Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KELEMBAGAAN PEMASARAN TERNAK SAPI POTONG DI TIMOR BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR , Yusuf; Nulik, J.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cattle Marketing Institutions in West Timor, East Nusa Tenggara. The cattle marketing in East Nusa Tenggara (NTT) has not yet been conducted through a careful planning, but it is more influenced by cash needs. Besides that there were so many marketing channels before reaching the end consumers, thus the margins received were relatively variable. The aims of this research, were: (1) to find out the marketing channels of beef, (2) to find out the margin of each channel, (3) to find out various problems faced in beef marketing, and (4) to formulate recommended policies for the local government related to beef cattle development. Trader samplings were conducted by purposive samplings, i.e. by following the market channels, i.e. from: producers, village traders, livestock market traders, to the inter island traders (end consumers). Data collected in the research consisted of primary and secondary data. The results indicate that there are three market channels, i.e.: (1) Producers- village traders — livestock market traders — inter island traders, (2) Producers — livestock market traders — inter island traders, and (3) Producers — inter island traders. The highest marketing margin was obtained from the first marketing channel (Rp.1,062,500,- per head) and the lowest was from the third marketing channel (Rp.637,500,- per head). The main problem in the cattle marketing in NTT was the high cost of marketing caused by the execution of the local government regulations related to taxes, retributions and many other cost components that are difficult to avoid during the marketing process. Therefore there should be deregulation by the local government in relation to the provision of infrastructures and supporting facilities for marketing and the control on double tax payments, though they may have legal supports. Key words: Marketing, beef cattle, East Nusa Tenggara Pemasaran ternak sapi potong di NTT belum dilakukan dengan perencanaan yang matang, tetapi lebih dipengaruhi oleh adanya kebutuhan uang tunai. Selain itu masih banyaknya saluran pemasaran sampai ke konsumen akhir sehingga margin yang diterima petani relatif bervariasi. Tujuan penelitian: (1) mengetahui saluran pemasaran temak potong, (2) mengetahui margin dari setiap saluran pemasaran, (3) mengetahui berbagai masalah yang dihadapi dalam pemasaran temak potong, dan (4) merumuskan rekomendasi kebijakan kepada Pemda berkaitan dengan pengembangan ternak potong. Pengambilan sampel pedagang dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan mengikuti saluran pemasaran yang dilalui oleh temak sapi, yakni dari Produsen, Blantik Desa, Blantik Pasar Hewan sampai ke Pedagang Antar Pulau (konsumen akhir). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga bentuk saluran pemasaran, yaitu : (1) Produsen - blantik desa - blantik pasar hewan - pedagang antar pulau, (2) Produsen - blantik pasar hewan - pedagang antar pulau, (3) Produsen - pedagang antar pulau. Margin pemasaran yang paling besar adalah pada saluran I yakni Rp.1.062.500/ekor dan yang terkecil pada saluran HI yakni Rp.637.500/ekor. Masalah utama dalam pemasaran ternak adalah tingginya biaya pemasaran akibat diperlakukannya berbagai Perda terkait dengan pajak, retribusi serta banyaknya komponen biaya pemasaran yang sulit dihindari selama proses pemasaran. Perlunya deregulasi Pemda terkait sarana dan prasarana pemasaran dan menertibkan pungutan—pungutan ganda sekalipun mempunyai kekuatan hukum. Kata kunci : Pemasaran, ternak potong, Nusa Tenggara Timur
PERILAKU PETANI DALAM KONSERVASI LAHAN PADA SISTEM USAHA PERTANIAN PADI SAWAH IRIGASI DI IMOGIRI, BANTUL Ratnada, Made; , Yusuf
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study aimed to identify farmers’ behavior in land conservation on irrigated lowland rice farmingsystem, factors affecting farmers’ behavior level, and correlation between farmers’ behavior level and both farmincomes and productivity. The study was conducted in Kebon Agung village, Imogiri subdistrict, Bantul,Yogyakarta province from May to June 2002. There were 80 respondents of farmers selected through stratifiedrandom sampling out 5 farmers’ groups, i.e., 16 farmers for each group. Farmers’ behavior was analyzed usingChi Square (2). The factors affecting farmers’ behavior were analyzed using Ordinary Least Square continuedwith path analysis. Correlation between farmers’ behavior and both farm incomes and productivity wasevaluated using Product Moment Pearson. The results showed that on general the farmers’ behavior level wasmoderate. Factors affecting farmers’ behavior in land conservation were farmers’ motivation to reach success,farmers’ knowledge on land conservation, farmers’ initiatives to get information, and extension intensity.Farmers’ behavior in land conservation was highly correlated with farm incomes and productivity.Key words : farmers’ behaviour land, conservation, irrigated rice field, rice farming. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkat perilaku petani dalam konservasi lahan pada SistemUsaha Pertanian (SUP) Padi Sawah Irigasi; serta faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara tingkatperilaku tersebut dengan produktivitas dan pendapatan usahatani padi. Penelitian dilaksanakan di Desa KebonAgung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta selama dua bulan dari bulan Meisampai Juni 2002. Petani responden berjumlah 80 orang yang diambil secara Stratified Random Sampling dari 5kelompok tani, yaitu 16 petani untuk setiap kelompok. Untuk mengetahui tingkat perilaku digunakan pengujianChi Square (X2 ), sedangkan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diidentifikasi dengan modelregresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square, yang dikembangkan ke analisis jalur (pathanalysis). Korelasi antara perilaku petani dengan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah irigasidievaluasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwapada umumnya tingkat perilaku petani dalam Konservasi Lahan pada SUP Padi Sawah Irigasi tergolong sedang.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku petani dalam konservasi lahan adalah motivasi petanimencapai keberhasilan, wawasan petani tentang konservasi lahan, keaktifan petani mencari informasi konservasilahan, dan intensitas penyuluhan tentang konservasi lahan. Perilaku petani dalam konservasi lahan mempunyaikorelasi yang kuat dan positif dengan produktivitas dan pendapatan usahataninya.Kata kunci : perilaku petani, konservasi lahan, sawah irigasi, usahatani padi
MASALAH DAN ALTERNATIF PENGENDALIAN PENYAKIT JERUK KEPROK SOE DI NUSA TENGGARA TIMUR Murdolelono, B.; , Yusuf; Bora, C.Y.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keprok Soe citrus is one of the potential agricultural commodities of East Nusa Tenggara Province.Production and yield of Keprok Soe currently are still relatively low due to disease attack. This study was carried outin 2000 in North Central Timor and South Central Timor Districts aimed at assessing types of diseases and diseasescontrol practiced by farmers. Locations of study consisted of three villages randomly selected. Data were collectedusing RRA approach, questionnaires, and direct field observation. The results showed that: (1) Phytophthora sp.,Diplodia sp, and sporosis virus were the most important diseases of the Keprok Soe citrus plantation and thosediseases affected 13.3 percent of the citrus trees; (2) farmers’ incomes gained from Keprok Soe citrus farms variedfrom Rp 613,000 to Rp 875,000 per year with average ownership of 98 trees per household and productive trees of33.8 percent; (3) spread of citrus diseases was probably due to low inputs application and inappropriate farmers’practice, namely without application of fertilizer and pesticide, and no irrigation. Some important measures to take tocontrol the diseases are: (1) improving citrus farming technology using simple introduced farming technology,applying low production inputs, and utilizing existing local inputs; (2) conducting extension through dissemination ofleaflets, brochures, and posters; (3) enhancing citrus plantation in non-endemic areas with agro ecosystems similar tothe citrus producing areas; and (4) using Cleropatra, Taiwanica, and Citromello clones as the rootstocks tolerant toPhytophthora sp and Diplodia sp diseases.Key words: Keprok Soe citrus, disease, control alternative, East Nusa Tenggara Jeruk keprok Soe merupakan komoditas unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Produksi danproduktivitas jeruk keprok Soe saat ini masih rendah yang disebabkan serangan penyakit. Penelitian dilaksanakanpada tahun 2000 di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan yang bertujuan untuk mengetahuijenis-jenis penyakit dan teknologi pengendalian penyakit oleh petani. Lokasi penelitian terdiri dari tiga desa yangpemilihannya dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan melalui RRA, kuisioner dan pengamatan langsungdi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Phytophthora sp, Diplodia sp dan virus sporosis merupakanpenyakit terpenting pada tanaman jeruk keprok Soe dan kematian tanaman akibat penyakit mencapai 13,3 persen, (2)pendapatan petani dari usahatani jeruk keprok Soe berkisar antara Rp. 613.000 sampai 875.000 per tahun, sementarakepemilikan pohon jeruk 98 pohon per KK dan jumlah pohon produktif hanya 33,8 persen, (3) perkembanganpenyakit jeruk kemungkinan dipicu oleh penggunaan input teknologi yang rendah dan teknologi budidaya jeruk yangdilakukan petani sangat sederhana, yakni ditandai dengan tanpa pemupukan, tanpa pestisida dan tanpa pengairan.Beberapa upaya penting dalam pengendalian penyakit jeruk adalah: (1) melakukan perbaikan teknologi budidayajeruk dengan introduksi teknologi budidaya yang sederhana, menggunakan input produksi yang rendah danmenggunakan bahan-bahan lokal yang mudah didapat, (2) melakukan penyuluhan yang didukung bahan-bahanpenyuluhan seperti liflet, brosur atau poster, (3) melakukan pengembangan jeruk pada daerah nonendemik denganagroekosistemnya mirip dengan daerah sentra produksi jeruk, serta (4) menggunakan batang bawah yang toleranterhadap penyakit Phytophthora sp dan Diplodia sp seperti Cleopatra, Taiwanica dan Citromello 4475..Kata kunci: jeruk Keprok Soe, penyakit, alternatif pengendalian, Nusa Tenggara Timur
PENGARUH FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI LADA DI SULAWESI TENGGARA (Kasus Integrasi Lada - Ternak di Kecamatan Landono, Kabupaten Kendari) Sahara, Dewi; , Yusuf; , Sahardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The assessment was conducted on June – July 2002 in Southeast Sulawesi. Objective of the study was toassess influence of some production factors on pepper yield. Methodology of the study was survey and participatoryappraisal. Structural interviews involved 31 farmers, i.e., 14 farmers implemented integration farming of pepper andgoat, and 17 farmers conducted pepper monoculture farming. Data were analyzed using ordinary least squareregression. Results of the study indicated that pepper yields between integrated farming and monoculture practice forthe first year of production were significantly different. Expanding planted area was the main way of increasing yieldon integrated farming. On the other hand, pepper yield of farmers’ practice could be improved through manureapplication. Labor increase will also expand pepper yield.Key words: production factors, pepper farming system, pepper-livestock integrationPengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pada usahatani lada di Sulawesi Tenggaradilakukan pada bulan Juni – Juli 2002. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa faktorproduksi terhadap produksi lada. Pengkajian menggunakan metode survei dengan pendekatan partisipatif. Wawancaradilakukan secara terstruktur terhadap 31 petani responden yang terdiri dari 14 petani yang mengintegrasikan tanamanlada dengan ternak kambing selama satu tahun dalam usahataninya, dan 17 responden lainnya mengusahakan ladasecara monokultur. Data dianalisa menggunakan regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square(OLS). Untuk membedakan teknologi produksi digunakan dummy variable pada analisa gabungan teknologi,selanjutnya semua teknologi dianalisa secara terpisah. Hasil analisis regresi fungsi produksi memperlihatkan bahwatidak ada perbedaan yang nyata antara teknologi lada secara monokultur dengan teknologi lada yang diintegrasikandengan ternak kambing pada tahun pertama percobaan. Upaya untuk meningkatkan produksi pada teknologi integrasiadalah dengan memperluas areal pertanaman, sedangkan pada teknologi petani dengan menggunakan atau menambahpupuk kandang. Di samping itu penambahan tenaga kerja masih perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.Kata kunci : faktor produksi, usahatani lada, integrasi lada-ternak
Perbandingan Metode Regresi Linear Dan K-Nearest Neighbor (KNN) Dalam Memprediksi Produksi Tanaman Padi Di Pulau Sumatera Mustaqim, Kiki; Riza, Noviana; , Yusuf; Muhammad Reefy Hidayatullah
Data Sciences Indonesia (DSI) Vol. 4 No. 2 (2024): Article Research Volume 4 Issue 2, December 2024
Publisher : Yayasan Cita Cendikiawan Al Kharizmi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/dsi.v4i2.5201

Abstract

Padi merupakan bahan pangan yang sangat penting untuk menunjang kebutuhan pangan di Indonesia, khususnya di Pulau Sumatera. Faktor-faktor yang memengaruhi produksi padi meliputi luas panen, kelembapan, curah hujan, dan suhu rata-rata. Setiap tahun, suhu bumi yang terus meningkat akibat pemanasan global berdampak pada iklim yang fluktuatif, sehingga dapat menghambat produksi padi. Memahami faktor-faktor tersebut menjadi penting untuk pengembangan strategi yang efektif dalam meningkatkan produktivitas padi. Penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman Python pada Google Colab untuk membandingkan metode regresi linear berganda dan K-Nearest Neighbors (KNN) dalam memprediksi produksi padi di Pulau Sumatera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode regresi linear lebih akurat dibandingkan KNN, dengan nilai R² regresi linear sebesar 0,868181, lebih unggul 18,94% dibanding KNN. Selain itu, regresi linear memiliki nilai MAE yang lebih rendah sebesar 22,03% dan nilai MSE yang lebih rendah sebesar 55,49% dibanding KNN. Hasil ini menunjukkan bahwa regresi linear lebih andal dalam memprediksi produksi padi di Pulau Sumatera dan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan strategis di sektor pertanian.