawa pada golongan awam (masyarakat umum) lebih bersifat vertikal-transendental; pada golongan khusus (kaum intelek) simbolisasi keris Jawa berdimensi ganda yaitu vertikal-transendental, sekaligus horizontal-imanen; sedangkan pada golongan baru (yang menganggap keris adalah benda seni), simbolisasi keris Jawa lebih berdimensi horizontal-imanen.Kata kunci: keris, simbol, metafisika
Dimensi Tanda dalam Perspektif Analitika Bahasa Ludwig Wittgenstein dan Pengaruhnya dalam Tanda Kontemporer Mustansyir, Rizal
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini diarahkan kepada pemikiran Wittgenstein tentang tanda.Pemikiran tentang tanda berkembang dalam tradisi semiotik. Semiotik dan filsafat bahasa merupakan tradisi yang berbeda, namun memiliki kesamaan dalam hal  menaruh perhatian terhadap  masalah makna. Pemikiran Wittgenstein dalam kedua periode pemikirannya memberikan pemahaman terhadap tanda dengan cara yang berbeda. Wittgenstein I mengatakan bahwa kompleksitas tanda tidak dapat  begitu saja diselesaikan dalam analisis, karena penyelesaian tersebut akan menjadikannya berbeda dalam setiap struktur proposisinya. Menurut  Wittgenstein II, tidak semua tanda mendatangkan kesan yang kuat pada diri kita. Misalnya tanda dalam logika aljabar membentuk kesan seketika yang dapat digantikan dengan yang lainnya tanpa menimbulkan reaksi yang kuat pada diri kita. Dewasa ini, tanda dalam budaya kontemporer berkembang menjadi tanda yang membingungkan, tanda semu, tanda kefasihan, dan alih tanda.Kata Kunci: tanda semu, tanda kefasihan, dan alih tanda
Konsep Manusia dalam Gunungan: Sebuah Refleksi Filosofis terhadap Kearifan Lokal Yumarma, Andreas
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gunungan memiliki peran dan fungsi yang penting dalam pertunjukan wayang. Kedudukan seperti itu tampak pada  gunungan yang selalu ditempatkan di tengah pada awal dan akhir pertunjukan. Gambar gunungan dilukiskan sebagai berikut: pada bagian separuh atas gunungan terdapat cabang-cabang  pohon kehidupan  yang tersebunyi di balik pintu. Binatang kera dan burung berada di antara cabang-cabang pohon tersebut. Dua ular dan binatang besar seperti harimau dan banteng terlihat berhadapan satu sama lain. Pada bagian bawah gunungan terdapat dua raksasa yang menjaga pintu, lantai, pilar dan bunga padma. Gambaran warna-warni tersebut merupakan simbol tatanan kosmik, pertumbuhan, kehidupan, dan lain sebagainya.Refleksi filosofis tentang gunungan, oleh karenanya, memberikan pencerahan pada konsep manusia, eksistensinya di dunia, serta beberapa konsekuensi religius dan etik bagi sikap dan perilaku manusia. Gunungan memuat beberapa gagasan filosofis seperti struktur eksistensi manusia, konsep tentang sangkan paraning dumadi, pribadi kosmik, koeksistensi manusia serta konsep tentang religiusitas. Konsep-konsep tersebut merupakan topik-topik kearifan lokal dalam gunungan yang sebaiknya ditemukan kembali dalam rangka memberikan kontribusi arah alternatif bagi perkembangan manusia dan kemajuan masyarakat.Kata kunci: gunungan, sangkan paraning dumadi, pribadi kosmik, eksistensi manusia, koeksistensi, sedulur papat lima pancer
FILSAFAT EKONOMI PANCASILA MUBYARTO Hastangka, Hastangka
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12984

Abstract

The purposes of this paper is to find and analyze on Mubyarto’s philosophy of Pancasila Economics. Mubyarto is the great philosopher in Pancasila’s Economics. Conceptually, Pancasila’s Economics become fundamental aspects in Indonesia’s economics development paradigm. The issues on Mubyarto’s Pancasila’s Economics emerge when questioning economy growth, equality, and economy justice; and how Pancasila’s Economics can explains economics growth between industrial and agricultural principal. This paper discussed about the essence of Pancasila’s Economics, how it works, how Mubyarto’s theorizing Pancasila’s Economics into practice, and how does economists, and scholar’s responses on Pancasila Economics. Finally, we conclude that Mubyarto’s Pancasila’s Economics is an approach to see phenomena of economy in Indonesian society and Mubyarto’s Pancasila’s Economics is an alternative approach to learn economic against conservatism and neo-classical theory of economy.
HAKIKAT PENYULUHAN PEMBANGUNAN DALAM MASYARAKAT Siswanto, Dwi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12985

Abstract

The essence of development education can be obtained by explaining its meaning; explaining and analyzing its functions and principles in the community; and describing its essential elements. Based on the study that have been conducted, the essence of development education can be described as follows. First, development education is a process of information dissemination; process of explanation; process of behavioral change; the educational process; and social-engineering process. Second, its functions is to change people's behavior better to improve the quality of life. Third, its principles include: the interests and needs; grassroots organizations; culture changes; cooperation and participatory democracy in the application of science; learning by doing; the use of appropriate methods; leadership; trained specialists; education must consider the family as a social unit; education should be able to realize satisfaction. Fourth, the elements in development education are extension, objectives, methods, media, place and time.
METAFISIKA SIMBOL KERIS JAWA Siswanto, Nurhadi
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12986

Abstract

Essential issue in the study of the metaphysics of symbol is based on two main questions: (1) is a symbol immanent in human (and limitedly rooted in the human spirit) or symbol is also rooted to the transcendent (which address the human and his life)?; and (2) is a symbol just has horizontal dimension or vertical dimension as well?The creation of keris is a mixture of desires, hopes, goals, and desired benefits from the buyer if the dagger with a sense, initiative and creativity embodied in the master symbols at luk, dhapur, and pamor. The master in the making process, entered the dimensions of the symbols commonly applicable in the Javanese community. Javanese keris analyzed from the point of the symbol, can be concluded that the symbol visible at the class of ordinary Javanese (the public) is more vertical-transcendental, and the special group (the intellectuals) Javanese symbol doubles the vertical dimension-transcendental, as well as horizontal-immanent, while the new class (the keris is considered as art), Javanese symbolism over the horizontal dimension-immanent.
DIMENSI TANDA DALAM PERSPEKTIF ANALITIKA BAHASA LUDWIG WITTGENSTEIN DAN PENGARUHNYA DALAM TANDA KONTEMPORER Mustansyir, Rizal
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12982

Abstract

This article focused on Wittgenstein’s thought about sign. The thinking of sign is developed in semiotics tradition. Semiotics and philosophy of language are different tradition, but they have similarity, namely concern with problem of meaning. Wittgenstein’s thought in his two periods understood about sign in different way.Wittgenstein I said that sign of complexity is not arbitrarily resolved in the analysis, in such a way that its resolution would be different in every propositional structure. According to Wittgenstein II, not all signs have impressed themselves on subject so strongly. A sign in the algebra of logic form instance can be replaced by any other one without exciting a strong reaction in subject. Nowadays, signs in contemporary culture are developing into confusing signs, pseudo-signs, eloquent-signs, and codeswitching.
KONSEP MANUSIA DALAM GUNUNGAN: SEBUAH REFLEKSI FILOSOFIS TERHADAP KEARIFAN LOKAL Yumarma, Andreas
Jurnal Filsafat "WISDOM" Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jf.12983

Abstract

Gunungan has important role and function in the wayang performance. Such a primacy is shown from its place in the performance which is always in the middle of the screen at the beginning and the end of performance. The colorful images of gunungan symbolize cosmic order, growth, life, and so on. Philosophical reflection of gunungan, therefore, sheds a light to the concept of human being, its existence in the world, and some ethical and religious consequences to human attitudes. There are some philosophical ideas such as structure of human existence, concept of the origin and destination of all beings (sangkan paraning dumadi), cosmic person, and human co-existence, as well as the concept of religiousity. Those concepts are topics of local wisdom in gunungan that should be reinvented in order to contribute alternative directions for both human development and societal progress.

