Claim Missing Document
Check
Articles

PERSOALAN AKADEMIK-POLITIK PENDIRIAN ASEAN UNIVERSITY Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1992: HARIAN BERNAS
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.32 KB)

Abstract

       Akhir-akhir ini pembicaraan tentang ide pendirian ASEAN University yang dimaksudkan sebagai realisasi atas kerja sama negara-negara ASEAN di bidang pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, tengah menghangat; hal ini lebih dirasakan di kalangan akademik. Ide ini sesungguhnya telah muncul sejak lama,  yaitu sesaat setelah PBB memproklamasikan berdirinya "United Nation (UN) University" beberapa waktu yang lalu. Kerangka berfikirnya bersifat analogis; apabila di tingkat internasional telah berdiri UN University maka di tingkat regional ASEAN pun kiranya perlu didirikan "ASEAN University" untuk menghimpun "kekuatan" pendidikan (tinggi) bangsa-bangsa ASEAN.          Ide pendirian ASEAN University tersebut teraktu-alisasi dan terformulasi dalam KTT IV ASEAN di Singapura beberapa waktu yang lalu;  meskipun dalam forum tersebut pembicaraan masih berkisar pada gagasan dan belum menyen tuh masalah-masalah yang bersifat teknis operasional. Kalau sekarang ini ide tersebut menghangat kembali tentu tidak lepas  dari formulasi atau "komitmen" yang terjadi di Singapura tempo hari.         Ide pendirian ASEAN University sekarang ini memang kembali menghangat bersamaan dengan dilangsungkannya si-dang ASEAN Sub Committee on Education (SCOE) di Jakarta. Dalam forum yang dibuka oleh  Menteri Pendidikan dan Ke-budayaan RI, Fuad Hassan,  dan dihadiri oleh wakil-wakil dari negara-negara ASEAN ini masalah pendirian perguruan tinggi secara "bersama" memang pantas diagenda untuk di-bahas. Bahkan Pak Fuad pun sempat memberikan pendapatnya mengenai hal itu.
AWAS, PROSTITUSI ADALAH TRANSITO AIDS Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1987: HARIAN SURYA POS
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.682 KB)

Abstract

 Pada tanggal 21 Juni yang lalu, di Yogyakarta telah diselenggarakan Seminar tentang AIDS dan Prostitusi, yang diusahakan oleh Yayasan Studi dan Kerja Nyata Indonesia dengan mengundang pemrasaran-pemrasaran antara lain dari UGM-Yogya, UNS-Solo, Undip-Semarang. Penulis, yang bertindak sebagai salah seorang ketua Panitia, meringkas beberapa makalah untuk disajikan kepada para pembaca.       Belakangan ini di dunia dikejutkan dengan munculnya jenis penyakit baru yang benar-benar sangat mencemaskan dan menakutkan, Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih populer dengan sebutan AIDS.       Penyakit ini termasuk cukup ganas, baik dari segi penurunan kekebalan tubuh manusia yang diserangnya maupun dari segi penyebarannya ke berbagai wilayah penjuru dunia. Guna mengatasi menurunkan kekebalan tubuh manusia maka sampai saat ini belum ditemukan "terapi" atau cara-cara pengobatan dan pencegahan yang memuaskan.       Sedangkan dari segi penyebarannya juga tergolong cukup dahsyat. Penyakit yang baru ditemukan pada tahun 1981 (ada yang melaporkan pada tahun 1979) ini setidak-tidaknya kini telah "menyerang" lebih dari 40 negar di seluruh benua; dari Amerika sampai Asia. Lama atau tidak penyakit ini pada akhirnya juga akan sampai di negara kita bila tidak diadakan tindakan-tindakan yang bersifat preventif sedini mungkin. Yang jelas kita pernah mendapat kunjungan turis yang membawa AIDS sampai meninggal.
PENDANAAN PENDIDIKAN DALAM RUU SISDIKNAS Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.428 KB)

Abstract

       Kiranya siapa pun dapat memaklumi  kalau kita ingin segera memiliki undang-undang pendidikan yang baru sebagai penyempurna undang-undang pendidikan yang sekarang masih dipakai, yaitu UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tentunya yang diinginkan undang-undang yang baru lebih berkualitas, dalam hal ini lebih substantif dan antisipatif,  kalau dibandingkan dengan undang-undang yang ada sekarang ini.          Akan sangat "lucu" apabila undang-undang pendidikan yang baru nantinya tidak memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan undang-undang yang ada sekarang ini.  Untuk mengetahui apakah undang-undang yang baru memiliki kualitas yang lebih baik kita dapat mengkritisi RUU Sisdiknas  yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu.          Direncanakan,  pada tanggal 2 Mei 2003  bertepatan  dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) nanti RUU Sisdik-nas yang mutakhir  (sekarang edisi 3 Februari 2003)  sudah dapat disahkan menjadi undang-undang. Dengan demikian diharapkan pa-da tanggal 2 Mei 2003 nanti kita telah memiliki undang-undang pen-didikan yang baru sebagai penyempurna undang-undang pendidikan yang ada  untuk dijadikan pedoman  dalam penyelenggaraan pendi-dikan di masa-masa yang akan datang.          Masalahnya sekarang ialah,  apakah RUU Sisdiknas yang ada sekarang ini memang sudah layak disahkan menjadi undang-undang? Apakah RUU Sisdiknas  yang ada sekarang sudah bebas dari segala kelemahan atau bahkan kekeliruan?  Masalah inilah yang perlu men-dapat klarifikasi secara objektif.
HAMEMAYU BAWANA Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.149 KB)

Abstract

Baru saja saya “ditimbali” Kepala Bapeda DIY untuk menjadi nara sumber tunggal dalam focus group discussion membahas soal Rancangan Pembanguan Jangka Panjang (RPJP) DIY Tahun 2006-2025. Sebagai warga Indonesia yang baik, apalagi tinggal di wilayah DIY, tentu saya memenuhi “timbalan” tersebut; meskipun sebenarnya saya relatif sering terlibat dalam proses penyusunan RPJP tersebut.          Salah satu masalah yang menggelitik ialah disebutkannya filosofi yang mendasari pembangunan daerah Provinsi DIY, yaitu Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya.          Kalau kita mengacu Konsep Trihayu, sebenarnya ada tiga hayu yang merupakan satu kesatuan tindak langkah (kelompok) manusia; yaitu hame-mayu hayuning sarira, hamemayu hayuning bangsa, dan hamemayu hayuning bawana. Adapun maknanya ialah; berupaya sekuat tenaga agar karya yang dihasilkan bermanfaat untuk dirinya sendiri (sarira), bermanfaat untuk bangsa (bangsa), dan bermanfaat untuk manusia se dunia (bawana). Kalau dirasakan, filosofi ini sebenarnya bermakna sangat dalam.
KEKURANGAN TENAGA GURU DAN ISU PENDIDIKAN KITA Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1985: HARIAN SUARA MERDEKA
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.721 KB)

Abstract

       Beberapa perguruan tinggi non-kependidikan, seperti Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Universitas Pajajaran Bandung, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Hasanudin Ujungpandang dsb, dewasa ini tengah mempersiapkan diri untuk membuka program pendidikan khusus calon guru SMTA. Bahkan diantaranya pada tanggal 31 Agustus 1985 sudah memulai membuka pendaftaran calon mahasiswanya.       Program tersebut tentu saja berkaitan erat dengan kebijaksanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kita, meskipun kedengarannya "aneh", karena ditengah-tengah lembaga pendidikan tinggi kita banyak yang kekurangan mahasiswa (dimaksudkan adalah Lembaga Pendidikan yang khusus mencetak guru) ternyata beberapa universitas dan institut justru membuka program "cetak-mencetak" guru.       Dalam Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) yang terakhir, pada tahun ini, terdapat satu masalah tentang masih terdapatnya ribuan kursi yang kosong (tepatnya 2.128 kursi) untuk program atau bidang studi kependidikan.       Untuk itulah maka sembilan perguruan tinggi yang mengelola bidang studi kependidikan kemudian menyelenggarakan Sipenmaru tahap kedua, Gelombang Dua. Ini dimaksudkan agar kekurangan mahasiswa "calon guru" tersebut dapat segera terpenuhi.
MEWUJUDKAN SEKOLAH OLIMPIADE DI INDONESIA Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2006: MAJALAH FASILITATOR
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.991 KB)

Abstract

       “Saya berjanji bekerjasama dengan Depdiknas untuk mendirikan sekolah olimpiade. Lokasinya masih akan dicari, biaya yang ditelan kurang lebih Rp 40 milliar,” demikian kira-kira yang dinyatakan Menko Kesra Aburizal Bakrie di kediamannya Jl. Ki Mangunsarkoro Jakarta, dalam menyambut kedatangan Tim APhO Indonesia yang baru saja memenangkan lomba Fisika tingkat Asia di Almaty, Kazakhtan beberapa hari sebelumnya pada bulan Mei yang lalu.          Seperti diketahui, sebelum berhasil menjuarai International Physics Olympiad (IPhO) pada pertengahan Juli 2006 di Singapura, Jonathan P. Mailoa, Pangus Ho, dkk, telah berhasil mempersembahkan 2 medali emas, 1 medali perak dan 3 medali perunggu dalam forum Asia Physics Olympiad (APhO) yang berlangsung akhir April 2006 di Kazakhtan. Atas keberhasilan meraih berbagai medali inilah muncul gagasan untuk mendirikan sekolah olimpiade.          Mengapa harus sekolah olimpiade? Peraihan medali oleh Jonathan P. Mailoa, Pangus Ho, dkk, membuktikan bahwa otak anak Indonesia itu sebenarnya cerdas. Kalau kecerdasannya dikembangkan melalui sekolah khusus, dalam hal ini Sekolah Olimpiade, maka hasilnya akan menjadi maksimal. Barangkali seperti inilah pemikirannya.
SOSOK KUALITAS KURIKULUM 1984 SMA Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1987: HARIAN SUARA MERDEKA
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.143 KB)

Abstract

Artikel saya terdahulu di harian ini, "Sipenmaru 1987 Menaikkan Pamor IKIP?" (Suara Merdeka: 28 Februari 1987) telah dilengkapi oleh Saudara Drs. Imam Lamijan dalam tulisannya dibawah titel "Era Baru Dalam Ujian Sipenmaaru 1987" (Suara Merdeka: 14 Maret 1987).       Tidak ada perbedaan yang prinsipiil antara kedua tulisan tersebut di atas karena keduanya memang saling melengkapi adanya. Sipenmaru 1987 yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 dan 24 Juni mendatang memang mengandung "era baru" dikrenakan akan terjadinya ketidakbiasaandibandingkan pelaksanaan Sipenmaru pada tahun-tahun sebelumnya.       Berbagai ketidakbiasaan yang akan terjadi dalam Sipenmaru 1987 mendatang diantaranya adalah pada jumlah pilihan program studi yang diminati oleh masing-masing peserta, adanya pemisahan secara tegas antara program-program kependidikan dengan non-kependidikan,dan vareasimata ujian yang akan diujikan pada peserta. Masalah-masalah ini telah dikupas dalam dua tulisan tersebut dengan berbagai predisibilitasnya.       Meskipun demikian masih ada sebuah "keistimewaan" yang belum terkupas secara lebih terinci dalam dua tulis an tersebut diatas, ialah ikut sertanya lulusan SMA 1987 yang merupakan produk perdana Kurikulum 1984 SMA dalam arena "adu nasib tahunan" ini.
INDONESIA TAWARKAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.906 KB)

Abstract

       Ketika berbicara  tentang pendidikan keunggulan  maka yang ada dibenak kita biasanya adalah prestasi akademik,  standard pendidikan, penguasaan ilmu dan teknologi, pengembangan kreativitas dan potensi, kepintaran (geniusitas), dan sebagainya.  Artinya anak yang unggul selanjutnya diterjemahkan sebagai anak yang prestasi akademiknya memadai,  memiliki standard pendidikan yang tinggi,  menguasai ilmu dan teknologi secara memadai pula,  potensi dan kreativitasnya dapat berkembang secara proporsional,  geniusitasnya terekspresikan dalam perilaku sosial, dan sebagainya.       Atas persepsi seperti itu  maka sekolah-sekolah unggul kemudian menyiapkan perangkat untuk mendidik anak agar mampu berprestasi akademik, menguasai ilmu dan teknologi, potensial dan kreatif, serta menjadi "genius".       Apa yang dilakukan  oleh pihak sekolah  kemudian  menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang solid: membangun laboratorium yang lengkap, menyediakan ruang perpustakaan yang sejuk, menyediakan buku-buku yang lengkap, membangun ruang belajar yang bersih, dan sebagainya. Dengan disediakannya sarana dan fasilitas belajar yang lengkap ini diharapkan anak pun menjadi lebih "krasan" membaca buku dan melakukan berbagai eksperimentasi; dan akhirnya jadilah mereka anak-anak yang unggul.       Itu semua memang tidak salah.  Itu semua memang benar.  Anak yang unggul harus berprestasi akademik secara memadai, berstandard pendidikan yang tinggi,  menguasai ilmu dan teknologi,  potensial dan kreatif, serta "genius";  akan tetapi itu semua belum cukup kalau tidak masuk indikator budi pekerti.  Artinya anak yang unggul adalah anak yang berbudi pekerti luhur.
UI, BELAJARLAH KE TOKYO UNIVERSITY Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.801 KB)

Abstract

CSIC, Consejo Superior de Investigaciones Cientificas, yang memiliki markas di Spanyol tanggal 30 Juli 2009 mempublikasi hasil kajian terhadap perguruan tinggi berkelas dunia dalam laporannya “Ranking Web of World Universities”. Beberapa perguruan tinggi di Indonesia berhasil menembus daftar yang diurutkan berdasarkan kualitasnya itu; dalam hal ini terminologi kualitas didasarkan pada visibilitas dan aksesabilitas civitas perguruan tinggi terhadap internet.          Kalau kita cermati daftar 1.000 PT berkelas dunia ternyata hanya ada dua PT Indonesia didalamnya; masing-masing adalah UGM Yogyakarta di ranking ke-572 dan ITB Bandung (727).          Dalam daftar 6.000 perguruan tinggi berkelas dunia (Top 6.000 univer-sities) terdapat 39 perguruan tinggi Indonesia didalamnya yang terdiri dari 22 PTN dan 17 PTS. Kalau UGM Yogyakarta berada di ranking paling atas maka Unnes Semarang (5.975) di ranking terbawah di antara PTN; semen-tara itu kalau Universitas Petra Surabaya (1.080) berada di ranking teratas maka Universitas Maranatha Bandung (5.996) berada di ranking terbawah di antara PTS dimaksud.
UNIVERSITAS TERBUKA SERTA MENGEMPISNYA PENANAMAN SIKAP DAN NILAI MAHASISWA Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1984: MINGGUAN MINGGU PAGI
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.661 KB)

Abstract

       Istilah dosen dalam tulisan ini diambil sekedar untuk menggapai kemudahan dalam mengkomunikasikan kepingan prosa ini ke hadapan para penikmat, di mana di dalamnya representatif mewakili mayoritas orang-orang yang dekat dan bahkan lekat dengan predikat pahlawan tanpa tanda jasa, ialah guru, dosen, asisten, tutor, instruktor, pembimbing, penceramah, dan sebagainya, yang tingkatnya sesuai dengan orientasi dalam penulisan ini.       Sedangkan istilah seniman  dimaksud sebagai orang-orang  seni dalam pengertian luas,  dari seni gerak yang amat mengandalkan fisik sebagai pusat pengembangan kreativitas sampai kepada seni diam di mana kreasi intelegensi sangat dominan di dalamnya.       Demikian pula istilah kependidikan  di samping  akan menunjuk pada suatu dunia/bidang yang digeluti, ialah dunia pendidikan, diharap juga akan mampu mengantarkan sebuah interpretasi kepada jajaran profesionalitas bagi orang-orang yang terkait di dalamnya.       Dengan adanya batasan dan pembatasan itu diharap tidak menimbulkan daur serta salah interpretasi terhadap isi tulisan ini,  khususnya yang berkaitan dengan adanya pemakaian beberapa istilah di atas.