cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia" : 10 Documents clear
Pengelolaan Lingkungan Berbasis Kemitraan Pesantren dan Masyarakat di Pesantren Ilmu Giri, Kabupaten Bantul Wijaya Wijaya; Baiquni Baiquni; Bakti Setiawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5980.726 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13107

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan lingkungan hasil kemitraan Pesantren Ilmu Giri dengan masyarakat, (2) mengetahui kurikulum, materi dan metode pembelajaran berbasis lingkungan yang diterapkan Pesantren Ilmu Giri kepada jamaah dan santri, dan (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pesantren Ilmu Giri dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan di masyarakat dusun Nogosari. Wawancara mendalam, observasi partisapatif, focus group discussion (FGD), dan dilengkapi kajian pustaka serta dokumentasi merupakan teknik utama dalam penggalian data. Data yang terkumpul lalu dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tesis ini menemukan bahwa : (1) Pesantren Ilmu berhasil dalam pengelolaan lingkungan alam, sosial dan budaya dalam bentuk-bentuk kegiatan seperti : (a) penghijauan melalui hutan santri dengan konsep eco-religi; (b) Pesantren Ilmu Giri menggali, mengangkat dan melestarikan budaya tradisi lokal; (c) Pesantren Ilmu Giri mengangkat ekonomi masyarakat melalui lahirnya Lembaga Keuangan Mikro (LKM); (d) Pesantren Ilmu Giri mengkampayekan makanan ekologis dan menolak penggunaan pupuk kimia dan pestisida. (2) Pesantren Ilmu Giri tidak memiliki kurikulum sebagaimana lazimnya pada pesantren-pesantren modern yang memiliki santri dan pondok. Ilmu Giri hanya memiliki jamaah mujahadah dan santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Jamaah mujahadah dan santri TPA inilah yang menjadi sasaran dakwah pesantren. Materi dan metode pembelajaran di pesantren diarahkan pada etika lingkungan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mencapai visi pesantren, yaitu memecahkan masalah sosial keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan kerusakan lingkungan hidup. Inti pengajaran bagi jamaah dan santri adalah menanamkan pengetahuan dan kearifan dalam hidup mereka, selain mempelajari al-Quran. Materi pengajaran berbasis alam sekitar pesantren, khususnya alam hutan dan budaya tradisi. (3) Ada 4 hal yang melatarbelakangi Pesantren Ilmu Giri berhasil dalam kegiatan menumbuhkan kesadaran lingkungan, yaitu : pertama modal sosial dan modal spiritual pengasuh pesantren; kedua ketokohan dan strategi kepemimpinan pengasuh pesantren; ketiga dukungan warga lokal pesantren; dan keempat dukungan pemberitaan media massa (pers) terkait dengan kegiatan pesantren. Selain keberhasilan, juga ditemukan beberapa kendala / kelemahan dalam pengelolaan lingkungan berbasis kemitraan pesantren dan masyarakat, yaitu (a) dakwah dan ceramah-ceramah lingkungan sulit diterima jamaah karena keterbatasan pendidikan; (b) merubah pola pikir (mind set) masyarakat terhadap kelestarian lingkungan; (c) tingkat ekonomi masyarakat yang rendah; (d) akses, moda transportasi serta ketersedian air bersih yang terbatas; (e) domisili pengasuh jauh dari pesantren; (f) konflik dan gesekan pengasuh pesantren dan masyarakat lokal. ABSTRACT The purpose of this study was to: (1) determine the forms of environmental management activities result of the partnership Pesantren Science Giri with the public, (2) determine the curriculum, materials and methods based learning environment that is applied Pesantren Science Giri told pilgrims and students, and (3) determine the factors that influence the success of Science Giri Pesantren in growing environmental awareness in society Nogosari hamlet. In-depth interviews, observation partisapatif, focus group discussion (FGD), and include a literature review and documentation is a major technique in data mining. The data collected is then analyzed descriptively qualitative. This thesis found that: (1) Boarding School of Science succeeded in the management of the natural environment, social and cultural forms of activities such as: (a) afforestation through forest students to the concept of eco-religion; (b) Science Giri Pesantren digging, lifting and preserving local cultural traditions; (c) Science Giri Pesantren lift the local economy through the birth of Microfinance Institutions (MFIs); (d) Science Giri Pesantren mengkampayekan ecological food and refuse the use of chemical fertilizers and pesticides. (2) Science Giri Pesantren not have a curriculum as usual in modern boarding schools that have students and cottage. Science has only Giri mujahadah pilgrims and students Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Mujahadah worshipers and students landfill that is the target of propaganda boarding. Materials and methods of teaching in schools directed at environmental ethics and community empowerment in order to achieve the vision of schools, ie solving social problems of backwardness, ignorance, poverty and environmental damage. Core instruction for pilgrims and students are imparting knowledge and wisdom in their lives, in addition to studying the Koran. Nature-based teaching materials about schools, especially natural forests and cultural tradition. (3) There are four things behind Giri Pesantren Science succeeded in growing environmental awareness activities, namely: first spiritual and social capital pesantren; The second persona and leadership strategies pesantren; The third support local residents boarding; and fourth support of the mass media (press) related to boarding activities. In addition to success, also found several obstacles / weaknesses in the environmental management of schools and community-based partnerships, namely (a) propaganda and speeches tough environment because of the limitations of the education received by the congregation; (b) change the mindset (mind set) community towards environmental sustainability; (c) the low level of the public economy; (d) access, modes of transport and the limited availability of fresh water; (e) domicile caregivers away from school; (f) the conflict and friction pesantren and local communities.
Evaluasi Penataan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Kasus: Program Peremajaan Kawasan Tegalpanggung di Kota Yogyakarta) Bani Putri Yulianti; M. Baiquni; Su Ritohardoyo; Hadi Sabari Yunus; Bakti Setiawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4287.437 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13088

Abstract

ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk pada wilayah Kota Yogyakarta menimbulkan semakin banyak permasalahan permukiman yang ditimbulkan. Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan permukiman yang ada di Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah Kota Yogyakarta menata dan meremajakan kembali prasarana lingkungan kawasan yang berada di bantaran sungai Code termasuk di permukiman kumuh Tegalpanggung yang sudah terbentuk secara organis dalam waktu yang lama. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kondisi lingkungan sebelum dan pasca penataan kawasan di daerah Tegalpanggung dan menganalisa keberhasilan terhadap program penataan kawasan Tegalpanggung menurut persepsi masyarakat setempat. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode survey dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada 40 responden. Penentuan sampel digunakan metode penelitian sampling (sampling method), dengan jenis teknik sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak (random sampling). Dalam melakukan analisis terhadap dampak relokasi digunakan metode before after comparation, untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Hasil data selanjutnya dilakukan pengolahan secara metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dengan analisis tersebut maka dapat diketahui tingkat signifikasi perubahan yang terjadi setelah program peremajaan yang dilakukan di Kelurahan Tegalpanggung. Hasil penelitian menunjukkan Kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan program Penataan dan Peremajaan Prasarana Lingkungan Permukiman Tegalpanggung adalah sebesar 56% yang berarti masyarakat menyatakan cukup puas terhadap program ini berarti menunjukkan bahwa program penataan dan peremajaan prasarana lingkungan cukup berhasil dalam memberikan nilai kepuasan terhadap masyarakat. Dari aspek sarana dan prasarana (menurut kriteria kawasan kumuh oleh Departemen PU, 2007) dapat disimpulkan sebagian besar kondisi prasarana lingkungan yang ada termasuk dalam kategori kumuh sedang. ABSTRACT Increasing the number of residents in the city of Yogyakarta, causing more and more problems posed settlements. Slum is one of the problems in existing settlements in the Village Tegalpanggung Yogyakarta. In an effort to overcome these problems, the government of Yogyakarta organize and rejuvenate the environmental infrastructure are areas along the river Code including in slums Tegalpanggung already formed organically in a long time. The aim of this study was to analyze the environmental conditions before and after the arrangement of the region in the area Tegalpanggung and analyze the success of the restructuring program Tegalpanggung region as perceived by local people. Data collection research using survey method using a questionnaire (questionnaire) to 40 respondents. The samples used research methods of sampling (sampling method), the type of sampling technique used is random sampling (random sampling). In an analysis of the impact of the relocation of the method used before after comparation, to determine the changes that occur. Results of further data processing is done by the method of qualitative and quantitative descriptive analysis. With this analysis it can be seen the level of significance of the changes that occur after rejuvenation program conducted in the Village Tegalpanggung. The results showed public satisfaction towards the implementation of the program Structuring and Environmental Infrastructure Upgrades Tegalpanggung Settlement is 56%, which means people stated quite satisfied with this program means indicates that the Setup program and renewal of environmental infrastructure is quite successful in delivering value to the community satisfaction. From the aspect of infrastructure (according to the criteria of slum areas by the Department of Public Works, 2007) can be summed up most of the environmental conditions existing infrastructure included in the category of medium slum. 
Integrasi Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Penentuan Letak Bangunan Candi di Wilayah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Sutikno Sutikno; Suharyadi Suharyadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2130.154 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13084

Abstract

ABSTRAK Sebagai bangunan keagamaan, bangunan candi didirikan atau dibangun berdasarkan syarat tertentu.  Dikenal beberapa kitab pedoman pembangunan candi seperti Manasara, Silpasastra, Vastupurusa, Kashyapasilpa. Pedoman pembangunan candi tersebut tidak hanya berlaku di India saja tetapi juga di Indonesia dan begitu juga di wilayah Prambanan. Lahan yang sesuai adalah lahan yang subur, datar, jenis tanah yang baik, permeabilitas baik, tidak mengandung gas atau racun, serta mudah memperoleh air. Kesesuaian lahan merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap lahan di wilayah Prambanan meliputi Kecamatan Kalasan dan Prambanan Kabupaten Sleman, DIY dan Kecamatan Prambanan,  Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Digunakan data foto udara hitam putih skala 1:20.000 liputan wilayah Yogyakarta tahun perekaman 2001. Dari foto udara akan dilakukan interpretasi parameter fisik lahan yaitu bentuklahan dan penggunaan lahan.  Parameter lainnya diperoleh dari data sekunder hasil penelitian yang telah dilakukan. Dilakukan interpretasi, digitasi, overlay analisis dan penilaian terhadap parameter fisik lahan dengan bantuan perangkat SIG dan diperoleh kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi. Diperoleh tiga kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi yaitu kelas S1 (Baik), S2 (Sedang) dan S3 (Buruk). Dari 11 bangunan candi terdapat sembilan candi yang terletak di lahan kelas S1 (Baik), dua candi di lahan kelas S2 (Sedang) dan tidak ada candi yang terletak di lahan kelas S3 (Buruk). Bangunan candi yang didirikan dengan persyaratan lahan secara konseptual dan tradisional berdasarkan kitab ternyata  sesuai dengan kriteria  kesesuaian lahan dalam pengetahuan modern. Integrasi antara data penginderaan jauh (foto udara) dan perangkat analisis SIG (ArcView) dapat digunakan untuk menyadap informasi parameter fisik lahan untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi di wilayah Prambanan. ABSTRACT As a religious building, the temple was founded  or constructed based on certain conditions. Known some as the book of temple construction guidelines as Manasara, Silpasastra, Vastupurusa, Kashyapasilpa. Temple construction guidelines is not only apply in India, but also in Indonesia and so also in the Prambanan. Suitable land is fertile land, flat, kind of good soil, good permeability, contains no gas or toxic and easy to get water. Land suitability is the main of this research. Research carried out on Prambanan area includes the Kalasan and Prambanan sub-district  Sleman Regency, Yogyakarta and Prambanan sub-district, Klaten regency, Central Java. Data was used panchromatic aerial photographs scale of 1: 20,000 coverage of Yogyakarta recording year 2001. From the aerial photo will intrepret using physical parameter, namely landforms and land use. Other parameters obtaine from secondary data from results of previous research. Interpretation, digitization, overlay analysis and assessment of the physical parameters use GIS tool and obtaine land suitability category for temple.  There are three category of land suitability for temple is S1 (Good), S2 (moderate) and S3 (Bad). From the 11 temple, there are nine temples located in the S1 (Good), two temples in S2 (moderate) and no temples in  S3(Poor). The temple building was established with the requirements land in conceptual and traditional based on the book with the criteria of land suitability in modern science. The integration between remote sensing data (aerial photos) and analysis tools GIS (ArcView) can be used to extract physical parameters information to obtain land suitability categories in Prambanan Temple building in the region.
Rekayasa Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan pada Kawasan Industri Piyungan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Triyono Triyono; Djoko Marsono; Tukidal Yunianto
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3015.926 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13105

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini adalah rekayasa sistem drainase berwawasan lingkungan pada Kawasan Industri Piyungan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Obyek penelitian adalah rekayasa sistem drainase, dan tujuan penelitian yaitu melakukan kajian terhadap efektifitas penggunaan sistem drainase berwawasan lingkungan berupa sumur resapan, saluran resapan dan kolam resapan untuk meresapkan air hujan kedalam tanah sebagai fungsi konservasi air tanah. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan adalah pengambilan sampel secara proporsional yang telah ditentukan dan mewakili keadaan obyek yang diteliti (purposive sampling). Analisis data dengan pendekatan empiris terhadap perencanaan sumur resapan, saluran resapan dan kolam resapan. Hasil rekayasa sistem drainase berwawasan lingkungan diperoleh nilai efektifitas penggunaan  sumur resapan diameter 80 cm dan kedalaman 4 meter pada kawasan terbangun (C: 0,90) sebesar 29,96 %, lahan campuran  (C: 0,50) sebesar 26,97 %, ruas jalan (C:0,80) sebesar 0 % dan lahan terbuka (C: 0,30) sebesar 17,98 %. Penggunaan saluran resapan berdasarkan ketentuan tipe jalan, diameter sumur resapan 40 cm, kedalaman sumur 2 meter dan jarak antar sumur 10 meter, diperoleh efektifitas saluran resapan sebesar 2,54 %. Kolam resapan mempunyai kontribusi peresapan sebesar 25 %  (38.429,77 m3/tahun)  dari kapasitas total debit penampungan 152.719,07 m3/tahun. Sistem drainase berwawasan lingkungan dengan koefisien permeabilitas tanah 4,66 cm/jam (1,3 x 10-3 cm/detik) diperoleh nilai peresapan untuk sumur resapan: 18,73 %, saluran resapan: 2,54 % dan kolam resapan sebesar 25 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan sumur resapan dipadukan dengan kolam resapan lebih efektif dari saluran resapan. ABSTRACT This study is ecodrainage system engineering in Piyungan Industrial Estate Bantul District of Yogyakarta Special Region. Object of research is engineered drainage systems, and research aims is a review of the effectiveness of the use of ecodrainage system in the form of infiltration wells, channel infiltration and infiltration ponds to absorb rain water infiltration into the soil as a function of soil water conservation. This study used a qualitative descriptive analysis method with collecting technique is proportional sampling predetermined and represent the state of the object under study. Data analysis with empirical approach to planning infiltration wells, infiltration channels and infiltration ponds. Engineered drainage system environmental values obtained effective use absorption wells diameter of 80 cm and a depth of 4 meters on the area awakened (C: 0.90) of 29.96%, mixed land (C: 0.50) by 26.97%, roads (C: 0.80) at 0% and the open land (C: 0.30) of 17.98%. The use of infiltration channels under the terms of the type of road, diameter 40 cm absorption wells, well depth of 2 meters and the distance between wells 10 meters, obtained effectiveness of absorption line at 2.54%. Swimming infiltration infiltration contributes 25% (38429.77 m3 / year) of the total discharge capacity of reservoirs 152,719.07 m3 / year. Ecodrainage system with soil permeability coefficient of 4.66 cm / h (1.3 x 10-3 cm / sec) absorption values obtained for infiltration wells: 18.73%, channel infiltration: 2.54% and infiltration ponds of 25 %, so it can be concluded that the use of infiltration wells combined with infiltration ponds more effective infiltration of the channel infiltration.
Analisis Potensi Habitat dan Koridor Harimau Sumatera di Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau Oki Hadian Hadadi; Hartono Hartono; Eko Haryono
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1425.834 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13097

Abstract

ABSTRAK Pulau Sumatera adalah surga bagi keanekaragaman hayati, tapi surga ini sedang terancam oleh berbagai tekanan dari aktivitas manusia dari konversi hutan, pembukaan lahan yang tidak terkendali untuk perkebunan, perambahan dan perburuan liar. Saat ini, hutan alam di Sumatera berada di bawah tekanan kuat yang mempengaruhi pada kondisi ekosistem dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Situasi yang sama juga terjadi di pulau besar lainnya di Indonesia, yaitu Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa. Penelitian ini dilakukan dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Teknologi Penginderaan Jauh digunakan untuk mengidentifikasi tutupan lahan dan bentang alam berdasarkan genesis. Sementara teknologi GIS digunakan untuk menilai kesesuaian habitat harimau sumatera dan untuk menentukan potensi daerah untuk pengembangan koridor habitat untuk mempertahankan konektivitas antara dua blok hutan dipisahkan oleh jalan di daerah. Lokasi penelitian adalah Bukit Batabuh Hutan Lindung. Hasil penelitian menegaskan bahwa daerah penelitian ini cocok untuk mempertimbangkan sebagai habitat Harimau Sumatera, tetapi berfungsi sebagai habitat koridor saja dan tidak dianggap sebagai habitat inti, karena wilayahnya yang hanya mampu menampung kurang dari dua harimau. Namun demikian, mengingat lokasi strategis daerah ini sebagai hubungan antara dua kawasan lindung yaitu Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, wilayah ini sangat penting untuk dilindungi. Degradasi kesesuaian habitat terjadi pada kisaran 2002 - 2013 dengan indikasi pengurangan kawasan hutan alam yang berdampak langsung pada kondisi ekosistem di daerah. Keberadaan jalan memisahkan blok hutan Bukit Batabuh di daerah memberikan kontribusi yang terhadap tekanan tinggi kerusakan lingkungan. Lokasi potensial untuk membangun koridor habitat adalah lokasi di mana masih ada tutupan vegetasi yang relatif padat. Hutan alam di sepanjang jalan yang memisahkan hutan Bukit Batabuh telah hilang, namun tetapi pohon karet di daerah dapat digunakan sebagai daerah vegetasi karena struktur kanopi mirip dengan pohon di hutan alam. Lokasi dekat dengan jembatan juga menjadi pertimbangan yang baik karena dapat berpotensi digunakan oleh hewan untuk lewat. ABSTRACT Sumatera Island is a paradise of biodiversity, but it is being threatened by pressure human activity in forest conversion, clearing of land for plantations, encroachment and poaching. Recently, the natural forests in Sumatera are under pressure affecting in ecosystem conditions and biodiversity in it. That same situation is also occured in other major island, namely Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, and Java. This research was conducted by Remote Sensing and Geographic Information Systems. Remote Sensing Technology is used for indentifiying  landcover and landscape based on genesis. While GIS technology is used to assess the suitability of Sumatran tiger habitat and to determine a potential areas for development of habitat corridors to maintain connectivity between two forest blocks which separated by road in that area. The research location is Forest Preserve Batabuh Hill. The results have confirmed that the area is suitable for consideration as tiger habitat, but it has function for habitat corridors only and not regarded as a core habitat, because this area be able to accomodate fewer than two tigers. However, considering the location of strategic area as relationship between two protected areas that Rimbang Baling and Bukit Tigapuluh National Park, it has very important to be protected. Degradation of habitat suitability was occured of 2002 - 2013 with indication of reduction in natural forest areas that directly impact on ecosystem condition in the area. The existence of separate forest blocks Batabuh Hill in roads is giving contributed on  high pressure environmental damage. The potential area to establish habitat corridors is located in area with covered of relatively dense vegetation. Natural forests in along road is separating Forest Hill  Batabuh already lost, but the rubber trees in that area can be used as vegetation area because canopy structure similar a tree in natural forests. The location which near in bridge is also into consideration because could be potential for animals to pass.
Pemodelan Spasial untuk Pembuatan Peta Rawan Banjir dan Peta Tingkat Risiko Banjir Bengawan Solo di Kota Surakarta Toto Cahyono; Mohammad Pramono Hadi; Djati Mardiatno
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4823.532 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13102

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan spasial untuk menyusun Peta Bahaya Banjir dan Peta Tingkat Risiko Banjir akibat luapan Bengawan Solo di Kota Surakarta. Lokasi penelitian meliputi penggal alur Bengawan Solo di wilayah Kota Surakarta. Metode penelitian yaitu dengan analisis hidrograf, pemodelan banjir, analisis potensi bahaya banjir, analisis kerentanan banjir, dan analisis tingkat risiko banjir. Analisis hidrograf dilakukan dengan menghitung debit puncak rancangan, analisis geometrik sungai, dan analisis karakteristik banjir. Pemodelan spasial banjir menggunakan perangkat lunak ArcView dengan ekstensi HEC-GeoRAS dan perangkat lunak hidrologi HEC-RAS. Analisis potensi bahaya banjir dari peta genangan hasil pemodelan spasial dengan input debit puncak rancangan banjir periode ulang 60. Analisis kerentanan dengan identifikasi elemen yang berisiko pada peta penggunaan lahan daerah bahaya. Analisis tingkat risiko dilakukan dengan cara overlay peta bahaya dan peta kerentanan banjir. Perangkat lunak ArcView 3.3 dengan ekstensi HEC-GeoRAS mampu untuk melakukan pemodelan banjir dengan tingkat validasi yang tinggi. Validasi dilakukan dengan membandingkan kedalaman maksimum hasil pemodelan dengan hasil perhitungan debit puncak rancangan. Nilai  perbedaan antara 0,68% - 4,54%. Meskipun secara kuantitatif peta model bahaya banjir rancangan sesudah pelurusan lebih luas daripada sebelum pelurusan, tetapi berdasarkan uji statistik penambahan luas tersebut tidak berbeda signifikan. Dari peta tingkat risiko banjir diketahui Kelurahan Sewu, Semanggi, Sangkrah dan Gandekan mempunyai potensi risiko banjir tertinggi di Kota Surakarta. ABSTRACT This research is intended to perform flood modelling in Bengawan Solo River in order to develop flood hazard map, flood vulnerability map, and flood risk map as a result of overflow of such river in Surakarta City. The research area covers cut-off channel of Bengawan Solo in Surakarta City. The research was conducted by applying hydrograph analysis, flood modelling, flood hazard analysis, flood susceptibility analysis, and flood risk analysis. Hydrograph analysis was executed by calculating peak discharge designed, analysis of river geometric, and analysis of flood characteristic. Flood spatial modelling was done by means of ArcView with HEC-GeoRAS extention and hydrological software HEC-RAS. Flood hazard analysis was obtained by spatial modelling of flood inundation map with returned period of peak discharge designed of 60. Flood vulnerability analysis was derived from land use map used to identify risk element which exists in prone area. Flood risk analysis was carried out by overlying flood hazard map and flood susceptibility map. ArcView with HEC-GeoRAS extention and HEC-RAS was able to perform high validation of flood modelling. The validation was done by comparing maximum depth of the model and estimated peak discharge with different percentage 0.86% – 4.54%. Even the estimated flood hazard after river streamlining was wider than before, statistical analysis proves that different width of it was not significance. It means of river streamlining didn’t influence the wide of flood hazard area. Sewu, Semanggi, Sangkrah,and Gandekan Sub District has the highest risk of flood in Surakarta City.
Kajian Kerusakan Lingkungan Karst sebagai Dasar Pelestarian Sumberdaya Air (Kasus di DAS Bribin Hulu Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta) Raras Endarto; Totok Gunawan; Eko Haryono
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1333.425 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13099

Abstract

ABSTRAK Sumberdaya airtanah di Kabupaten Gunungkidul identik dengan sistem bawah tanah Bribin (DAS Bribin). Bendung Bribin 1, Bribin 2, dan Seropan berada di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan sebagian penduduk di Kabupaten Gunungkidul. Keberadaan DAS Bribin yang sangat penting bagi kelangsungan dan kesejahteraan penduduk harus dikelola kelestariannya. Pengelolaan lingkungan guna tercapainya kelestarian sumberdaya air ditekankan pada bagian imbuhan air, yaitu DAS Bribin bagian Hulu. Identifikasi tingkat kerusakan di DAS Bribin Hulu menjadi salah satu hal yang mendesak karena daerah tersebut merupakan media pemasok sungai bawah tanah bendung Bribin, Baron, dan Seropan yang dimanfaatkan untuk kebutuhan penduduk. Tingkat kerusakan karst yang dinilai berdasarkan Morfologi berbasis cekungan/SubDAS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengamatan uji lapangan dan studi literatur terkait dengan kondisi daerah penelitian. Mempertimbangkan parameter kerusakan karst, meliputi perubahan moroflogi akibat penambangan, keberadaan outlet cekungan, tutupan vegetasi, kondisi mataair, kondisi gua, dan keberadaan bangunan di atas permukaan karst dilakukan penilaian tingkat kerusakan karst. Secara administratif tingkat kerusakan karst sangat tinggi berada di Desa Kenteng, Karangasem, dan Desa Bedoyo seluas 922,27 Ha. Adapun tingkat kerusakan karst tinggi berada di Desa Ponjong, Desa Sawahan, dan Desa Sumbergiri seluas 9.424,24 Ha. Tingginya tingkat kerusakan diantaranya akibat adanya penambangan yang besar, keberadaaan mataair, keberadaan bangunan diatas permukaan karst. Upaya strategi pelestarian dan pengelolaan dilakukan dengan berbasis karakteristik karst dan berbasis kewilayahan. Strategi kebijakan pengelolan karst berbasis karakteristik karst ditekan pada kenampakan permukaan (eksokarst). Strategi kebijakan pengelolaan karst berbasis kewilayahan merupakan rencana pengelolaan kawasan karst secara menyeluruh. Pengelolaan sumberdaya air erat kaitannya dengan keberadaan komponen karst (eksokarst), meliputi pengelolaan mataair, telaga, gua, dan bukit karst menjadi upaya penting dalam pengelolaan sumberdaya air. Pengelolaan berbasis kewilayahan mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya adalah keberadaannya (morfologi), konservasi kehutanan, dan arahan peruntukan fungsi.  ABSTRACT Groundwater resources in Gunung Kidul Regency synonymous with underground system Bribin  (Bribin watershed). Reservoir Bribin 1, Bribin 2, and Seropan located in the Dadapayu village Semanu Sub-District utilize to comply needs of population  in Gunung Kidul Regency. Existance of Bribin Watershed is very important for continuance and welfare of population which must be managed sustainability. Environmental management in order to achieve sustainability of water resources was emphasized on water recharge, namely Bribin Watershed of upstream section. Identification extent of damage in Bribin Watershed into one of urgency things because the area as underground supplier into reservoir river of Bribin, Baron, and Seropan was utilized for the needs of population. Extent damage of karst is assessed based on morphology of karst basin. This research was conducted using field observations and literature studies related to condition os study area. Considered of  karst damage parameters, includes morphology change caused by mining, existance outlet basin, land cover, condition of springs, caves, and existance of building over the karst surface must be conducted assessment in extent of damage. Administratively, extent of damage karst is very high located in Kenteng, Karangasem, and Bedoyo Village, area of 922.27 hectares. The high levels of extent of damage karst is Ponjong, Sawahan, Sumbergiri Village, area of 9424.24 hectares. The high levels of extent of damage karst among others, existance of great mining, springs, and building over the karst surface. Efforts conservation and management strategies commits based on characteristic karst and regional. Karst management policy strategies based on characteristic karst was pressed in surface appearace(eksokarst). Karst management policy strategies based on regional are management karst area plan overall. Water resources management is related to existence of karst component (eksokarst), include management of springs, reservoir, caves and karst hills into an important effort of water resources. Management based on regionally considers several factors, among others, existance of morphology, forest conservation, and landing of design function.
Pola Persebaran Perumahan Menurut Kelompok Etnis di Kelurahan Kuto Batu, Kota Palembang Eni Heldayani; Su Ritohardoyo; Dyah Widiyastuti
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3399.336 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13092

Abstract

ABSTRAK Heterogenitas penduduk secara horisontal ditandai dengan beragamnya kelompok etnis yang menyelenggarakan hidup di perkotaan. Eksistensi kelompok etnis berkaitan dengan eksistensi perumahan. Lokasi dari perumahan menurut kelompok etnis adalah inti dari penelitian ini. Tujuan penelitian pertama adalah mengidentifikasi pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis. Tujuan kedua adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis.  Penelitian ini adalah penelitian kasus. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik pemetaan partisipatif dan wawancara tokoh kunci yang ditentukan menggunakan teknik bola salju. Semua data penelitian dianalisis secara kualitatif untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian.  Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa temuan-temuan yaitu: (1) sebaran perumahan etnis Tionghoa adalah berpola teratur dimana tersusun berderet mengikuti geometri jaringan jalan sehingga pola bentuk sebarannya seperti huruf L dan I. Sebaran perumahan etnis Arab adalah berpola tidak teratur. Susunan bangunan perumahan etnis Arab memiliki kesan semu yang seolah-­olah tersusun memusat pada obyek/fasilitas umum seperti lapangan, tempat ibadah, bahkan situs kuna (Rumah Batu). Geometri dari susunan bangunan perumahan berhadap-hadapan dan memusat pada obyek khusus menciptakan pola bentuk seperti huruf U dan I. Sebaran perumahan etnis Jawa adalah berpola tidak teratur. Memusat di sekitar lokasi tempat bekerja dengan akses harga rumah yang relatif murah (dekat sungai). Orientasi dari bangunan perumahan etnis Jawa adalah membelakangi sungai sehingga bentuk dari perumahan mereka terkesan menciptakan pola bentuk seperti huruf S dan I. Sebaran dari perumahan etnis Melayu adalah berpola tidak teratur. Susunan bangunan perumahan pada tiap zona bervariasi sehingga memiliki kesan kombinasi/ percampuran dari susunan berderet dan memusat. Orientasi bangunan perumahan menghadap ke arah daratan. Geometri dari bentuk bangunan perumahannya pada tiap zona juga teridentifikasi sebagai percampuran antara bentuk L, I, U, dan S. (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis di Kelurahan Kuto Batu antara lain adalah kecenderungan dalam mempertimbangkan lokasi perumahan berdasarkan kriteria dari karakter tempat tinggal, karakter lingkungan tempat tinggal, interaksi sosial serta kebijakan publik yang berlaku di lingkungan tersebut. Karakter tempat tinggal berkaitan dengan fungsi rumah dan hak kepemilikan rumah. Karakter lingkungan tempat tinggal berkaitan dengan jenis matapencaharian, kedekatan fungsi pelayanan, jaringan transportasi, dan keseragaman penduduk dari daerah asal. Kriteria interaksi sosial berhubungan dengan asmiliasi perekonomian, sosial, budaya, dan kuliner. Kriteria kebijkan publik berkaitan dengan kemudahan untuk mengakses tempat tinggal di Kuto Batu. Pengamatan terhadap pola sebaran perumahan menurut kelompok etnis berserta peluang atas faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan instrumen kunci dalam manajemen perkotaan dengan komposisi masyarakat yang plural. ABSTRACT Horizontal heterogenety of the population is characterized by the diversity of ethnic groups living in urban organizing. The ethnic groups existing are regarded to the existence of housing. The location of the housing according to ethnic group is the core of this study. The first research goal is to identify the pattern of distribution of housing according to ethnic groups. The second objective was to determine the factors that affect the distribution pattern of the housing according to ethnic groups. This research is a case study. Primary data collection was done by using participatory mapping and interview key figures are determined using the snowball technique. All data were analyzed qualitatively in order to answer the research questions. The results showed some of the findings: (1) the distribution of ethnic Chinese housing is arranged in a row in which the irregular pattern followed the road network geometry so that the pattern of spreading shape like the letter L and I. Distribution of ethnic Arab housing is patterned irregular. The composition of the building housing the Arabs have the impression that as if pseudo arranged centered on the object / public facilities such as courts, places of worship, even sites kuna (Stone House). The geometry of the arrangement of a residential building, face to face and focuses on specific objects creates a pattern shape like the letter U and I. Spread Javanese housing is patterned irregular. The Centered around the location where work with access to the relatively cheap price of the house (near the river). The orientation of the building housing the Javanese is turned rivers that form of housing they seem creating a pattern shape like the letter S and I. Distribution of housing Malays is patterned irregular. The composition of residential buildings in each zone varies so has the impression of a combination / mixing of the orders lined up and centered. Orientation residential building is facing toward the mainland. The geometry of the shape of the building housing in each zone is also identified as a mixture of forms of L, I, U, and S. (2) the factors that affect the distribution pattern of the housing according to ethnic groups in Kuto Batu Village, among others, is the tendency to consider the location of housing based the criteria of residence of character, the character of the neighborhood, the social interaction as well as public policies in force in the neighborhood. The residence character with regard to the function of the home and home ownership rights. The neighbourhood character with regard to the type of livelihood, the proximity of the service function, the transport network, and the uniformity of the population of the area of origin. Criteria related to social interaction assimilation economic, social, cultural, and culinary. Criteria for public development policy with regard to ease of access to places to stay in Kuto Batu. Observation of the housing distribution pattern according to ethnic groups along with the opportunities of the factors that influence is a key instrument in the management of urban composition pluralistic society.
Pemodelan Bahaya Banjir dan Analisis Risiko Banjir Studi Kasus : Kerusakan Tanggul Kanal Banjir Barat Jakarta Tahun 2013 Yuyus Afrianto; Muhammad Aris Marfai; Mohammad Pramono Hadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5631.918 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13108

Abstract

ABSTRAK Bangunan pengendali banjir seperti tanggul pada Kanal Banjir Barat di Jakarta memiliki potensi kerusakan yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir tanggul dan berdampak pada daerah di sekitarnya. Kejadian banjir tanggul pada tahun 2013 telah menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar sehingga diperlukan pemodelan bahaya banjir dan penilaian kerentanan serta analisis risiko pada daerah terdampak banjir tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta risiko kerugian banjir pada daerah yang mempunyai potensi rawan kerusakan tanggul di sekitar Kanal Banjir Barat. Tahapan dalam analisis penelitian ini meliputi analisis hidrologi, analisis hidraulika, penilaian kerentanan bangunan dan analisis risiko kerugian banjir. Pemetaan genangan banjir dilakukan dengan berdasarkan pada besarnya volume limpasan yang keluar dari badan tanggul sebagai hasil simulasi runtuhnya tanggul. Penilaian kerentanan bangunan dilakukan dengan memodifikasi model PTVA yang selanjutnya digunakan dalam analisis risiko untuk mengetahui berbagai tingkatan risiko kerugian bangunan pada daerah terdampak banjir tanggul. Hasil pemodelan bahaya banjir pada kejadian banjir tahun 2013 digunakan untuk mengetahui karakteristik kerusakan tanggul pada Kanal Banjir Barat. Besarnya volume limpasan pada kerusakan tanggul yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 744.700 m3 dengan luas area terdampak banjir sebesar 39,2 Ha, sedangkan besarnya volume limpasan pada titik potensi rawan kerusakan lainnya sebesar 160.750 m3 dengan luas area terdampak banjir sebesar 9,5 Ha. Daerah terdampak banjir tanggul pada titik rawan kerusakan lainnya tersebut mencakup sebagian wilayah Kelurahan Kota Bambu Utara dan Kelurahan Jati Pulo. Hasil akhir dari perhitungan analisis risiko spesifik bangunan secara kuantitatif menunjukkan bahwa lingkungan RW II pada Kelurahan Kota Bambu Utara merupakan daerah yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi terhadap banjir dengan jumlah risiko spesifik bangunan mencapai Rp 737,72 Juta dari total risiko spesifik bangunan sebesar Rp 1,97 Miliar. ABSTRACT The structure of the canal; such as its levee in Jakarta; has a potential to fail that can cause flooding to the surrounding area. The levee breach in 2013 had caused major economy loss; thus there is a need to develop a model of the hazard and its risk analysis to the area affected. The purpose of this research is to create risk map from flood hazard to the potential affected area where the levee might fail again in the West Flood Canal. Steps taken for the research analysis are hydrological analysis; hydraulic analysis; building vulnerability assessment and risk analysis.The flood hazard map was created from the modeling of levee breachbased on volume of flow leaving from the result of simulation. Building vulnerability assessment was conducted using a modified PVTA model then used to calculate the risk analysis to find out the level of risk of the buildings in the affected areas. The outcome shows that the characteristic of the damage in the levee for the 2013 levee breach on the West Flood Canal was used for the model. The volume of the outflow in 2013 levee breach is 744.700 m3 affecting the area of 39;2 ha;on the other hand; the volume of the outflow on the predicted area is 160.750 m3 affecting  an area of 9;5 Ha. Another affected area for potential levee breach consists of Kelurahan Kota Bambu Utara and Kelurahan Jati Pulo. The end result of the risk analysis shown that RW II in Kelurahan Kota Bambu Utara is the area that has the highest risk from flood with total loss from the building in RW II is up to Rp 737;72 million from the overall building loss is Rp 1;97 billion.
Pemetaan Hutan Mangrove di Estuari Sungai Andai, Manokwari Papua Barat Berdasarkan Metode Density Slicing Berbasis Citra Alos Avnir-2 Christian S. Imburi; Projo Danoedoro; Sigit Heru Murti
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3632.115 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13090

Abstract

ABSTRAK Secara umum julat nilai spektral objek diperoleh melalui perpustakaan spektral (spectral library) atau melalui pengukuran langsung di lapangan dengan alat ukur spectroradiometer, spectrometer, dan spectrophotometer, atau alat-alat sejenis yang mahal serta jarang, sehingga sulit untuk memperoleh julat nilai spektral objek tertentu. Studi tentang Metode Density Slicing Berbasis Citra ALOS AVNIR-2 Untuk Pemetaan Hutan Mangrove di Estuari Sungai Andai, Manokwari Papua Barat dilakukan dengan tujuan menghasilkan prosedur analisis perolehan julat nilai spektral melalui analis histogram band inframerah dekat ALOS AVNIR-2.  Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan metode analisis, yakni: 1) Analisis utama untuk menghasilkan julat nilai spektral, yakni analisis histogram band inframerah dekat ALOS AVNIR-2, dan 2) Analisis tambahan untuk menjelaskan tingkat akurasi julat nilai spektral melalui: (a) survei lapangan yang menghasilkan data untuk proses uji akurasi reklasifikasi metode density slicing, serta (b) melakukan uji akurasi terhadap peta zonasi mangrove berbasis density slicing. Analisis tersebut dijabarkan melalui pendekatan penginderaan jauh multitingkat, dimana citra QuickBird digunakan sebagai referensi untuk masking citra ALOS AVNIR-2, dan juga untuk validasi peta hasil metode density slicing. Hasil dari penelitian ini adalah prosedur analisis perolehan julat nilai spektral dan julat nilai spektral zonasi genus mangrove.  Akurasi pemetan hutan mangrove untuk metode density slicingmenghasilkan nilai 40%. Nilai tersebut masih belum memenuhi standar ketelitian yang diharapkan. Namun demikian, penelitian ini secara keseluruhan dapat menghasilkan julat nilai spektral, dan hal ini memberikan implikasi terhadap pengembangan prosedur untuk menghasilkan julat nilai spektral objek. ABSTRACT Generally the range of spectral value objects can be obtained through spectral library or through direct measurement in the field with measuring instrument spectroradiometer, spectrometer and spectrophotometer, or similar tool are expensive and rarely, so difficult to obtain spectral range of the certain objects value. Study about Slicing Density Method is based AVNIR ALOS-2 imagery for mapping of mangrove forest in the river estuary Andai, Manokwari, West Papua with the purpose of generating the acquisition analysis procedures spectral value range through near infrared band histogram analysis of AVNIR ALOS-2. Aim of this study through two stages of analysis methods, namely: 1) The primary analysis to produce a spectral value range, namely histogram analysis near infrared band AVNIR ALOS-2 and 2) Additional analysis to explain the level of accuracy range spectral value through: (a) field survey that produced  data to process of classification accuracy test with density slicing method, and (b) to examine the accuracy of zoning map based mangrove density slicing. This analysis describe through a multilevel remote sensing approach, which QuickBird imagery is used as a reference for masking  AVNIR ALOS-2, and also to validate of map density slicing method. The results of this research is procedure of  acquisition spectral value range and the spectral range of  mangrove genus value zoning. Accuration of Mangrove forest mapping with density slicing method produces value of 40%. This value is still not comply expected accuracy standards. Nevertheless, overall this research can produce a range of spectral values, and it has implications for development  procedure to product a spectral range of the certain objects value.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue