cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003" : 16 Documents clear
ANTISIPASI DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG PENGKAJIAN DI BPTP Syam, Amiruddin
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ready-to-use technologies generated by the Research Agencies are required to support visions andmissions carried out by Assessment Institutes of Agricultural Technology (AIATs). This paper aims to analyzetechnologies required by AIATs and means to meet them. The analyses consist of: (1) assessment planning, (2)basic decision on technologies required, (3) sources of technologies and their availability, (4) procedures andmechanism of technologies provision, and (5) performance and effectiveness of technologies use. The studyshows that: (1) decision on specific location technologies requirement remains persistent problem for AIAT’s.Limited skilled human resources lead to unrevealed problems in many regions into the assessment planning, (2)In the AIAT’s planning programs, decision on technologies used in the assessment does not rely on availabletechnologies at the Research Agencies. This is due to limited abilities of researchers at the AIATs to access theResearch Agencies’ research results, and (3) To attain the Research Agencies’ technologies the researchers at theAIATs perform it through personal contacts or publications.Key words: strategy, requirement, technologiesDi dalam mendukung dan memantapkan pelaksanaan visi dan misi Lingkup Balai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) dibutuhkan kesinambungan ketersediaan komponen teknologi matang dari BalaiPenelitian (Balit) untuk mendukung penelitian dan pengkajian yang dilakukan BPTP. Tulisan ini bertujuan untukmenganalisis kebutuhan teknologi di BPTP dan upaya pemenuhannya. Cakupan dalam analisis meliputi: (1)perencanaan kegiatan pengkajian, (2) dasar penentuan kebutuhan teknologi, (3) sumber perolehan teknologi danketersediaannya, (4) prosedur dan mekanisme pengadaan teknologi, dan (5) kinerja dan efektivitas pemanfaatanteknologi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa: (1) penentuan kebutuhan teknologi spesifik lokasi masihmerupakan satu permasalahan tersendiri bagi BPTP. Terbatasnya ketersediaan sumberdaya manusia menurutberbagai bidang keahlian, menyebabkan tidak semua masalah di daerah teraktualisasi dalam perencanaankegiatan pengkajian, (2) dalam perencanaan kegiatan di BPTP, dasar penentuan teknologi yang digunakan dalampengkajian belum sepenuhnya mengacu kepada ketersediaan teknologi di Balit. Hal ini lebih banyak disebabkanoleh keterbatasan kemampuan peneliti BPTP mengakses hasil penelitian di Balit dan (3) Dalam upaya untukmendapatkan teknologi dari Balit, peneliti BPTP lebih banyak melalui kontak pribadi atau melalui mediaperantara (publikasi).Kata kunci : kebutuhan teknologi, kebijakan strategis, penelitian dan pengkajian 
TEKNOLOGI PENINGKATAN INTENSITAS PERTANAMAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI TENGAH Bakhri, Syamsul; , Hartono; Sannang, Zaenaty; Purwaningsih, Heny
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The assessment was aimed at obtaining the technology packages of cropping patterns in the specificlocation of rainfed lowland using soybean, mung bean, rice ratooning of the first planting season. Theassessment was conducted in Wanagading village, Moutong subdistrict, Donggala, Central Sulawesi from Marchto December 2001. The assessment was done using randomized block design with four replications. Thetechnology packages of cropping patterns assessed were (1) rice-soybean with minimal inputs, (2) rice-soybeanwith optimal inputs, (3) rice-mungbean with low inputs, (4) rice-mungbean with optimal inputs, (5) rice-ricerationing, and (6) farmers’ cropping pattern as the control. Rice crops in the first planting season used Digulvariety with fertilizers dosage of 200 kg of Urea, 100 kg of SP36, and 50 kg of KCl per hectare. In the secondplanting season, soybean and mungbean with optimal input were treated with Urea of 100 kg per hectare,respectively, and those with low input were treated with Rhizobium for soybean and no fertilizer for mungbean.The cropping patterns of rice-soybean and rice-rice ratooning could increase cropping intensity up to 134.6 and96.8 percent, respectively, and R/C ratio of farmers income to 2.24 and 2.34, respectively.Key words : technology packages, cropping patern, rice, soybean, mungbean, ratooningPengkajian bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pola tanam spesifik lokasi denganmemanfaatkan tanaman kedelai, kacang hijau dan pemeliharaan ratun tanaman padi pertama. Kegiatan perakitanpaket teknologi dilaksanakan di Desa Wanagading Kecamatan Moutong Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengahdari bulan Maret sampai Desember 2001. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pola tanamspesifik lokasi dengan memanfaatkan tanaman kedelai, kacang dan hijau dan pemeliharaan ratun tanaman padipertama. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Paket teknologi yangdikaji adalah : (1) pola tanam padi-kedelai dengan masukan minimal, (2) pola tanam padi-kedelai denganmasukan optimal, (3) pola tanam padi-kacang hijau dengan masukan rendah, (4) pola tanam padi-kacang hijaudengan masukan optimal, (5) pola tanam padi-pemeliharaan ratun, (6) pola petani (kontrol). Tanaman padi padamusim pertama mengunakan varietas Digul dengan pemupukan 200 kg urea, 100 kg SP36 dan 50 kg KCL perha. Pada musim kedua, tanaman kedelai dan kacang hijau pada masukan optimal dipupuk dengan Urea sebanyak100 kg/ha sedangkan untuk masukan rendah hanya diberi Rhizobium sebagai seed treatment untuk tanamankedelai, sedangkan untuk tanaman kacang hijau tidak dipupuk. Hasil pengkajian menunjukkan bahwapemupukan NPK pada tanaman padi pada musim pertama cenderung meningkatkan hasil panen padi, demikianpula terhadap tanaman kedelai dan kacang hijau yang dipupuk dengan urea. Pola tanam padi-kedelai denganmasukan rendah dan padi-pemeliharaan ratun dapat meningkatkan intensitas pertanaman, panen dan pendapatanusahatani lahan sawah tadah hujan masing-masing sebesar 134,6 dan 96,8 persen dengan nilai R/C masingmasing2,24 dan 2,34.Kata kunci : paket teknologi, pola tanaman, padi, kedelai, kacang hijau, ratun.
PERILAKU PETANI DALAM KONSERVASI LAHAN PADA SISTEM USAHA PERTANIAN PADI SAWAH IRIGASI DI IMOGIRI, BANTUL Ratnada, Made; , Yusuf
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aimed to identify farmers’ behavior in land conservation on irrigated lowland rice farmingsystem, factors affecting farmers’ behavior level, and correlation between farmers’ behavior level and both farmincomes and productivity. The study was conducted in Kebon Agung village, Imogiri subdistrict, Bantul,Yogyakarta province from May to June 2002. There were 80 respondents of farmers selected through stratifiedrandom sampling out 5 farmers’ groups, i.e., 16 farmers for each group. Farmers’ behavior was analyzed usingChi Square (2). The factors affecting farmers’ behavior were analyzed using Ordinary Least Square continuedwith path analysis. Correlation between farmers’ behavior and both farm incomes and productivity wasevaluated using Product Moment Pearson. The results showed that on general the farmers’ behavior level wasmoderate. Factors affecting farmers’ behavior in land conservation were farmers’ motivation to reach success,farmers’ knowledge on land conservation, farmers’ initiatives to get information, and extension intensity.Farmers’ behavior in land conservation was highly correlated with farm incomes and productivity.Key words : farmers’ behaviour land, conservation, irrigated rice field, rice farming. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat perilaku petani dalam konservasi lahan pada SistemUsaha Pertanian (SUP) Padi Sawah Irigasi; serta faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara tingkatperilaku tersebut dengan produktivitas dan pendapatan usahatani padi. Penelitian dilaksanakan di Desa KebonAgung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta selama dua bulan dari bulan Meisampai Juni 2002. Petani responden berjumlah 80 orang yang diambil secara Stratified Random Sampling dari 5kelompok tani, yaitu 16 petani untuk setiap kelompok. Untuk mengetahui tingkat perilaku digunakan pengujianChi Square (X2 ), sedangkan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diidentifikasi dengan modelregresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square, yang dikembangkan ke analisis jalur (pathanalysis). Korelasi antara perilaku petani dengan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah irigasidievaluasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwapada umumnya tingkat perilaku petani dalam Konservasi Lahan pada SUP Padi Sawah Irigasi tergolong sedang.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku petani dalam konservasi lahan adalah motivasi petanimencapai keberhasilan, wawasan petani tentang konservasi lahan, keaktifan petani mencari informasi konservasilahan, dan intensitas penyuluhan tentang konservasi lahan. Perilaku petani dalam konservasi lahan mempunyaikorelasi yang kuat dan positif dengan produktivitas dan pendapatan usahataninya.Kata kunci : perilaku petani, konservasi lahan, sawah irigasi, usahatani padi
TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan “Cooperative Farming” , Wahyunindyawati; Kasijadi, F.; , Heriyanto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aimed at assessing factors affecting farmers to adopt technology of lowland rice farmingsystem using cooperative farming model. The study was conducted in Jember district during the wet season of2000/2001. Total samples were 105 farmers and data collection was done through a farm record keeping method.Data were analyzed using logit function. The results showed that factors affecting farmers’ adoption of culturalpractices were plant spacing within a legowo parallel system, choice of improved variety of Way Apu Buru,quantity of seed, and balanced fertilizer in the specific location. Factors affecting adoption of legowo parallelsystem and choice of the Way Apu Buru variety were costs of inputs, total labor, farming experiences, andprofitability. The factor of land area affected only plant spacing of legowo parallel system. Adoption of seedapplication was affected by total labor, land area, and educational background of the farmers. Balanced fertilizerapplication in the specific location was affected by costs of inputs and profitability. To encourage farmers toadopt new technology of rice farming system in the cooperative farming model, it requires the governmentprograms to improve farmers’ skills and knowledges through extension and capital credit.Key words : technology adoption, rice field, cooperative farming. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi petaniterhadap teknologi sistem usahatani padi di lahan sawah dalam model cooperative farming. Penelitiandilaksanakan di Kabupaten Jember pada musim hujan 2000/2001. Total petani contoh sebanyak 105 orang, danmetode pencatatan usahatani farm record keeping method digunakan dalam pengumpulan data. Analisa datamenggunakan model fungsi logit. Hasil penelitian menunjukkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhitingkat adopsi petani terhadap beberapa teknologi budidaya, antara lain : jarak tanam sistem jajar legowo;pemilihan varietas unggul padi Way Apu Buru; jumlah benih yang digunakan; dan penggunaan pupukberimbang spesifik lokasi. Faktor yang mempengaruhi adopsi jarak tanam sistem jajar legowo dan pemilihanvarietas Way Apo Buru adalah biaya sarana produksi, jumlah tenaga kerja, pengalaman usahatani dan tingkatkeuntungan. Faktor luas lahan, hanya mempengaruhi adopsi jarak tanam sistem jajar legowo. Adopsipenggunaan benih dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, luas lahan dan tingkat pendidikan petani. Sedangkanpenggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi dipengaruhi oleh biaya sarana produksi dan tingkat keuntungan.Dalam upaya peningkatan adopsi petani terhadap teknologi usahatani padi dalam model kooperatif usahatanimasih diperlukan dukungan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani melalui penyuluhan danbantuan permodalan.Kata kunci : adopsi teknologi, padi sawah, usaha kooperatif
KAJIAN ADOPSI PAKET TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN KEDELAI DI JAWA TIMUR Santoso, Pudji; Suryadi, Agus; Subagiyo, Herman; , Yuniarti
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted on irrigated lowland in Bojonegoro district and on dryland in Pasuruandistrict in 1999/2000. Data collection was done through survey method and consisted of farmers’ characteristics,technology applied, productivity and farms’ incomes. The study aimed to get information on (1) adoption anddiffusion levels of the recommended technology, (2) impacts of recommended technology on productivity andfarms’ incomes. Adoption level of recommended technology was higher in lowland in Bojonegoro (67%) thanthat in dry land in Pasuruan (44%). Diffusion level of technology to the non participating farmers in Bojonegorowas higher (55%) than that to the non participating farmers in Pasuruan. Productivity and income of soybeanfarms in Bojonegoro increased by 21and 104 percents, respectively. In Pasuruan, productivity and farms incomesincreased by 11 and 89 percents, respectively. To sustain adoption of recommended technology on soybeanfarming system, it requires (1) on time inputs provision, (2) extension workers’ guidance since planting to postharvest, (3) feasible and stable floor price, (4) farmers’ participation and awareness, and (5) local governments’supports.Key words : farming system pattern, technology, lowland, adoption, diffusionKajian adopsi paket teknologi ini dilakukan di Kabupaten Bojonegoro untuk lahan sawah dan diKabupaten Pasuruan untuk lahan tegal, tahun 1999/2000. Pengumpulan data yang meliputi karakteristik petani,penerapan teknologi serta produktivitas dan pendapatan usahatani kedelai dilakukan dengan metode survai.Kajian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang (1) tingkat adopsi dan difusi paket teknologi anjurandan (2) dampak teknologi anjuran terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani. Hasil kajian menunjukkanbahwa tingkat adopsi paket teknologi anjuran untuk lahan sawah di Bojonegoro (67%) lebih tinggidibandingkan paket teknologi anjuran lahan tegal di Pasuruan (44%). Demikian pula paket teknologi anjuranyang terdifusi oleh petani non-peserta di Bojonegoro lebih tinggi dibandingkan di Pasuruan (42%). Produktivitasdan pendapatan usahatani kedelai lahan sawah di Bojonegoro masing-masing meningkat sebesar 21 dan 104persen, sedangkan lahan tegal di Pasuruan meningkat sebesar 11 dan 89 persen. Agar adopsi teknologi budidayakedelai dapat berlanjut, maka diperlukan; (1) penyediaan sarana produksi tepat waktu, (2) bimbingan olehpetugas secara terus menerus, sejak tanam hingga pasca panen, (3) jaminan harga yang layak dan stabil, (4)kesadaran dan partisipasi petani dan (5) dorongan pemerintah daerah.Kata kunci : pola usahatani, teknologi, lahan sawah, adopsi dan difusi
KAJIAN RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG DAUN (Allium fistulosum L) PADA LAHAN DATARAN TINGGI DI BANDUNG, JAWA BARAT Sutrisna, Nana; Ishaq, Iskandar; Suwalan, S.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Welsh onion is prosperous to grow intensively to its increasing demand for either domestic or exportmarkets. Productivity at farm level, however, is still low due to unavailable appropriate cultural practice. Thisstudy aimed to know the technical and finacila performances of application of improved cultural practice ofwelsh onion carried in Alamendah village, Rancabali subdistrict, Bandung district with elevation of 1,400 mabove sea level on 2001 dry season (April-June 2001). The method used was “On-Farm Client OrientedAdaptive Research” (OFCOAR). Experimental plots were divide into two treatments, i.e., improved culturalpractice of welsh onion (T1) and local cultural practice (T2) with replications of 8 farmers. The results showedthat improved cultural practice significantly affected crops’ height, total shoots, and yields. The yield increasedby 6.6 tons/ha or 78.6 percents, and net profits increased by Rp 3,865,525 or more than 129 percents withparticipating farmers’ B/C ratio of 1.34 and that of non participating farmers of 0.80. The value of IBCR of 2.73indicated that addition of one unit of input could increase wells onion farm business by 2.73 times.Key words : cultural practice, welsh onion, highland farmingBawang daun memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan peningkatan kebutuhan permintaankonsumen domestik maupun untuk tujuan ekspor. Namun demikian, pada saat ini produktivitas rata-rata ditingkat petani masih relatif rendah akibat belum tersedianya rakitan budidaya yang optimal. Pengkajian inibertujuan mengetahui keragaan teknis dan finansial penerapan perbaikan rakitan teknologi budidaya bawangdaun yang dilaksanakan di desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, dengan tinggi tempat1.400 m dari permukaan laut (dpl) pada MK 2001 (April-Juni 2001). Pendekatan dilakukan berdasarkan “On-Farm Client Oriented Adaptive Research” (OFCOAR). Rancangan percobaan petak dibagi menjadi duaperlakuan, yaitu (T1) perbaikan rakitan teknologi budidaya bawang daun dan (T2) teknologi petani setempatyang diulang pada 8 orang petani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa penerapan perbaikan teknologibudidaya memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman, jumlah tunas, dan hasil bawangdaun. Hasil panen meningkat 6,6 ton/ha atau 78,6 persen dan pendapatan bersih meningkat sebesar Rp.3.865.525,00 atau lebih dari 129 persen dengan BC ratio 1,34 pada petani kooperator dan 0,80 pada petani nonkooperator.Nilai IBCR 2,73 berarti bahwa penambahan satu satuan input dapat meningkatkan pendapatanusahatani bawang daun sebesar 2,73 kali.Kata kunci : teknologi budidaya, bawang daun, usahatani dataran tinggi
USAHATANI KOPI ROBUSTA DENGAN PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI PUPUK ORGANIK DI BALI , Rubiyo; Guntoro, S.; , Suprapto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Coffee farming system assessment using dung manure decomposed by worms, Rummino bacillus, andnormally decomposed was done in Buleleng, Bali in 2001-2002. The productive coffee plantation assessed inthis study was owned by farmers and planted in 1994. The assessment consisted of three farmers’ groups and 5farmers were selected from each group or total of 15 participating farmers treated as replication with 3 types oforganic fertilizers as technology introduced, namely (a) P0 = normally decomposed, (b) P1 = dung manure ofgoats decomposed by worms, and (c) P2 = dung manure of goats decomposed by Rummino bacillus. The resultsshowed that P2 produced the average highest yield of 948.80 kilograms per hectare of coffee beans with profitsof Rp 863,800 per year and return to cost (R/C) ratio of 1.35. P0 gave the lowest yield of 550.40 kilograms perhectare of coffee beans and its R/C ratio of 0.89.Key words : robusta coffee, farming systems, organic fertilizer Pengkajian usahatani kopi robusta dengan pupuk organik dari kotoran kambing yang dikomposkandengan cacing, Rummino bacillus dan cara pengomposan biasa telah dilakukan pada tahun 2001-2002 diBuleleng Bali. Tanaman kopi yang digunakan sebagai obyek pengkajian adalah jenis kopi robusta milik petanidan telah menghasilkan (TM) tahun tanam 1994. Pengkajian melibatkan 3 kelompok tani dan tiap kelompokdiambil 5 orang sehingga terdapat 15 petani kooperator sebagai plot pangkajian (ulangan) dengan 3 macampupuk organik digunakan sebagai introduksi teknologi yaitu (a) PO= Pengomposan dilakukan dengan cara biasa(b) P1= Pupuk dari kotoran kambing yang dikomposkan dengan cacing (kascing) dan (c) P2= Pupuk dari kotorankambing yang dikomposkan dengan menggunakan Rummino bacillus. Hasil pengkajian menunjukan bahwateknologi P2 menghasilkan jumlah produksi kopi tertinggi dengan rata-rata 948,80 kg kopi beras/ha dengankeuntungan Rp 863.800/tahun dengan tingkat R/C 1,35. PO menghasilkan produksi terendah, yaitu 550,40 kgkopi beras/ha dengan tingkat R/C 0,89.Kata kunci : kopi robusta, usahatani, pupuk organik
ANALISIS KEBIJAKAN STRATEGIS DALAM MENDUKUNG SISTEM USAHATANI BERKELANJUTAN DI LAHAN PASANG SURUT SEBAKUNG KALIMANTAN TIMUR Nappu, Basir; Widowati, RR.; , Emilya; K.S. Swastika, Dewa
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Despite some existing problems, swampy areas in East Kalimantan are potential agricultural land. Oneof the problems is conflicting interest between the food crops farmers in the upstream and the brackish water fishgrowers in the downstream. The fish growers suspect that the water flows from upstream is contaminated withpesticides and sulfidic acid and it will be toxic to their ponds. Thus, they closed the primary canal flowing intothe ponds in the downstream. The results are destructive to both parties, namely flooding in the food crops fieldsin the upstream during the wet season and excessive inflow of salty water from the sea into the fish ponds in thedownstream. This assessment is aimed at investigating whether the food crops farming has negative impacts onthe brackish water fish growing. The results showed that closing of the drainage canal (Primer II) did not affectthe water acidity in the downstream. The negative impacts of the closing were bad drainage of the food cropsfields in the upstream and high salinity of the downstream fish ponds. Technically, if the Primer II canal wasopened it would function normally as a drainage canal and the supply of fresh water to the