cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia" : 6 Documents clear
POLA ALIH FUNGSI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERKOTAAN DI PULAU JAWA STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT Engkus Kusnadi Wikarta
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13270

Abstract

ABSTRAK Penelitian int bertujuan untuk mengetahui (a) rencana dan realisasi pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai komponen pembangunan kota berkelanjutan, (b) proses alih fungsi dan pola pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan menjadi ruang terbangun, dan (c) upaya dan ketegasan pemerintah daerah dalam mengatasi terjadinya alih fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun di wilayahnya. Kota Bandung dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian, dan metode penelitian yang digunakan ialah survey deskriptif yaitu melalui penelusuran historis perkembangan Kota Bandung sejak mulai terbentuk sampai saat penelitian, dengan cara studi literatur dan mengungkap dokumen, catatan, makalah-makalah, dan penyafian di Surat Kabar. Untuk memahami hal-hal yang bersifat spesifik dilakukan dengan metode pengamatan lapangan (field observation).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (I) alih fungsi pemanfaatan RTH di Kota Bandung menjadi ruang terbangun terpolakan berdasarkan model pusat pengembangan (growth pole), yang menunjukkan bahwa proses pertumbuhan fisik kota terjadi tidak serentak dan tidak di sembarang tempat, melainkan dimulai pada pusat pengembangan utama yang dibangun sejak masa pemerintahan 'colonial Belanda tahun 1810, dan pertumbuhan itu menyebar ke sekitarnya dan ke sepanjang jaringan jalan utama (Jalan Daendels) dan jalan kolektor serta pusat-pusat kegiatan sekunder hingga sekarang, dengan intensitas yang berbeda-beda; (2) alih fungsi RTH terpolakan menurut face fasepertumbuhan model Friedmann, yaitu fase pertama, tidak terdapat hierarki dan interaksi spersial, fase kedua terjadi pusat pengembangan utama dengan di sekelilingnya sebagai daerah hinterland, fase ketiga, tumbuh pusat-pusat sekunder dan terbentuk hierarki kota dan terjadi interaksi spacial, dan fase keempat terbentuk interaksi spacial yang kuat dan efektif membentuk kola metropolitan., dan selanjutnya dengan kola metropolitan lainnya diprediksi akan berkembang membentuk Pulau Kota, (3) Kebijakan perluasan kota untuk memenuhi kebutuhan ruang terbangun yang dilakukan pemerintah daerah dengan mengembangkan pusat-pusat sekunder secara menyebar dan horizontal, ternyata pada wilayah yang mempunyai tingkat mobilitas penduduk yang tinggi seperti Kota Bandung, tanpa adanya land use control yang ketat dapat mendorong perluasan areal RTH yang bernilai spekulatif (speculative land value). (4) Pola alih fungsi pemanfaatan RTH menjadi ruang terbangun terutama didominasi bagi peruntukkan perumahan yang mencapai 57% pada tahun 2000 dan diproyeksikan menjadi 65% pada tahun 2005 dari areal luas kota. (5) Meningkatnya kawasan terbangun tersebut mempunyai konsekuensi logis dapat mengakibatkan terjadinya pernyusutan RTH, sehingga sampai dengan tahun 2000 mencapai  28%, dan diproyeksikan menjadi 10% pada tahun 2005. (6) Mengingat RTH sebagai komponen pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable cities development), yang keberadaannya berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan, tentunya untuk mengatasi terjadinya penyusutan RTH dimaksud sangat diperlukan peran serta stakeholder dalam setiap pengambilan keputusan. Dan (7) penyebab utama yang mendorong percepatan alih fungsi pemanfaatan RTH dapat dibedakan menjadi 2 faktor, ialah penataan ruang terbangun tidak dilaksanakan sejak awal secara terpadu, optimal, efisien, dan lemahnya status hukum (low enforcement) peruntukan RTH itu sendiri, sehingga sewaktu-waktu status hukumnya dapat berubah.Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan suatu upaya untuk (1) mengkaji kembali kebijakan perluasan kota berkenaan dengan penataan ruang terbangun baik bagi peruntukan perumahan maupun perdagangan, industry, dan infrastruktur; yang selama ini dilakukan secara horizontal, menyebar, dan terpencar. Hal ini mengingat dengan penerapan kebijakan tersebut tanpa landuse control yang ketat dapat berimplikasi kepada percepatan penyusutan RTH; (2) menetapkan RTH sebagai bagian perancangan kota (urban design), dengan status yang jelas dan mempunyai kekuatan hukum, sehingga status dan fungsinya tetap dapat dipertahankan untuk mendukung pembangunan kota berkelanjutan, walaupun berganti birokrasi; dan (3) mengembangkan suatu forum komunikasi yang efektif dapat mencapai sasaran dengan mendorong tumbuhnya partisipasi stakeholder untuk mengatasi penyusutan RTH yang merupakan komponen pembangunan kota berkelanjutan. 
STUDI AKUIFER PADA BENTANGLAHAN KEPESISIRAN KABUPATEN KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.007 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13271

