Articles
19 Documents
Search results for
, issue
"1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT"
:
19 Documents
clear
SISTEM KREDIT SEMESTER : ANTARA KEINGINAN DAN KEMAMPUAN PTS
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (127.225 KB)
Setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0123/U/1979 maka penyelenggaraan perkuliahan di Perguruan Tinggi diarahkan kepada Sistem Kredit Semester. Dengan demikian bagi PTS-PTS yang menyelenggarakan perkuliahannya memakai sistem kenaikan tingkat dan sistem nonkredit semester lainnya boleh berbenah diri di dalam penyelenggaraan perkuliahannya.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K telah menerbitkan buku pedoman yang berjudul Penyelenggaraan Pendidikan dan penilaian dalam Sistem Kredit Semester. Buku ini dapat dijadikan pegangan atau pedoman dalam penyelenggaraan sistem perkuliahan tersebut. Dengan diselenggarakannya Sistem Kredit Semester ini maka kita telah selangkah lebih maju dalam penyelenggaraan perkuliahan untuk mencapai efektivitas yang optimal di dalam kegiatan instruksional. Karena di samping sistem ini memungkinkan penyajian program yang lebih luwes sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan program juga dapat memanfaatkan secara efektif sarana pendidikan di Perguruan Tinggi, juga keuntungan-keuntungan yang lain. Tentu saja juga terdapat kekurangan-kekurangannya.
"DWI FUNGSI" ANAK, ANTARA HAMBATAN DAN HIKMAH
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (107.656 KB)
Sewaktu mendapatkan waktu luang pada saat memperoleh tugas luar (di kota lain) penulis menyempatkan diri berjalan-jalan sekedar untuk menikmati indahnya kota tersebut. Setelah agak capai berjalan dan perut mulai minta diperhatikan, kemudian mampirlah disebuah Resaurant atau tepatnya rumah makan yang tidak terlalu mewah.Belum lagi pesanan makanan dan minuman sampai diatas meja, masuklah seorang bocah kecil yang menawarkan jasa untuk membersihkan dan menyemir sepatu. Walau sepatu kami masih kelihatan bersih dan mengkilat (minimal untuk ukuran penulis) namun hati kecil ini tidak tega menolak tawaran jasa dari si anak tadi. Dengan cekatan sepatu dibawa keluar untuk kemudian dibersihkan dan dimengkilatkan, sepintas nampak keprofesionalan kerja si anak tersebut.Begitu urusan dengan rumah makan selesai dan waktu penulis akan meninggalkan maka secara naluriah terlontarlah beberapa pertanyaan pada si anak tadi. Apa masih punya orang tua? Kenapa harus bekerja berat? Apa masih sekolah? Kelas berapa? Dimana? Dan sebagainya.Jawaban yang diberikanpun hampir sama dengan dugaan penulis. Masih sekolah, kelas IV Sekolah Dasar, pagi sekolah dan sore bahkan sering sampai malam bekerja (sebagai tukang semir rumah makan), masih punya orang tua, harus bekerja karena penghasilan orang tua serba terbatas, dsb.
BOROBUDUR, TERATAI INDAH
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (120.46 KB)
Candi Borobudur mempunyai ukuran 123x123 meter, dibuat bertingkat menggunakan batu alam yang volumenya tidak kurang dari 55.000 meter kubik. Bagian tengah dari candi merupakan tubuh bangunan yang terdiri dari lima tingkatan yang berbentuk bujur sangkar yang semakin ke atas semakin kecil ukurannya. Sedangkan bagian atas candi berupa batu bersusun tiga yang semakin ke atas semakin kecil pula ukurannya.Bagian atas dari candi tersebut denahnya tidak lagi berbentuk atau berpola bujur sangkar akan tetapi berbentuk lingkaran, sehingga kalau dipandang dari atas akan kelihatan tiga lapisan lingkaran yang sepusat. Dinding bangunan candi penuh dengan ukiran relief yang indah, dan kalau kita berjalan untuk membacanya akan kita dapatkan cerita dari relief yang jumlahnya tidak kurang dari 1.300 pigura dan panjangnya mencapai dua setengah kilometer (2.500 meter) apabila disambung-sambungkan.Di samping itu, untuk melindungi bangunan candi dari genangan atau melimpahnya air hujan maka dibuat pula suatu cara penyaluran air dengan memasang sekitar 100 buah pancuran di setiap sudut pada setiap tingkatnya. Apabila diperhatikan dengan cermat ujung pancuran tersebut masing-masing berupa makara yang bentuk dan ukirannya benar-benar sangat indah.Monumen raksasa yang mengandung nilai-nilai historis maupun nilai-nilai kultural yang tinggi tersebut tidak mungkin dapat dibangun apabila tanpa perencanaan yang matang dan teliti. Bangunan candi ini juga dapat dan telah membuktikan keberhasilan arsitek Indonesia di masa lalu dan sekaligus merupakan bukti nyata mengenai kebesaran bangsa sejak masa lalu.
INGAT ..., PTS BUKAN ISTERI KEDUA
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (113.839 KB)
Lain Bu Minah lain pula Nyonya Mience, walaupun keduanya serupa tapi tak sama. Keduanya sama-sama baru memiliki problem besar, anak laki-laki mereka sama-sama lulus SMA, sama-sama mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), juga sama-sama mendaftar ke Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tentu saja sebagai calon mahasiswa. Anehnya semuanya sama-sama tidak tahu PTS atau justru PTN yang menjadi cadangannya.Bedanya adalah, suami Bu Minah seorang petani kecil, jangankan yang namanya perabot rumah tangga modern sedang makan sehari-hari saja serba pas-pasan. Porsi lauk tahu dan tempe yang biasa mengantar sayur bayam dan nasi keperut terpaksa diirit lagi supaya dapat lebih banyak menabung untuk membiayai sekolah anaknya kelak di perguruan tinggi.Sedangkan suami Nyonya Mience ialah direktur bank yang bonafide. Punya perabot yang serba lux,punya mobil, punya villa, punya bungalow, punya hotel, punya lapangan tenis pribadi serta punya apa-apa lagi yang saya sampai tidak tahu namanya.Si Unyil putera Bu Minah yang mempunyai aikyu lumayan serta tergolong anak yang rajin membuka buku kini telah diterima di Universitas Mojopahit (PTS). Sedangkan si Usil putera Nyonya Mience yang dulu pernah berurusan dengan polisi gara-gara mobil yang dikebutnya menyerempet tukang bakso pinggir jalan juga diterima di Akademi Hukum Blambangan (PTS), entah karena nilai testnya tinggi atau karena koneksi sang bapak. (Oh ya sekarang tidak ada lagi yang namanya koneksi-koneksian ... Ehm).
MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (146.67 KB)
Para calon mahasiswa hendaknya bisa mengadaptasi dan mengukur kondisi, keinginan dan kemampuan individualnya terhadap pilihan programnya yang diselenggarakan oleh PTS. Kesalahan dalam menjatuhkan pilihan akan menimbulkan hambatan psikologis yang sangat mengganggu di dalam kelancaran proses belajar mengajarnya.Sebelum memasuki dunia perguruan tinggi mulai sekarang sudah berfikir apakah nantinya akan memilih suatu program didalam jenjang pendidikan kelompok profesi kependidikan atau memilih program di di dalam jenjang pendidik kelompok profesi nonkependidikan. Apakah ingin memperoleh bekal keahlian profesi ataukah ingin mendapatkan keahlian akademis. Pemilihan program ini erat hubungannya dengan penyesuaian disiplin ilmu yang didapat pada waktu di SMTA dengan disiplin ilmu yang ada pada PTS. Bagi lulusan SMTA kelompok sosial untuk saat ini jangan bermimpi dulu untuk dapat masuk pada fakultas eksakta atau fakultas-fakultas nonsosial lainnya.Sebagai contoh lulusan SMEA jurusan Tata Usaha walaupun bisa melanjutkan ke perguruan tinggi tentu tidak tepat kalau memilih Jurusan Mesin pada FKT ataupun memilih Jurusan Kimia pada FIPA.
MANISNYA BUAH SIMALAKAMA :PRASELEKSI MANIFESTASI REALISME SOSIAL
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (104.898 KB)
Membaca problematika sosial untuk mendapatkan keragaman masukan yang maksimal yang dapat dijadikan basik dan landasan pemikiran untuk menghasilkan satu keputusan yang bijak itu bukan pekerjaan yang sangat mudah.Dengan adanya dimensi dan kepentingan yang berbeda, serta kemampuan intelektual masing-masing individu yang bertangga seringkali menyebabkan kebijakan yang diambil oleh orang pertama sulit diterima bahkan sulit dimengerti oleh orang kedua, orang ketiga, keempat dan seterusnya.Keadaan demikian memberikan peluang untuk menimbulkan polemik diantara orang-orang yang terlibat, baik terlibat secara langsung maupun lewat perantara. Apalagi bila orang-orang tersebut berada pada iklim demokrasi. (Beruntung kita hidup di negara Demokrasi Pancasila yang selalu berusaha menghindarkan diri dari polemik yang berlebihan yang menjurus kepada konflik sosial yang mendalam).Demikian pula yang terjadi dinegara kita, kalau beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan gagasan mentahnya Pak Nugroho tentang The Best Ten yang sempat mengundang berbagai reaksi, kini kita dihadapkan pada satu konsep baru lagi tentang Pra Seleksi di SMA dalam kaitannya dengan persiapan masuk keperguruan tinggi.
BAHASA BERSIFAT LOKAL, ILMU ITU UNIVERSAL
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (117.78 KB)
Manusia dapat berfikir dengan baik bahkan secara abstrak karena kemampuannya berbahasa. Berkat bahasa manusia dapat berfikir secara berlanjut, teratur dan sistematis ----------Â (Filsafat Ilmu-Akta V)Saya pernah mengikuti suatu seminar disalah satu Universitas yang cukup terkenal di Surakarta. Yang membuat terkesan adalah salah satu peserta seminar tersebut dengan gencarnya menghimbau kepada seluruh peserta untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik; "Berbahasa Indonesia yang benar" katanya.Tetapi akhirnya saya cukup dibuat heran karena di akhir kalimatnya beliau berkata: "Untuk dapat mengerti kualitas suatu perguruan tinggi, maka ada baiknya kita membandingkan input serta output dari perguruan tinggi yang bersangkutan ...dst".Bukankah input dan out-put dapat diterjemahkan menjadi masukan dan keluaran? atau juga kualitas (dari bahasanya Lady Di, quality) kalau perlu dapat disederhanakan menjadi mutu, (minimal dalam konteks tsb), tetapi tooh beliau tetap menggunakan beberapa istilah asing.
SARJANA KITA, EHM ... MINIR ?
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (117.98 KB)
Pada suatu acara tertentu, tepatnya acara seminar yang diadakan oleh salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta saya bertemu dengan seorang teman. Setelah ngomong agak lama kemudian beliau berkata bahwa kalau ada dua orang yang sama-sama sarjana,yang satu sarjana Indonesia sedangkan satunya "Sarjana Barat" (dimaksud sarjana yang berasal dari negara yang sudah maju) kemudian mereka diberi masalah/pekerjaan yang sama maka sarjana kita akan minir.Saya memang tidak tahu pasti kata "minir" tersebut berasal dari negara, daerah atau kampung mana, tetapi yang dimaksudkan adalah semacam perasaan rendah diri, minder, grogi, dan sebangsanya. Hati kecil saya terkesiap saat itu bukan lantaran sok nasionalis akan tetapi memang tidak berani menolaknya secara tergesa-gesa. Dan apa yang terjadi kemudian ialah justru lebih cenderung mengiyakan saja.Pernyataan kawan seprofesi saya tadi meyakinkan diri ini setelah melihat banyaknya "volenteur-volenteur" asing yang bekerja di negara kita dengan penuh percaya diri.Walaupun sebagian dari mereka bukan seorang sarjana tetapi mereka tampak pandai di bidangnya dan kalau tak tahu akan terus terang bertanya. Disisi lain banyak sarjana-sarjana kita (terutama yang baru) nampak belum sreg dalam penampilannya, seolah bekal yang diperoleh dari pendidikannya belum mampu untuk menunjang profesinya. Tentunya tidak semuanya begitu.
RELEVANSI PROGRAM SIARAN TERHADAP MISI PENDIDIKAN
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (133.756 KB)
Apabila penulisan ini dapat dipresentasikan secara auditif tentu akan saya pilih Mars Jakarta dalam instrumentalia sebagai tune untuk mengantarkan salam buka penulisan ini serta untuk menyampaikan salam hangat penuh semangat SEKALI DI UDARA TETAP DIUDARA.Kita sebagai warga nusantara baik dikala dalam perjalanan, sedang tiduran, di ladang menggarap sawah, di laut mencari ikan, di kamar sepi untuk menyendiri atau ditempat-tempat lain tetapi begitu mendengar music di atas tentu ingat betul kalau alunan tersebut menandakan kalau program siaran radio (RRI) sudah akan segera dimulai atau akan berakhir.Tanpa terasa usia radio kita hampir sama dengan usia kemerdekaan negara kita ialah 38 tahun. Suatu usia yang relatif lama yang membawa rentetan suka duka, pahit getir dan puja puji.Walau hampir selama sekitar dua puluh tahun terakhir ini hari radio hampir melayang dari ingatan kita karena tidak ditandai dengan pemotongan tumpeng atau upacara yang lainnya, tetapi itu tentu tidak mengendorkan semangat perjuangan dan semangat kerja orang-orang radio kita.
MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA KUNCINYA PS3
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (127.104 KB)
Kancah pendidikan kita kali ini rupanya tengah diwarnai oleh para lulusan SMTA yang sebagian besar (bahkan hampir seluruhnya) berjuang keras untuk menghadapi kompetisi rutin tahunan dalam rangka mendapatkan "kursi emas" di perguruan tinggi. Semua berjuang dan bersaing keras entah dengan lawan, kawan biasa, kawan dekat atau dengan kekasih sekalipun pokoknya sama saja.Sebagian dari mereka (termasuk orang tuanya) barangkali justru menganggap bahwa moment ini merupakan arena juang antara hidup dan mati. Diterima di perguruan tinggi berarti bisa membuka peluang untuk menjadi sarjana atau cendekiawan, kemudian menjadi ambtenaar kelas tinggi dengan gaji yang banyak dan hidup yang enak, masa depan cerah menyongsong kelak bagi istri dan anak-anak. Sebaliknya tidak diterima di Perguruan Tingi bagaikan terlempar di persada duka. Sekolah buntu, bekerja kaku karena tidak memiliki keterampilan khusus, bagai sebutir garam yang terlempar di lautan tiada sedikitpun berarti bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Terus terang anggapan ini memang tidak benar, tetapi cukup rasional untuk dipertimbangkan.Kalau kita hitung dengan Teori Probabilitas tentu akan kita dapati bahwa bagi seorang calon mahasiswa mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tidak diterima pada perguruan tinggi, baik di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) maupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta).Oleh sebab itu segala cara dilakukan untuk memetik "kursi emas" ini,baik cara-cara modern dan rasional seperti belajar nonstop, belajar dengan media, ikut bimbingan tes atau mendatangkan privator ke rumahnya. Sampai dengan cara-cara primitif tradisional dan konvensi irrasional seperti pergi kepada orang sakti/dukun, dsb., (tentu saja tidak semua calon begitu).