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 2 (2021) Vol 31, No 1 (2021) Vol 30, No 2 (2020) Vol 30, No 1 (2020) Vol 29, No 2 (2019) Vol 29, No 1 (2019) Vol 29, No 1 (2019) Vol 28, No 2 (2018) Vol 28, No 1 (2018) Vol 27, No 2 (2017) Vol 27, No 2 (2017) Vol 27, No 1 (2017) Vol 26, No 2 (2016) Vol 26, No 2 (2016) Vol 26, No 1 (2016) Vol 25, No 2 (2015) Vol 25, No 1 (2015) Vol 24, No 1 (2014) Vol 24, No 1 (2014) Vol 23, No 3 (2013) Vol 23, No 2 (2013) Vol 23, No 1 (2013) Vol 22, No 3 (2012) Vol 22, No 3 (2012) Vol 22, No 2 (2012) Vol 22, No 2 (2012) Vol 22, No 1 (2012) Vol 22, No 1 (2012) Vol 21, No 3 (2011) Vol 21, No 3 (2011) Vol 21, No 2 (2011) Vol 21, No 2 (2011) Vol 21, No 1 (2011) Vol 21, No 1 (2011) Vol 20, No 3 (2010) Vol 20, No 3 (2010) Vol 20, No 2 (2010) Vol 20, No 2 (2010) Vol 20, No 1 (2010) Vol 20, No 1 (2010) Vol 19, No 3 (2009) Vol 19, No 3 (2009) Vol 19, No 2 (2009) Vol 19, No 2 (2009) Vol 19, No 1 (2009) Vol 19, No 1 (2009) Vol 18, No 3 (2008) Vol 18, No 3 (2008) Vol 18, No 2 (2008) Vol 18, No 2 (2008) Vol 18, No 1 (2008) Vol 18, No 1 (2008) Vol 17, No 3 (2007) Vol 17, No 2 (2007) Vol 17, No 1 (2007) Vol 16, No 3 (2006) Vol 16, No 3 (2006) Vol 16, No 2 (2006) Vol 16, No 1 (2006) Vol 14, No 3 (2004) Vol 14, No 2 (2004) Vol 14, No 1 (2004) Vol 13, No 3 (2003) Vol 13, No 2 (2003) Vol 13, No 1 (2003) Vol 10, No 2 (2000) Jurnal Filsafat Seri 30 Oktober 1999 Jurnal Filsafat Seri 29 Juni 1999 Jurnal Filsafat Seri 28 Juli 1997 Jurnal Filsafat Seri 28 Juli 1997 Jurnal Filsafat Seri 27 Maret 1997 Jurnal Filsafat Seri 27 Maret 1997 Jurnal Filsafat Edisi Khusus Agustus 1997 Jurnal Filsafat Seri 26 Desember 1996 Jurnal Filsafat Seri 26 Desember 1996 Jurnal Filsafat Seri 25 Mei 1996 Jurnal Filsafat Seri 25 Mei 1996 Jurnal Filsafat Seri 24 Februari 1996 Jurnal Filsafat Seri 24 Februari 1996 Jurnal Filsafat Seri 23 November 1995 Jurnal Filsafat Seri 23 November 1995 Jurnal Filsafat Seri 22 Agustus 1995 Jurnal Filsafat Seri 22 Agustus 1995 Jurnal Filsafat Seri 21 Mei 1995 Jurnal Filsafat Seri 21 Mei 1995 Jurnal Filsafat Seri 20 Desember 1994 Jurnal Filsafat Seri 20 Desember 1994 Jurnal Filsafat Seri 19 Agustus 1994 Jurnal Filsafat Seri 19 Agustus 1994 Jurnal Filsafat Seri 18 Mei 1994 Jurnal Filsafat Seri 18 Mei 1994 Jurnal Filsafat Seri 17 Februari 1994 Jurnal Filsafat Seri 17 Februari 1994 Jurnal Filsafat Seri 16 November 1993 Jurnal Filsafat Seri 16 November 1993 Jurnal Filsafat Seri 15 Agustus 1993 Jurnal Filsafat Seri 15 Agustus 1993 Jurnal Filsafat Seri 14 Mei 1993 Jurnal Filsafat Seri 14 Mei 1993 Jurnal Filsafat Seri 13 Februari 1993 Jurnal Filsafat Seri 13 Februari 1993 Jurnal Filsafat Seri 12 November 1992 Jurnal Filsafat Seri 11 Agustus 1992 Jurnal Filsafat Seri 10 Mei 1992 Jurnal Filsafat Seri 10 Mei 1992 Jurnal Filsafat Seri 9 Februari 1992 Jurnal Filsafat Seri 8 November 1991 Jurnal Filsafat Seri 7 Agustus 1991 Jurnal Filsafat Seri 6 Mei 1991 Jurnal Filsafat Seri 5 Februari 1991 Jurnal Filsafat Seri 5 Februari 1991 Jurnal Filsafat Seri 4 November 1990 Jurnal Filsafat Seri 3 1990 Jurnal Filsafat Seri 1 1990 More Issue