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tipe dan karakteristik akuifer pada bentanglahan kepesisiran di Kabupaten Kulonprogo. Metode yang dipakai untuk mempelajari tipe dan karakteristik akuifer •dalam penelitian ini adalah penyusunan model hidrostratigrafi yang didasarkan pada hasil survei geolistrik dengan metode Schlumberger. Titik pengukuran ditentukan secara purposive sampling pada setiap satuan geomorfologi kepesisiran, meliputi: gumuk pasir, beting gisik, clan dataran fluviomarin. Penampang hidrostratigrafi disusun dengan cara merekonstruksi perlapisan batuan berdasarkan nilai resistivity semu material hasil pendugaan geolistrik. Rekonstruksi dilakukan untuk beberapa titik pendugaan secara memanjang pada setiap satuan geomorfologi yang ada, juga secara cross section yang melintasi variasi satuan geomorfologi kepesisiran yang ada di daerah penelitian. Sistem dan tipe akuifer dianalisis dengan mendasarkan pada model hidrostratigrafi yang telah disusun.Vasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuifer di daerah penelitian terdiri atas akuifer bebas (unconfined aquifer) berupa lapisan pasir jenuh airtanah tawar, yang dibatasi oleh aquitard berupa lapisan lempung, napal dan pasir halus yang mengandung airtanah payau. Berdasarkan penampang hidrostratigrafinya, ternyata satuan geomorfologi gumuk pasir dan beting gisik merupakan suatu akuifer yang baik den potensial, tetapi bersfat setempat menyerupai kantong airtanah. Akuifer ini merupakan suatu sistem yang terpisah dari sistem akuifer dataran fluviomarin (bekas laguna) di bagian utaranya. Pada sistem akuifer gumuk pasir dan beting gisik, lapisan pasir mengandung airtanah tawar dijumpai hingga kedalaman ±40 meter dari permukaan tanah, dengan tahanan jenis antara 75 hingga 170 ohm-meter. Bagian bawahnya didasari oleh akuitard yang jenuh airtanah payau. Sementara pada satuan dataran fluviomarin bagian barat (di sebelah timur Sungai Serang), sistem akuifer didominasi oleh lapisan lempung, napal dan pasir halus yang jenuh airtanah payau dengan tahanan jenis antara 1.4 hingga 3.3 ohm-meter. Pada satuan dataran fluviomarin bagian timur (di sebelah barat Sungai Progo), lapisan atas tersusun oleh material pasir dengan sedikit lanau dan lempung jenuh airtanah tawar hingga kedalaman ±40 meter, dengan tahanan jenis 22 hingga 50 ohm-meter. Bagian bawahnya tersusun oleh lapisan lempung napal jenuh airtanah payau dengan tahanan jenis antara 2.1 hingga 4.2 ohm-meter.
KAJIAN SIFAT FISIK BAHAN LAPUKAN DIORIT GUNUNG WUNGKAL KECAMATAN GODEAN, KABUPATEN SLEMAN Jamulya Jamulya
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.305 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13267

Abstract

Pelapukan batuan intrusi diorit pada bukit terisolasi G. Wungkal di daerah Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, menghasilkan bahan lapukan yang dikenal dengan tanah lempung sebagai bahan baku industri genting. Tujuan penelitian adalah mengetahui sifat fisik bahan lapukan batuan intrusi diorit di daerah penelitian.Penelitian ini mengambil cuplikan bahan lapukan yang terdiri alas lapisan tanah dan lapisan bahan induk tanah (regolith) pada 3 lokasi di G. Wungkal. Lokast pertama di Dusun Kewagon pada lereng bagman timur G. Wungkal, lokasi kedua di Dusun Jering pada lereng bagman selatan, dan lokasi ketiga di Dusun Clthen pada lereng bagian. barat. Cuplikan bahan lapukan tersebut dideskripsi sifat-sifat fisik di lapangan, dan dianalisis di laboratorium yang meliputi : (a) variasi kelompok butir gravel, pasir kasar, pasir sedang, pasir halus, debu, dan lempung; (b) analisis difraksi sinar X untuk mengetahui tipe lempung bahan lapukan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan lapukan dicirikan oleh keiebalan mencapai 400 cm lebih, warna coklat kuat – coklat pucat (7,5 YR 4/2 – 10 YR 6/4), struktur gumpal granuler berbutir tunggal, konsistensi lekat plastis – agak lekat agak plastis, tekstur geluh lempung berdebu – geluh berdebu, kadar lempung antara 22,2% dan 36,2%, tipe mineral lempung kaolinit, haloisit, dan mineral resisten kuarsa. Berdasarkan sifatftsik tersebut dapat ditunjukkan bahwa tingkal pelapukan telah lanjut.
GEOMORFOLOGI TANAH DAS SERAYU JAWA TENGAH Junun Sartohadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.121 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13273

Abstract

ABSTRAK Tujuan dari penyusunan tulisan ini adalah untuk membahas kondisi geomorfologi dengan tekanan pada persebaran satuan-satuan bentuklahan dalam kaitannya dengan persebaran satuan-satuan tanah yang mungkin terdapat padanya. Tulisan ini juga membahas mengenai proses-proses geomorfologi yang terjadi pada satuan-satuan bentuklahan-tanah yang ada di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode interpretasi citra Landsat ETM yang dilengkapi dengan pengecekan lapangan. Pengecekan lapangan dilakukan menurut jalur-jalur pengamatan yang dipilih dengan mempertimbangkan keragaman satuan bentuklahan-tanah dan kemudahan dijangkau. Pengungkapan data dan analisis pada tulisan ini dilakukan secara deskriptif. Pemahaman mengenai kondisi geomorfologi dengan menekankan pada proses geomorfologi yang membentuk satuan bentuklahan sangat bermanfaat untuk memahami pembentukan tanah setiap satuan bentuklahan yang ada di DAS Serayu. Untuk selanjutnya persebaran satuan-satuan tanah dapat dipahami melalui analisis geomorfologi untuk mendapatkan informasi mengenai asal bahan induk tanah dan morfodinamik bentuklahan. Pembentukan tanah dapat dipandang sebagai bagian integral dari proses geomorfologi (morfodinamik). Pembentukan tanah di daerah penelitian terkait erat dengan proses-proses erosi-sedimentasi, pelongsoran (gerakan massa), penggenangan, intrusi air laut (air asin), entisolisasi, dan kekeringan litologis.
KAJIAN METEOROLOGIS HUBUNGAN ANTARA HUJAN HARLAN DAN UNSUR-UNSUR CUACA STUDI KASUS DI STASIUN METEOROLOGI ADISUCIPTO YOGYAKARTA Fennani Arpan; Dewi Galuh Kirono; Sudjarwadi Sudjarwadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.827 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13268

