cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015" : 6 Documents clear
Processing and Development of Frying Oil from Fruit of Some Varieties of Dwarf Coconut Steivie Karouw; Chandra Indrawanto
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.01-13

Abstract

ABSTRACTFruits of Dwarft coconut commonly are used as young tender (8 months of fruit) for fresh coconut water and raw materials in processing of some conventional products such as klapeertart and coconut jam. Recently, the mature fruit (11-12 months of fruit) are not utilized yet. It could be used as raw materials for making frying oil through heating method. It is estimated about 7.1-8.4 L of frying coconut oil can be obtained from 200 nuts of Dwarf coconut fruit. If 1.0 ha of coconut area could be planted with 200 trees of Dwarft coconut and it produced 17,500-20,500 nuts/ha/year, local price of coconut frying oil at farmer level is Rp 20,000/L, so the farmer earning could reach Rp 14,000,000-Rp 16,400,000. The oil from coconut is the healthiest oil in the world, due to its unique properties. Lauric acid, the main fatty acid in coconut oil, was proven for its beneficial effect for human health. The fruit of Dwarft coconut is easier to be harvested compared to Tall coconut, because its tree is shorter. Processing of healthy frying oil from fruit of Dwarft coconut through heating method could be apllicated in small or farmers group level.Keywords: Healthy frying oil, dwarf coconut, lauric acidPengolahan dan Peluang Pengembangan Minyak Goreng Berbagai Jenis Kelapa GenjahABSTRAKBuah kelapa genjah umumnya hanya dimanfaatkan dalam bentuk kelapa muda (umur buah 8 bulan) untuk dikonsumsi sebagai kelapa segar dan bahan baku untuk pembuatan klapertaart dan selai kelapa. Bahkan buah kelapa genjah tua (umur buah 11-12 bulan) tidak memiliki nilai ekonomi, karena tidak dapat dijual dalam bentuk kelapa butiran dan diolah lanjut menjadi kopra. Salah satu usaha diversifikasi yang dapat dilakukan, yaitu mengolah buah kelapa genjah menjadi minyak melalui pengolahan cara basah dengan metode pemanasan. Sebanyak 7,1-8,4 liter minyak kelapa dapat dihasilkan dari pengolahan 200 butir buah kelapa genjah. Diperkirakan pada lahan seluas satu ha dapat diperoleh sekitar 700-820 liter minyak kelapa. Hasil ini diperoleh dengan asumsi pada lahan seluas satu ha ditanami 200 pohon kelapa dapat memproduksi 17.500-20.500 butir/ha/tahun. Diperkirakan apabila harga jual minyak kelapa Rp 20.000/liter, maka pendapatan bruto yang diperoleh sebesar Rp 14.000.000 - Rp 16.400.000. Minyak yang diperoleh dapat digunakan sebagai minyak goreng. Minyak goreng kelapa bukanlah sekedar minyak goreng biasa, karena mengandung asam laurat yang tinggi (48-50%). Asam laurat merupakan asam lemak utama yang terdapat pada daging buah kelapa. Keunggulan pengolahan minyak kelapa berbahan baku buah kelapa Genjah yaitu tidak memerlukan tenaga pemanjat pada saat panen karena pohonnya yang pendek. Pengolahan minyak goreng sehat cara basah dengan metode pemanasan sangat sesuai dilakukan pada skala petani/kelompok tani.Kata kunci: Minyak goreng sehat, kelapa genjah, asam laurat
Organik Matter: It’s Role in Sustainable Farming of Sugarcane Djajadi Djajadi
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.61-71

Abstract

ABSTRACTOrganik matter has an important role in determining soil health of sugarcane, i.e. soil capacity to support sugarcane to produce sustainable high yield. Soil organic matter influences soil physical, chemical, and biological properties, so that a consequence of declining soil organic matter is poorer soil fertility and lower yield. This paper has an objective to elucidate the important role of organic matter on sustainable farming of sugarcane. The important role of organic matter in soil fertility has been known for a long time before Green Revolution concept was introduced. With more intensity in sugarcane farming and more increasing of sugar demand, application of organic fertilizer started to be substituted by chemical fertilizer. Using green manure and/or biofertilizer has a chance to be spread out to the farmers due to more practical and more efficient than solid organik fertilizer, such as dung manure or compost. Future research should be focusing on the efectivity of green manure and or biofertilzer sources in improving soil fertility and cane yield, minimizing soil pathogen, reducing soil erosion of sugar cane land monoculture, and improving awareness of farmers about soil degradation as consequences of sugarcane monoculture planting for years.Keywords: Organic matter, sugarcane, soil health sustainable farming Bahan Organik: Peranannya dalam Budidaya Tebu BerkelanjutanABSTRAKBahan organik tanah berperan penting dalam menentukan kesehatan tanah tebu, yaitu kapasitas tanah yang dapat mendukung produksi tebu yang tinggi secara berkelanjutan. Kadar bahan organik tanah mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Paper ini bertujuan untuk menguraikan tentang peranan bahan organik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah pertanaman tebu. Pentingnya peran bahan oganik tersebut sudah disadari dari dulu, sehingga sebelum revolusi hijau penggunaan pupuk organik sudah umum dilakukan petani. Dengan semakin intensifnya budidaya tebu dan semakin meningkatnya kebutuhan gula, pemanfaatan pupuk organik sudah jarang dilakukan. Diperlukan usaha untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar bahan organik pada lahan tebu, antara lain berupa gerakan masal dalam bentuk gerakan nasional melalui program aplikasi bahan organik. Pemanfaatan pupuk hijau dan/atau pupuk hayati berpeluang untuk diterapkan karena lebih praktis dan efisien daripada penambahan pupuk organik padat. Penelitian ke depan perlu difokuskan untuk mengkaji jenis-jenis pupuk organik dan pupuk hayati yang efektif memperbaiki kesuburan, dalam menekan serangan penyakit, meminimalkan erosi pada lahan-lahan tebu monokultur, dan meningkatkan kesadaran petani tebu tentang terjadinya degradasi lahan akibat penanaman tebu yang terus menerus.Kata kunci: Bahan organik, tebu, kesehatan tanah, budidaya berkelanjutan 
Research Innovation to Support the Commersialization of Biopesticides in Indonesia Supriadi Supriadi
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.15-25

Abstract

ABSTRACTThe economic value of biological pesticides outside Indonesia is quite high, reaching US $ 1.8 billion, however, in Indonesia, the value is insignificant. The paper was aimed to discuss the commercialization of biological pesticides and research innovation to support its development. The biological pesticide formulation in Indonesia is limited; only 30 formulas (0.6%) are registered of the total 2475 registered pesticide formulations in 2012. The Ministry of Agriculture has produced 39 biological pesticide formulations that could be developed by pesticide companies for commercialization. The limited number of the registered biological pesticides shows serious constraints on their commercialization. One of the important constraint is lacking of standardization of the active ingredients and the formulations are short life. The Government, through The Ministry of Agriculture, emposes the Permentan no.39/ Permentan/SR.330/7/2015 in effort to encourage the commercialization of biological pesticides. The registrartion of biological pesticide do not require acute oral and dermal toxict data as that applied to synthetic pesticides. In addition, any government agency that has the duty and function of plant protection can apply for registration of biological pesticide. To improve the quality of biological pesticides that will attract investors, the role of research programs related to improving the quality of the biological pesticide formulation is needed.Keywords: Biological pesticides, innovation, research innovation 16 Volume 14 Nomor 1, Juni 2015 : 15 -25 Inovasi Hasil Penelitian untuk Mendukung Komersialisasi Pestisida Biologi di IndonesiaABSTRAKNilai ekonomi pestisida biologi di luar negeri cukup tinggi, yaitu mencapai US$ 1,8 milyar, tetapi di Indonesia nilainya belum memadai. Makalah ini membahas kendala komersialisasi pestsida biologi dan dukungan inovasi penelitian untuk pengem-bangannya. Jumlah formulasi pestisida biologi di Indonesia masih terbatas; hanya 30 (0,6%) dari total 2475 formulasi pestisida yang terdaftar pada tahun 2012. Kementerian Pertanian telah menghasilkan 39 inovasi formulasi pestisida biologi yang siap dikembangkan oleh perusahaan pestisida untuk komersialisasi. Terbatasnya formula pestisida biologi yang diperdagangkan menunjukkan adanya kendala dalam komersialisasinya. Kendala utamanya adalah belum adanya standardisasi mutu bahan aktif dan masa simpan bahan aktif sangat pendek (short life). Upaya Pemerintah untuk mendorong komersialisasi pestisida biologi ditunjukkan dengan terbitnya Permentan No.39/Permentan/SR.330/7/2015. Dalam Permentan tersebut, pendaftaran pestisida biologi tidak mensyaratkan data hasil uji toksisitas akut oral dan akut dermal sebagaimana diberlakukan untuk pestisida sintetis. Di samping itu, instansi Pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi perlindungan tanaman dapat mengusulkan pendaftaran untuk pestisida biologi. Untuk meningkatkan mutu pestisida biologi yang masih beragam perlu dibuat standar bakunya sehingga keefektifannya bisa terjamin sehingga akan menarik investor untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, peran penelitian berkaitan dengan peningkatan mutu formulasi pestisida biologi sangat diperlukan.Kata kunci: Pestisida biologi, inovasi, dukungan penelitian
Research Status of Clove, Application of Technology and Development Strategy with Ecological Basic Setiawan Setiawan; Rosihan Rosman
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.27-35

Abstract

ABSTRACTClove (Syzygium aromaticum L.Marr and Perr) is a native spice crop of Indonesia. Development of clove estate areas has experienced up and downs fluctuation doe to desease and price fluctuation that cause farmers do not maintenat plant. Hence, it is necessary to perform extensification and intensification. Extensification means development through the expansion, while the intensification means development through the improvement of technology. Results of previous studies include land suitability maps and climate, fertilization technology, cropping pattern, maintenance, nurseries and the search for improved varieties have been done. But has not answered the problems of cloves, especially fluctuations in the yield. Extensification efforts require land suitabilityand climate maps, while intensification requires land/environment based technology. Ecology-based cultivation technologies including varieties, planting, fertilizer, maintenance, cropping pattern, harvest and post harvest should be given attention in order to archive effectively, efficiently and high productivity. The criteria of land and climate suitability, and cultivation technology can be used as guidelines for the development of cloves and as a basis for making a map at operational scale and for determining the appropriate technological package. This paper aims to examine the technological research that has been done and integrate into a form more efficient cultivation technology-based ecology (soil and climate) for use as the direction and strategy of the development of clove in the future.Keywords : Clove, technology, ecology, land suitability 28 Volume 14 Nomor 1, Juni 2015 : 27 -36 Status Penelitian, Penerapan Teknologi dan Strategi Pengembangan Tanaman Cengkeh Berbasis Ekologi ABSTRAKCengkeh (Syzygium aromaticum L. Marr. and Perr.) merupakan tanaman rempah asli Indonesia. Perkembangan perkebunan cengkeh mengalami pasang surut akibat adanya serangan penyakit dan fluktuasi harga cengkeh yang menyebabkan petani tidak mau memelihara tanaman. Oleh karena itu diperlukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi berarti pengembangan melalui perluasan areal sedangkan intensifikasi berarti pengembangan melalui peningkatan teknologi tanaman cengkeh. Hasil penelitian terdahulu antara lain peta kesesuaian lahan dan iklim, teknologi pemupukan, pola tanam, pemeliharaan, pembibitan dan pencarian varietas unggul telah dilakukan. Namun belum menjawab permasalahan cengkeh terutama fluktuasi hasil. Upaya ekstensifikasi diperlukan peta kesesuaian lahan dan iklim sedangkan intensifikasi diperlukan teknologi berbasis kondisi lahan/lingkungan. Teknologi budidaya berbasis ekologi mulai dari varietas, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pola tanam hingga panen dan pasca panen harus mendapat perhatian, karena selain mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi, juga efektif dan efisien. Kriteria kesesuaian lahan, iklim dan teknologi budidaya dapat dijadikan pedoman pengembangan tanaman cengkeh dan sebagai dasar pembuatan peta skala operasional dan menentukan paket teknologi yang tepat. Makalah ini bertujuan untuk menelaah teknologi hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengintegrasikan ke dalam bentuk teknologi budidaya yang efisien berbasis ekologi (lahan dan iklim) untuk digunakan sebagai arah dan strategi pengembangan cengkeh dimasa yang akan datang.Kata kunci : Cengkeh, teknologi, ekologi, kesesuaian lahan 
Extraction of Galactomannan on the Coconut Meat, “Sapal”, and Function for Food Rindengan Barlina
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.37-49

Abstract

ABSTRACTGalactomannan is a polymer containing units mannopiranosa with βeta-(1-4) and unit galactopiranosa with bonding αlfa-(1-6). Galactomannan source that has been developed is of plant seeds Leguminoceae, the fenugreek (Trigonellafoenum graecum). The price of 250 mg extract of fenugreek yield 85% galactomannan reach to US $ 26.75 (Rp.250,000). Galactomannan compound also contained in the coconut meat. The more mature of coconuts fruit, galactomannan compounds will increase. Coconut pulp that has been processed into flour can be substituted on the processing of snacks so that the product has Glykemik index (GI) is low. Isolation galactomannan using 4% of furnace ash solution and coconut pulp 400 g obtained galactomannan isolates 134,4g. The use of coconut galactomannan isolates for 52 days in the rabbit (hypercholesterolemia), can prevent the increase in total cholesterol levels of 24 mg / dl, cholesterol- drugs only 16 mg /dl, preventing the increase in LDL of 15 mg /dl together with cholesterol- drugs, increase HDL 1 mg /dl, while the drug to increase HDL 2 mg /dl, and prevent the increase in triglycerides (TG) 18 mg /dl. By looking at the benefits galactomannan in the food industry, health, environmental and economic value, this potential needs to develope.Keywords: Coconut, sapal, galactomannan, isolation, food, health Ekstrak Galaktomanan pada Daging Buah Kelapa dan Ampasnya serta Manfaatnya untuk Pangan RINGKASANGalaktomanan adalah polimer yang mengandung unit mannopiranosa dengan ikatan βeta– (1– 4) dan unit galaktopiranosa dengan ikatan αlfa – (1– 6). Sumber galaktomanan yang telah dikembangkan adalah dari biji tanaman Leguminoceae, yaitu fenugreek (Trigonellafoenum graecum). Harga 250 mg ekstrak fenugreek berkadar 85% galaktomanan mencapai US$ 26,75 atau Rp.250.000.- Senyawa galaktomanan terkandung juga pada daging buah kelapa. Semakin matang buah kelapa berat galaktomanan akan meningkat dan terbukti pada ampas kelapa terkandung kadar galaktomanan yang tinggi. Galaktomanan memiliki banyak manfaat dalam industri pangan, kesehatan dan lingkungan hidup. Ampas kelapa yang telah diolah menjadi tepung dapat disubstitusi pada pengolahan makanan ringan sehingga produk memiliki Indeks Glykemik (IG) rendah. Isolasi galaktomanan menggunakan larutan isolat abu tungku 4% pada ampas kelapa 400 g diperoleh berat kering isolat galaktomanan 134,4g. Penggunaan isolat galaktomanan kelapa selama 52 hari pada kelinci percobaan (hiperkolesterol), dapat mencegah kenaikan kadar total kolesterol 24 mg/dl, obat penurun kolesterol hanya 16 mg/dl, mencegah kenaikan LDL 15 mg/dl sama dengan obat penurun kolesterol, meningkatkan HDL 1 mg/dl, sedangkan yang diberi obat meningkatkan HDL 2 mg/dl dan mencegah kenaikan trigliserida (TG) 18 mg/dl. Dengan melihat manfaat galaktomanan dalam industri pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan nilai ekonomi yang cukup baik, maka potensi ini perlu dikembangkan.Kata kunci: Kelapa, ampas, galaktomanan, isolasi, pangan, kesehatan
Nitrogen management on sustainable patchouli production Setiawan, Setiawan
Perspektif Vol 14, No 1 (2015): Juni, 2015
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v14n1.2015.51-59

Abstract

Patchouli (Pogostemon cablin Benth.) one of plant which is producing essential oil called patchouli oil. The oil produced by destilation herbage. The crops are responsive to fertilizers especially nitrogen and N concentration in leaves 5.58%. The condition is potentially to decline of soil fertility. Urea is N source commonly used to increase yiled. N fertilizer was not at all to used by the crops, partly of N loss to the environment by leacing, denitrification, and volatilization to the atmosphere as ammonia gaseous. Threre are several technology potentialy to prevent the losses of N and maintain of soil fertility such as provide N fertilizers corresponding growth phase reffer to “5th right” (right time, right doses, right type, right place and right method), provide N Stabilizer and N crops fixing by cropping patern with legumes. This paper aims to review the results of fertilization on patchouli as an effort to support sustainable agriculture.Keywords: Patchouli, fertilizer, nitrogen, N used efficiency Pengelolaan Nitrogen pada Budidaya Nilam BerkelanjutanRINGKASANNilam (Pogostemon cablin Benth.) salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal sebagai minyak nilam. Tanaman nilam responsif terhadap pemupukan terutama Nitrogen. N yang terkandung dalam daun sebesar 5,58%. Urea merupakan sumber pupuk N yang umum diberikan untuk meningkatkan hasil pertanian. Pemberian N ke dalam tanah tidak saja untuk menghasilkan produksi yang optimal juga untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah. N yang diaplikasikan ke tanah tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian N hilang karena pencucian, denitrifikasi dan menguap ke atmosfer sebagai gas amonia. Beberapa teknologi yang dapat atau berpotensi untuk mencegah kehilangan N dari tanah antara lain memberikan pupuk N sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman dengan mengacu pada 5 tepat (tepat waktu, tepat dosis, tepat jenis, tepat tempat dan tepat cara), mengembalikan limbah hasil penyulingan nilam dalam bentuk kompos, memberikan penstabil pada pupuk N dan fiksasi N dari udara melalui pola tanam nilam dengan kacang-kacangan. Makalah ini bertujuan untuk mereview hasil-hasil penelitian pemupukan nilam sebagai upaya mendukung budidaya nilam berkelanjutan.Kata kunci: Nilam, pemupukan, nitrogen, efisiensi pemupukan N

Page 1 of 1 | Total Record : 6