ponds. However,opening of the Primer II canal would raise protest of the fish growers because they kept assuming that water flowfrom the canal would be risky to the fish in the pond. The best option to take is widening and deepening bothbuilt alternative canals.Key words: policy analysis, sustainable agriculture, swampy areaMeskipun mempunyai banyak permasalahan, lahan pasang surut di Kalimantan Timur dapat dipandangsebagai sumberdaya pertanian yang potensial. Salah satu permasalahan yang memerlukan pemecahan segeraadalah konflik kepentingan antara petani tanaman pangan dengan petani tambak. Petani tambak menduga bahwalimpahan air dari usahatani pangan membawa racun pestisida dan pirit sehingga air bereaksi masam dan akanmeracuni ikan dalam tambak. Dugaan ini menyebabkan petani tambak menutup saluran primer (sungaiMaruwat) yang menuju ke areal tambak. Akibatnya, pada musim hujan terjadi banjir pada areal tanaman pangan,dan pada musim kemarau terjadi pemasukan air laut yang berlebihan di lahan tambak. Kondisi ini merugikankedua belah pihak, baik petani pangan maupun petani tambak. Pengkajian ini dilakukan untuk mengidentifikasiapakah benar usahatani tanaman pangan mempunyai dampak yang negatif terhadap budidaya ikan tambak. Hasilkajian menunjukkan bahwa penutupan saluran Primer-II tidak berpengaruh terhadap kemasaman air di bagianhilir. Dampak negatif dari penutupan saluran tersebut adalah buruknya sistem drainase pada lahan pangan dibagian hulu dan tingginya salinitas air tambak di bagian hilir. Secara teknis, saluran Primer-II akan berfungsisecara normal sebagai saluran drainase dan pemasok air tawar untuk tambak, apabila saluran tersebut dibukakembali. Namun langkah ini dapat menimbulkan gejolak di kalangan petani tambak, karena mereka masihberpendapat bahwa aliran air dari saluran Primer-II membahayakan ikan di tambak. Oleh karena itu, langkahyang paling strategis adalah memperlebar dan memperdalam dua saluran alternatif yang sudah dibangun.Kata kunci : analisis kebijakan, usahatani berkelanjutan, lahan pasang surut
ANALISIS KEBIJAKAN STRATEGIS DALAM MENDUKUNG SISTEM USAHATANI BERKELANJUTAN DI LAHAN PASANG SURUT SEBAKUNG KALIMANTAN TIMUR Basir Nappu; RR. Widowati; Emilya ;; Dewa K.S. Swastika
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v6n1.2003.p%p

Abstract

Despite some existing problems, swampy areas in East Kalimantan are potential agricultural land. Oneof the problems is conflicting interest between the food crops farmers in the upstream and the brackish water fishgrowers in the downstream. The fish growers suspect that the water flows from upstream is contaminated withpesticides and sulfidic acid and it will be toxic to their ponds. Thus, they closed the primary canal flowing intothe ponds in the downstream. The results are destructive to both parties, namely flooding in the food crops fieldsin the upstream during the wet season and excessive inflow of salty water from the sea into the fish ponds in thedownstream. This assessment is aimed at investigating whether the food crops farming has negative impacts onthe brackish water fish growing. The results showed that closing of the drainage canal (Primer II) did not affectthe water acidity in the downstream. The negative impacts of the closing were bad drainage of the food cropsfields in the upstream and high salinity of the downstream fish ponds. Technically, if the Primer II canal wasopened it would function normally as a drainage canal and the supply of fresh water to the ponds. However,opening of the Primer II canal would raise protest of the fish growers because they kept assuming that water flowfrom the canal would be risky to the fish in the pond. The best option to take is widening and deepening bothbuilt alternative canals.Key words: policy analysis, sustainable agriculture, swampy areaMeskipun mempunyai banyak permasalahan, lahan pasang surut di Kalimantan Timur dapat dipandangsebagai sumberdaya pertanian yang potensial. Salah satu permasalahan yang memerlukan pemecahan segeraadalah konflik kepentingan antara petani tanaman pangan dengan petani tambak. Petani tambak menduga bahwalimpahan air dari usahatani pangan membawa racun pestisida dan pirit sehingga air bereaksi masam dan akanmeracuni ikan dalam tambak. Dugaan ini menyebabkan petani tambak menutup saluran primer (sungaiMaruwat) yang menuju ke areal tambak. Akibatnya, pada musim hujan terjadi banjir pada areal tanaman pangan,dan pada musim kemarau terjadi pemasukan air laut yang berlebihan di lahan tambak. Kondisi ini merugikankedua belah pihak, baik petani pangan maupun petani tambak. Pengkajian ini dilakukan untuk mengidentifikasiapakah benar usahatani tanaman pangan mempunyai dampak yang negatif terhadap budidaya ikan tambak. Hasilkajian menunjukkan bahwa penutupan saluran Primer-II tidak berpengaruh terhadap kemasaman air di bagianhilir. Dampak negatif dari penutupan saluran tersebut adalah buruknya sistem drainase pada lahan pangan dibagian hulu dan tingginya salinitas air tambak di bagian hilir. Secara teknis, saluran Primer-II akan berfungsisecara normal sebagai saluran drainase dan pemasok air tawar untuk tambak, apabila saluran tersebut dibukakembali. Namun langkah ini dapat menimbulkan gejolak di kalangan petani tambak, karena mereka masihberpendapat bahwa aliran air dari saluran Primer-II membahayakan ikan di tambak. Oleh karena itu, langkahyang paling strategis adalah memperlebar dan memperdalam dua saluran alternatif yang sudah dibangun.Kata kunci : analisis kebijakan, usahatani berkelanjutan, lahan pasang surut
TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan “Cooperative Farming” Wahyunindyawati ;; F. Kasijadi; Heriyanto ;
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v6n1.2003.p%p

Abstract

The study aimed at assessing factors affecting farmers to adopt technology of lowland rice farmingsystem using cooperative farming model. The study was conducted in Jember district during the wet season of2000/2001. Total samples were 105 farmers and data collection was done through a farm record keeping method.Data were analyzed using logit function. The results showed that factors affecting farmers’ adoption of culturalpractices were plant spacing within a legowo parallel system, choice of improved variety of Way Apu Buru,quantity of seed, and balanced fertilizer in the specific location. Factors affecting adoption of legowo parallelsystem and choice of the Way Apu Buru variety were costs of inputs, total labor, farming experiences, andprofitability. The factor of land area affected only plant spacing of legowo parallel system. Adoption of seedapplication was affected by total labor, land area, and educational background of the farmers. Balanced fertilizerapplication in the specific location was affected by costs of inputs and profitability. To encourage farmers toadopt new technology of rice farming system in the cooperative farming model, it requires the governmentprograms to improve farmers’ skills and knowledges through extension and capital credit.Key words : technology adoption, rice field, cooperative farming. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi petaniterhadap teknologi sistem usahatani padi di lahan sawah dalam model cooperative farming. Penelitiandilaksanakan di Kabupaten Jember pada musim hujan 2000/2001. Total petani contoh sebanyak 105 orang, danmetode pencatatan usahatani farm record keeping method digunakan dalam pengumpulan data. Analisa datamenggunakan model fungsi logit. Hasil penelitian menunjukkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhitingkat adopsi petani terhadap beberapa teknologi budidaya, antara lain : jarak tanam sistem jajar legowo;pemilihan varietas unggul padi Way Apu Buru; jumlah benih yang digunakan; dan penggunaan pupukberimbang spesifik lokasi. Faktor yang mempengaruhi adopsi jarak tanam sistem jajar legowo dan pemilihanvarietas Way Apo Buru adalah biaya sarana produksi, jumlah tenaga kerja, pengalaman usahatani dan tingkatkeuntungan. Faktor luas lahan, hanya mempengaruhi adopsi jarak tanam sistem jajar legowo. Adopsipenggunaan benih dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, luas lahan dan tingkat pendidikan petani. Sedangkanpenggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi dipengaruhi oleh biaya sarana produksi dan tingkat keuntungan.Dalam upaya peningkatan adopsi petani terhadap teknologi usahatani padi dalam model kooperatif usahatanimasih diperlukan dukungan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani melalui penyuluhan danbantuan permodalan.Kata kunci : adopsi teknologi, padi sawah, usaha kooperatif

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2003 2003


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue