cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN" : 5 Documents clear
TINGKAT KERAWANAN KEBAKARAN GAMBUT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN (Peat Fire Susceptibility in Musi Banyuasin District, South Sumatra) Made Hesti Lestari Tata; Budi Hadi Narendra; Mawazin Mawazin
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8729.82 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.51-71

Abstract

 ABSTRACTForest and land fire in 2015 was a catastrophe in Indonesia, as it did not only cause damage on forest ecosystem and environments, but also impacted human health and economic loss. This research aimed to identify hotspots distribution in 2014-2015 as an indicator of forest and land fire, and to analyze fire susceptibility in Musi Banyuasin district, South Sumatra. Data used for fire prone analysis consisted of land cover map, forest status, hotspots data derived from NOAA18, soil types, topography and moratorium map. Results showed that based on land function, hotspots were mostly found in production forest with hotspots density of 0.049 hotspots km-2. Based on land cover type, hotspots were mostly found in the open land (88 hotspots). Based on soil types, hotspots were mostly occurred on peat soils (180 hotspots and hotspot density 0.048 hotspot km-2). Soil type was mostly associated with hotspot occurrence. Sub-district of Bayung Lencir has the highest fire susceptibility among others. Low precipitation and El-Ninö phenomenon in 2015 were not the only drivers of peat fire. However two main current problems in the Forest Management Unit of Lalan Mangsang Mendis (e.g. illegal logging and open access) were driver factors of peat fire in the district. Key words: Fire prevention, fire risk map, forest management unit (FMU), peatland, spatial analysisABSTRAKKebakaran lahan dan hutan tahun 2015 telah menjadi bencana karena tidak hanya menyebabkan kerusakan pada kerusakan ekosistem hutan dan lingkungan, tetapi juga kerugian ekonomi dan kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran titik panas tahun 2014-2015 sebagai indikator kebakaran dan menganalisis tingkat kerawanan kebakaran gambut di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Data yang digunakan sebagai faktor penyusunan tingkat kerawanan adalah data spasial tutupan lahan, status kawasan, data titik panas hasil olahan dari citra NOAA18, peta tipe tanah, peta rupa bumi Indonesia dan peta moratorium gambut. Hasil analisis tahun 2015 menunjukkan bahwa berdasarkan fungsi kawasan, jumlah hotspot terbanyak dijumpai di hutan produksi (HP), yaitu 196 hotspot dengan kepadatan hotspot sebesar 0.049 hotspot km2 . Berdasarkan tipe tutupan lahan, jumlah hotspot terbesar dijumpai pada lahan terbuka sebanyak 83 hotspot. Berdasarkan tipe tanah, hotspot yang dijumpai pada lahan gambut sebanyak 180 titik, dengan kepadatan 0.048 hotspot km2 . Dengan menggunakan empat faktor penyebab yang paling berpengaruh terhadap kebakaran hutan dan lahan, maka faktor lahan gambut merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kebakaran. Tingkat kerawanan kebakaran paling tinggi terjadi di Kecamatan Bayung Lencir. Fenomena El-Nino tahun 2015 bukan penyebab utama kejadian kebakaran gambut, tetapi masih maraknya illegal logging dan ‘open access’ area yang menjadi masalah utama pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lalan Mangsang Mendis menjadi faktor pemicu terjadinya kebakaran gambut di kabupaten ini. Kata kunci: Gambut, kesatuan pengelolaan hutan, pencegahan kebakaran, rawan kebakaran, spasial
PERTUMBUHAN BIBIT KALIANDRA PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA SEMAI CETAK DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN (Growth of Kaliandra Seedling on Different Block Seedling Media Compositions in Nursery and Field) Eliya Suita; Dede J. Sudrajat; Rina Kurniaty
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.755 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.73-84