Abstract

ABSTRAKHujan merupakan salah satu unsur cuaca yang sangat penting. Dalam proses kejadiannya, hujan dipengaruhi oleh unsur cuaca yang lain, yaitu suhu, kelembaban, dan tekanan udara. Penelitian ini merupakan kajian awal tentang hubungan hujan dengan ketiga unsur cuaca tersebut. Pengkajian difokuskan pada hubungan antara hujan dengan kondisi cuaca pada hart yang sama (t=T), saiu hart sebelumnya (t=T-1), sampai tiga hart sebelumnya (t=T-3), dengan melihat koefisien korelasi dan koefisien regresi dalam hubungan multi-regresi. Multi-regresi dilakukan untuk menganalisis hubungan hujan harian dengan berbagai variabel, yaitu:1. hujan vs suhu (r413.00) kelembabano4,100) + tekanan udara;2. hujan vs suhufr..m4 + kelembaban tekanan udara;3. hujan vs suhu (maw kelembaban wzoo) + tekanan udara;4. hujan vs suhu ro a rna + kelembaban + tekanan udara;Hasil yang didapat menunjukkan bahwa: (1) hujan harian memiliki hubungan yang erat dengan unsur cuaca lain pada hart yang sama, maupun beberapa hart sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi pada berbagai model sebesar 0,188 hingga 0,489 yang signifikan pada tingkat 0,01; (2) pada musim hujan, yang paling erat hubungannya dengan hujan adalah kelembaban. Pada musim ketnarau, yang paling erat hubungannya adalah tekanan udara, dan musim peralihan yang berpengaruh adalah kelembaban dan tekanan udara. Pada semua musim, unsur suhu tidak menunjukkan korelasi yang signifikan.
KAJIAN DAYA TAMPUNG SUNGAI GAJAHWONG TERHADAP BEBAN PENCEMARAN Margaretha Widyastuti; Muhammad Aris Marfa'i
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13269

Abstract

ABSTRAK Sungai seringkali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah hasil kegiatan manusia, yang dapat menambah beban pencemaran. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa jauh daya tampung sungai terhadap beban pencemaran. Pengertian daya tampung sungai terhadap beban pencemaran menurut Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemar tanpa mengakibatkan air tersebut cemar. Beban pencemaran itu sendiri merupakanjumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk : I) mengelahui kualitas air sungai, 2) mengidentifikasi sumber pencemaran potensial, dan 3) mengevaluasi daya tampung air sungai terhadap beban pencemaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran lapangan, pengambilan sampel air dan uji laboratorium terhadap sampel air sungai. Penentuan daya tampung beban pencemaran dilakukan dengan metode neraca massa. Daerah Aliran Sungai Gajahwong yang merupakan sub DAS Opak, yang memiliki luas 46,082 km2. Daerah penelitian terletak antara UTM 49 M9129375 sampai dengan 9160375 mU dan 0432375 sampai dengan 0437125 mT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Gajahwong baik secara fisik, kimia, maupun biologi pada masing-masing ilia pengamatan terdapat fluktuasi nilai. Ada kecenderungan konsentrasi meningkat ke arah huh; kecuali logam berat (Cr, Cu, Cd) tidak terdeteksi. Pemanfaatan lahan pada DAS Gajahwong mempengaruhi kualitas air sungai dan diidetifikasi sebagai sumber pencemar. Bagian hulu sungai, sumber pencemar utama adalah dari rumah tangga, pertanian dan jasa; bagian tengah : adalah dari pertanian dan permukiman; sedangkan bagian hair adalah permukiman, jasa dan industri. Daya tampung Sungai Gajagwong terhadap beban pencemaran, di bagian hulu dan bagian tengah sangat baik; sedangkan pada bagian hair, semakin ke arah hilir kurang baik.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2004 2004


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) More Issue