F. Kasijadi
Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Timur Jl. Raya Karangploso KM.4 PO Box 188 Malang 65101

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan “Cooperative Farming” , Wahyunindyawati; Kasijadi, F.; , Heriyanto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aimed at assessing factors affecting farmers to adopt technology of lowland rice farmingsystem using cooperative farming model. The study was conducted in Jember district during the wet season of2000/2001. Total samples were 105 farmers and data collection was done through a farm record keeping method.Data were analyzed using logit function. The results showed that factors affecting farmers’ adoption of culturalpractices were plant spacing within a legowo parallel system, choice of improved variety of Way Apu Buru,quantity of seed, and balanced fertilizer in the specific location. Factors affecting adoption of legowo parallelsystem and choice of the Way Apu Buru variety were costs of inputs, total labor, farming experiences, andprofitability. The factor of land area affected only plant spacing of legowo parallel system. Adoption of seedapplication was affected by total labor, land area, and educational background of the farmers. Balanced fertilizerapplication in the specific location was affected by costs of inputs and profitability. To encourage farmers toadopt new technology of rice farming system in the cooperative farming model, it requires the governmentprograms to improve farmers’ skills and knowledges through extension and capital credit.Key words : technology adoption, rice field, cooperative farming. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi petaniterhadap teknologi sistem usahatani padi di lahan sawah dalam model cooperative farming. Penelitiandilaksanakan di Kabupaten Jember pada musim hujan 2000/2001. Total petani contoh sebanyak 105 orang, danmetode pencatatan usahatani farm record keeping method digunakan dalam pengumpulan data. Analisa datamenggunakan model fungsi logit. Hasil penelitian menunjukkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruhitingkat adopsi petani terhadap beberapa teknologi budidaya, antara lain : jarak tanam sistem jajar legowo;pemilihan varietas unggul padi Way Apu Buru; jumlah benih yang digunakan; dan penggunaan pupukberimbang spesifik lokasi. Faktor yang mempengaruhi adopsi jarak tanam sistem jajar legowo dan pemilihanvarietas Way Apo Buru adalah biaya sarana produksi, jumlah tenaga kerja, pengalaman usahatani dan tingkatkeuntungan. Faktor luas lahan, hanya mempengaruhi adopsi jarak tanam sistem jajar legowo. Adopsipenggunaan benih dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, luas lahan dan tingkat pendidikan petani. Sedangkanpenggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi dipengaruhi oleh biaya sarana produksi dan tingkat keuntungan.Dalam upaya peningkatan adopsi petani terhadap teknologi usahatani padi dalam model kooperatif usahatanimasih diperlukan dukungan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani melalui penyuluhan danbantuan permodalan.Kata kunci : adopsi teknologi, padi sawah, usaha kooperatif
PEMBERDAYAAN PETANI LAHAN SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DALAM PERSPEKTIF CORPORATE FARMING DI JAWA TIMUR Kasijadi, F.; Suryadi, A.; , Suwono
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Most of lowland rice farms in East Java are small scales and managed individually. It leads to diverseproductivity, economically inefficient, and less competitive. An assessment was conducted in wet season2000/2001 with its objective of finding farmers empowerment model through the “Corporate Farming” model in aspecific location in accordance with the agreement of farmers’ groups. The study involved two farmers’ groups ofSido Mukti and Sido Makmur in Bintoyo village, Padas sub district, Ngawi district, in an irrigated land area of 100hectares. The control was Marsudi Tani farmers’ group in the same district. Results showed the farmers could notaccept “Corporate Farming” model, especially in centralized land management and land consolidation. Around 60percent of the farmers rejected the centralized land management even though they were the share holders.Appropriate farmers empowerment was the “Cooperative Farming” model in which farm inputs management andproduct marketing were handled through corporation pattern. The “Cooperative Farming” was able to lessen inputprice, decrease minimal productivity to reach break even point between 5 to 15 percent. Rice competitivenessimproved due to productivity increase by 5 to 37 percent, net profit rise by 14 to 64 percent, and highercompetitive advantage of 7 to 22 percent.Key words: farmers empowerment, cooperative farming, lowland rice farmingKegiatan pertanian lahan sawah di Jawa Timur didominasi oleh usaha skala sempit dan dikelola secaraperorangan. Hal ini menyebabkan produktivitas beragam dan secara ekonomis kurang efisien, sehingga daya sainghasil rendah. Oleh karena itu pada musim hujan 2000/2001dilakukan pengkajian dengan tujuan memperolehmodel pemberdayaan petani melalui “Corporate Farming” spesifik lokasi sesuai kesepakatan kelompok tani.Pengkajian dilaksanakan pada kelompok tani Sido Mukti dan Sido Makmur desa Bintoyo, Kecamatan Padas,Kabupaten Ngawi dengan hamparan sawah irigasi seluas 100 ha. Sebagai pembanding digunakan kelompok taniMarsudi Tani pada kecamatan yang sama. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberdayaan petani melaluimodel “Corporate Farming” belum dapat diterima petani, terutama penyerahan pengelolaan lahan dan konsolidasilahan. Sekitar 60 persen petani tidak bersedia lahan usahanya dikelola dalam satu manajemen dan petani sebagaipemegang saham. Pemberdayaan petani yang sesuai dan dapat diterima petani adalah model “CooperativeFarming”, yaitu pengelolaan sarana produksi dan pemasaran secara korporasi. Penerapan model “CooperativeFarming” mampu menekan harga sarana produksi, menurunkan produktivitas minimal untuk mencapai titik impas5–15 persen, dan dapat meningkatkan daya saing hasil padi, karena dapat meningkatkan produktivitas 5 – 37persen, meningkatkan keuntungan bersih 14 – 64 persen dan keunggulan kompetitif lebih tinggi 7 – 22 persen.Kata kunci : pemberdayaan petani, usahatani kooperatif, usahatani padi sawah