Abstract

 ABSTRACTPlanting of k aliandra (Caliandra calothyrsus Meissn.) is generally carried out by preparing the seedling using polybagwith top soil media. Large quantities of polybag may pollute the forest soil because polyethylene is difficult to be degraded. The research aimed to test ten compositions of block seedling media as a growth media for kaliandra seedlings in nursery and field. The research used randomized completely design for testing the effect o f block seedling media compositions on (1) the strength of block ed seedling media; (2) growth of k aliandra seedlings in the nursery and field test. The result showed that the media composition KM-3 (mixed media of compost 40%, rice hull charcoal 20%, soil 20%, lime 10%, tapioca 10%, rhizobium 3 g), KM-7 (compost 30%, rice hull charcoal 20%, soil 30%, lime 10%, tapioca 10%, rhizobium 3 g) and KM-8 (compost 30%, rice hull charcoal 20%, soil 30%, lime 10%, tapioca 10%, mycorrhizae 3 g) had intactness media level more than 90% after 2 months testing in nursery. Composition of KM-3 was the best growth media for kaliandra seedlings in nursery and field testing.Key words: Alternative growth media, Caliandra calothyrsus, growth, polybag ABSTRAKPenanaman kaliandra (Caliandra calothyrsus Meissn.) secara umum dilakukan dengan menyiapkan bibit dalam wadah plastik (polybag) dengan media tanah permukaan. Penggunaan polybag dalam jumlah besar dapat mencemari lahan hutan karena polybag sulit untuk terdekomposisi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji sepuluh komposisi media semai cetak terhadap pertumbuhan bibit kaliandra di persemaian dan lapangan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan komposisi media semai cetak. Parameter yang diuji adalah (1) kekuatan media cetak; (2) pertumbuhan bibit di persemaian dan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi KM-3 (campuran media kompos 40%, arang sekam 20%, tanah 20%, kaptan 10%, tapioka 10%, rhizobium 3 g), KM-7 (kompos 30%, arang sekam 20%, tanah 30%, kaptan 10%, tapioka 10%, rhizobium 3 g), dan KM-8 (kompos 30%, arang sekam 20%, tanah 30%, kaptan 10%, tapioka 10%, mikoriza 3 g) memiliki tingkat keutuhan media lebih dari 90% setelah diuji selama 2 bulan di persemaian. Komposisi KM-3 merupakan media terbaik untuk pertumbuhan tinggi dan diameter bibit kaliandra di persemaian dan lapangan.Kata kunci: Caliandra calothyrsus, media tumbuh alternatif, pertumbuhan, polybag
REGENERASI TUNAS ADVENTIF DARI EKSPLAN DAUN TEMBESU (Fagraea fragrans Roxb.) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN (Regeneration of Adventitious Shoots From Leaf Explant of Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) by tissue culture) Ratna Damayanti Sianturi; Supriyanto Supriyanto; Arum Sekar Wulandari; Benny Subandy
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2838.211 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.1-17

Abstract

 ABSTRACTembesu (Fagraea fragrans Roxb.) is one of native tree species in peatland forest and has high economical values. Sufficient amount in time of qualified seedlings is needed to support peatland rehabilitation program,and it can be achieved by tissue culture. The objective of the research was to find out the best modificationmedium of MS based on concentration of nitrogen and BAP for induction and multiplication of adventitiousshoot from leaves. The protocol of tissue culture consisted of preparation of plant material, adventitiousshoots induction, shoots multiplication, shoots elongation, rooting and seedling acclimatization. The resultsshowed (1) addition of BAP 1.5 ppm on MS medium (80 mmol N) induced adventitious shoots from leaves;(2) addition of BAP 0.1 ppm on MS medium (80 mmol N) stimulated the highest multiplication of shoots; (3).clone 2 was the best explant on elongation and rooting stage; (4). clone 4 was the best explant inacclimatization stage.Keywords : Fagraea fragrans, tissue culture, medium, organogenesisABSTRAKTembesu (Fagraea fragrans Roxb.) merupakan jenis pohon yang mampu tumbuh di hutan rawa gambut dan bernilai ekonomi tinggi. Untuk mendukung program rehabilitasi lahan gambut, maka diperlukan bibit yangberkualitas, jumlah yang cukup dan tepat waktu. Upaya yang diperlukan dalam menyediakan bibit tersebutadalah perbanyakan bibit melalui teknik kultur jaringan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan komposisimedia tumbuh MS dan zat pengatur tumbuh yang tepat dalam pembentukan dan perbanyakan tunas adventifdari daun tembesu. Metode penelitian terdiri dari persiapan bahan tanaman, induksi tunas adventif,perbanyakan tunas adventif, elongasi, pengakaran dan aklimatisasi. Penelitian menunjukkan bahwa hasilyang terbaik yaitu (1) untuk menginduksi tunas adventif diperlukan media MS (80 mmol N) denganpenambahan BAP 1,5 ppm; (2) untuk perbanyakan tunas adventif diperlukan media MS (60 mmol N) denganpenambahan 0,1 ppm BAP; (3) pada tahap elongasi dan pengakaran lebih baik menggunakan tunas adventifdari klon 2; dan (4) pada tahap aklimatisasi lebih baik menggunakan tunas adventif klon 4.Kata kunci : Fagraea fragrans, kultur jaringan, media, organogenesis 
DAYA SIMPAN BENIH JABON PUTIH [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] BERDASARKAN POPULASI DAN KARAKTERISTIK BENIH (Seed Storability of Jabon Putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] Base on Populations and Seed Characteristics) Evayusvita Rustam; Tatiek K. Suharsi; M. Rahmad Suhartanto; Dede J. Sudrajat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1440.971 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.19-34

Abstract

 ABSTRACTJabon putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] has been cultivated in large scale. However it is constrained by the availability of high quality seeds and seed storability information. This study aimed to identify seed storability of jabon putih based on populations and seed morpho-physiological characteristics. Seeds were collected from eight populations, located in eight provinces. Population was a single factor in a completely randomized design for testing the germination characteristics (germination capacity, germination uniformity, germination speed, mean germination time and germination value) before and after storage. Geo-climate and soil macro elements were used as parameters to examine the correlation between environmental factors and seed characteristics before and after storage. Population was significantly correlated with germination characteristics, before and after storage for 54 months. The results indicated that seeds from Pomalaa population had the best germination characteristics, while those from Ogan Kemiring Ilir had the worst germination characteristics. Based on moisture content and storability, jabon putih seed could be categorized as orthodox that can be stored in long time at low temperatures with low moisture content. Geo-climate and soil macro element were not significantly correlated with germination. This result indicated that genetic factor had high contribution to seed storability of jabon putih.Key word : Genetic factor, morpho-physiological, ortodox seed, storage ABSTRAKJabon putih [Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser] telah banyak dibudidayakan dalam skala luas, namun terkendala dengan ketersediaan benih bermutu dan belum adanya informasi daya simpan benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik daya simpan benih jabon putih berdasarkan populasi dan karakteristik morfo-fisiologi benih. Benih dikumpulkan dari delapan populasi yang terletak di delapan provinsi. Populasi menjadi faktor tunggal dalam rancangan acak lengkap untuk menguji karakteristik perkecambahan (daya berkecambah, keserempakan tumbuh, kecepatan berkecambah, rata-rata waktu berkecambah dan nilai perkecambahan) sebelum dan setelah penyimpanan. Geo-klimat dan unsur makro tanah merupakan parameter yang dipakai untuk menguji korelasi antara faktor lingkungan dan karakteristik perkecambahan benih sebelum dan sesudah disimpan. Perbedaan asal benih atau populasi berpengaruh nyata terhadap perkecambahan benih sebelum dan setelah disimpan selama 54 bulan. Benih dari populasi Pomalaa (Sulawesi Tengah) mempunyai karakteristik perkecambahan terbaik sedangkan benih dari populasi Ogan Kemiring Ilir (Sumatera Selatan) mempunyai karakteristik perkecambahan terendah. Berdasarkan tingkat kadar air dan daya simpannya, benih jabon putih dapat dikategorikan sebagai benih ortodoks yang mampu disimpan lama pada suhu dan kadar air rendah. Sebagian besar faktor geo-klimat dan unsur makro tanah tidak berkorelasi nyata dengan perkecambahan benih baik sebelum maupun setelah disimpan. Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa faktor genetik berkontribusi besar dalam mempengaruhi perbedaan daya simpan benih jabon putih.Kata kunci: Benih ortodoks, faktor genetik, morfo-fisiologi, penyimpanan
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INTERNAL PETANI DENGAN KEBERHASILAN PERTUMBUHAN CEMPAKA (Michelia champaca L.) DI DEMPLOT HUTAN RAKYAT (Correlation Between Internal Characteristics of Farmer with The Success of Cempaka Growth (Michelia champaca L.) on Private Forest Demonstration Plot) Irma Yeny; Murniati Murniati; Dona Octavia
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.985 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.1.35-49

Abstract

 ABSTRACTMost of the establishment of community forests fail due to lack of understanding about the characteristics of farmers. Effort to conserve cempaka (Michelia champaca L.) could be done through development of cempaka private forest. This research aimed to study correlation between internal characteristics of farmers (knowledge, attitude and behavior) with growth performance of cempaka on a private forest demonstration plot. Cempaka private forest was established in two phases (2012 and 2013), involved 36 farmers. Data was collected by structured interview with farmers and measurement of cempaka growth. Data were analyzed using Pearson Correlation Test. The result showed that there was a significant correlation between internal characteristics of farmers with growth performance of cempaka. Positive correlation was shown between attitude and behavior with the successfull of cempaka growth. The strongest correlation was shown by behavioral characteristic, as high growth performance of cempaka was strongly influenced by farmer's activity in plant maintenance. Distinctive farmer characteristics require different approaches farmers empowerment. Training in cultivation technique and economical aspect of cempaka should be provided to farmer with characeristics: good knowledge, good attitude, fair behavior. In contrary, land optimalization and strengthening farmers’ institution to anticipate larger timber market should be conducted to farmer with characteristics: poor knowledge, good attitude, good behavior. This results could be applied for farmer empowerment at Ginanjar Village in the future.Keywords: Correlation, farmer characteristics, growth, Michelia champaca, private forest ABSTRAK Pembangunan hutan rakyat sering mengalami kegagalan akibat kurangnya pemahaman tentang karakteritik kehidupan petani. Salah satu upaya melestarikan cempaka (Michelia champaca L.) dapat dilakukan dengan pola hutan rakyat. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari hubungan antara karakteristik internal petani (pengetahuan, sikap dan perilaku) dengan keberhasilan tumbuh cempaka. Pembangunan hutan rakyat cempaka dilakukan dua fase yaitu 2012 dan 2013, dengan melibatkan total 36 petani. Penelitian dilakukan melalui wawancara terstruktur responden (petani) dan pengukuran pertumbuhan tanaman cempaka. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik internal petani (pengetahuan, sikap dan perilaku) dengan keberhasilan tumbuh cempaka. Hubungan positif ditunjukkan oleh sikap dan perilaku, dimana semakin baik sikap dan perilaku, maka semakin tinggi keberhasilan tumbuh cempaka. Hubungan yang paling kuat ditunjukkan oleh karakteristik perilaku, dimana keberhasilan pertumbuhan cempaka sangat dipengaruhi oleh aktifitas petani dalam pemeliharaan tanaman. Perbedaan hubungan karakteristik petani terhadap keberhasilan tumbuh cempaka membutuhkan pembinaan yang berbeda untuk meningkatkan keberhasilan penanaman. Pembinaan petani dengan karakteristik pengetahuan baik, sikap baik dan perilaku sedang dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan teknik budidaya dan keekonomian cempaka. Sebaliknya pembinaan petani dengan karakteristik pengetahuan kurang, sikap baik dan perilaku baik dapat dilakukan dengan optimalisasi lahan dan penguatan kelembagaan petani. Hasil penelitian ini selanjutnya dapat menjadi acuan pembinaan petani cempaka di Desa Ginanjar pada masa datang.Kata Kunci : Cempaka, hutan rakyat, karakteristik petani, korelasi, pertumbuhan

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue