Articles
13 Documents
Search results for
, issue
"1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT"
:
13 Documents
clear
PRINSIP BELAJAR EFEKTIF DI PERGURUAN TINGGI
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (181.546 KB)
      Hasil Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) diumum-kan hari ini tanggal 29 Juli 1995 sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Memang, semenjak awal penanggung-jawab pelaksanaan UMPTN ingin membuat semacam "memorial day" pada ujung bulan Juli; apabila hasil UMPTN tahun 1993 diumumkan pada tanggal 31 Juli, dan hasil UMPTN tahun 1994 diumumkan pada tanggal 30 Juli, maka hasil UMPTN tahun 1995 ini pun sesuai rencana diumumkan tanggal 29 Juli.        Tahun ini lebih dari 60.000-an kandidat dinyatakan lulus; mereka berhasil memenangkan ketatnya kompetisi untuk menembus tebalnya dinding UMPTN. Sebagai perbandingan UMPTN 1993 meloloskan 61.396 kandidat, terdiri 33.786 kandidat bidang studi IPS serta 27.610 bidang studi IPA. UMPTN 1994 yang lalu hampir sama jumlahnya.       Dengan adanya kebijakan pemerintah c/q Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk sementara tidak menambah PTN baru di dalam beberapa tahun terakhir ini, terkecuali menambah beberapa jurusan maupun program studi yang dianggap perlu, maka daya serap PTN boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang berarti. Di dalam beberapa tahun terakhir ini daya serap PTN terhadap lulusan sekolah menengah berkisar pada angka 60.000 s/d 70.000 untuk setiap tahunnya; kalau pun jumlahnya keluar dari interval tersebut maka angka simpangan atau tingkat deviasinya tidaklah tinggi.
KILAS BALIK PERJUANGAN KI HADJAR
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (414.725 KB)
      Kita mempunyai kebiasaan yang konstruktif pada setiap tanggal 2 Mei memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Kiranya tidak banyak yang tahu bahwa kebiasaan ini sudah dimulai tiga puluh lima tahun yang silam; tepatnya 2 Mei 1960. Setiap kita memperingati Hardiknas maka nama Ki Hadjar Dewantara segera muncul di benak kita; memang peringatan Hardiknas itu sendiri diambil dari hari lahir Ki Hadjar sebagai Bapak Pendidikan yang menyumbangkan hampir seluruh hidupnya untuk mengembangkan pendidikan nasional.        Sebagaimana kita ketahui pemerintah kita melalui Surat Keputus-an Presiden RI Nomer:316/1959 tertanggal 16 Desember 1959 menetapkan bahwa tanggal lahir Ki Hadjar, 2 Mei, sebagai hari pendidikan nasional sebagaimana yang selalu kita peringati setiap tahunnya itu.        Siapapun mengenal, bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah Tokoh Pendidikan Nasional kita. Persahabatannya dengan beberapa tokoh pendidikan manca negara, di antaranya Rabrindanath Tagore (India), Prof. Dr. J.J. van Rijckevorsel (Netherland), dan Dr. Maria Montessori (Netherland) menyebabkan nama tokoh ini sangat dikenal pula di manca negara. Ki Hadjar mengembangkan Konsep Trikon yang amat terkenal itu; yang unsurnya terdiri dari kontinuitas, konvergensitas, dan konsentrisitas. Maknanya adalah menerima budaya manca secara selektif tanpa meninggalkan budaya bangsa kita sendiri.
ERA INDUSTRIALISASI PENDIDIKAN NASIONAL
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (412.645 KB)
      Perjalanan pasca merdeka bangsa Indonesia yang sudah setengah abad lamanya mengalami romantika kultural yang berkorelasi secara simetris-resiprokal terhadap dinamika pendidikan nasional. Perjalanan kultural pasca kemerdekaan bangsa kita yang penuh dengan romantika benar-benar telah berjalan seiring serta saling sapa dengan perjalanan pendidikan nasional yang penuh dinamika.        Pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia pasca kemerdekaan telah mampu meningkatkan etos didik masyarakat. Secara kuantitatif angka-angka pendidikan kita senantiasa telah meningkat dari tahun ke tahun; antara lain angka partisipasi pendidikan SD, SLTP, SM dan PT yang masing-masing angkanya kurang dari 10% di awal kemerdekaan maka sekarang ini telah berhasil ditingkatkan menjadi 94% (SD/MI), 53% (SLTP), 42% (SM), dan 10% (PT). Secara kualitatif meskipun masih jauh dari optimal ternyata pendidikan nasional telah menghasilkan putra-putra bangsa yang bertakwa serta mampu menguasai ilmu dan teknologi secara memadai.        Pelaksanaan pendidikan nasional kita yang dinamis terbukti telah mampu menghantarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mengu-asai teknologi; hal ini bisa dibuktikan dengan telah dibuatnya berbagai produk teknologi madya dan teknologi tinggi. Telah diluncurkannya kapal Palindo 500-1 serta pesawat N-250 buatan putra-putra bangsa oleh Presiden RI Soeharto secara tak langsung menandai keberhasilan pelaksanaan pendidikan nasional yang telah menghantarkan bangsa ini sebagai bangsa yang menguasai teknologi; meski belum secara optimal dan merata.
RRI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (414.808 KB)
      Ketika penjajah Belanda masih berkuasa di negara kita ternyata mereka sangat jeli memanfaatkan sarana yang sangat potensial untuk menyebar-luaskan informasi, yaitu siaran radio. Tentu saja waktu itu pemanfaatan siaran radio lebih diorientasikan pada kepentingan politik kaum penjajah. Pada tahun 1925 mereka mendirikan stasiun pemancar yang disebut Bataviasche Radio Vereniging (BRV) di Jakarta, yang kemudian disusul dengan stasiun-stasiun pemancar yang lainnya. Sete-lah itu dimulailah siaran radio yang jelas-jelas lebih mereferensi pada kepentingan politik kaum penjajah. Pada awal tahun 1930-an lagi-lagi mereka mendirikan Nederlands Indishe Radio Omroep Maatchappij (NIROM) yang merupakan perkumpulan radio Belanda.        Tentu bisa diduga, materi siaran radio tersebut dijadikan sebagai sarana dan media komunikasi antar orang-orang Belanda (Nederlander) yang tinggal di Indonesia. Lebih daripada itu secara sistematis materi siarannya juga dirancang mampu memberikan pengaruh kepada bangsa kita untuk menyulut konflik ideologis di antara bangsa Indonesia itu sendiri. Tidak bisa diragukan, sarana yang potensial dan efektif ini dapat memberikan keuntungan politik yang sangat besar bagi pihak pemerintah penjajah waktu itu.        Untunglah hal yang demikian itu telah membangkitkan kesadaran bagi putra-putra bangsa waktu itu tentang tersimpannya potensi siaran radio sebagai media komunikasi dan sarana politik. Maka dimulailah perintisan berdirinya stasiun siaran (broadcasting) oleh putra-putra bangsa dan untuk kepentingan bangsa sendiri.
MEMPERJELAS KONSEPSI SEKOLAH TERPADU
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (183.029 KB)
      Sebuah gagasan kreatif pendidikan kali ini muncul dari Bandung; yaitu gagasan mengenai perlunya diselenggarakan sekolah terpadu. Gagasan ini tentu sangat positif meskipun sebenarnya bukan gagasan yang sama sekali baru; beberapa tahun yang lalu gagasan semacam ini sudah dibicarakan dan didiskusikan secara terbatas oleh para peminat pendidikan. Apabila sekarang ada yang berminat merealisasi gagasan ini secara optimal tentu perlu didukung sepanjang pelaksanaannya nanti tetap berada di atas rel-rel pendidikan nasional kita.        Diperoleh kabar: suatu yayasan dengan Ketua Badan Pembinanya Ibu Tuty S. Try Soetrisno, Yayasan Pendidikan Terpadu Krida Nusantara, berencana akan membangun sekolah terpadu di kawasan Cibiru, Bandung Timur. Pada kawasan ini akan dibangun sekolah terpadu dari Taman Kanak-Kanak, SD, SLTP, sekolah menengah sampai dengan perguruan tinggi. Disamping itu juga akan diselenggarakan pendidikan luar sekolah yang subsistemnya akan dikombinasi dengan subsistem pendidikan sekolah. Keterpaduan subsistem antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah ini tetap berada dalam kerangka penjabaran kurikulum pendidikan nasional kita.        Dalam merealisasi sekolah terpadu tersebut konon nantinya juga akan dipadukan pendidikan akademik dengan pendidikan agama serta keterampilan fungsional sebagai persiapan bekerja dan berwirausaha. Dalam sekolah terpadu ini akan memadukan satuan pendidikan sekolah dengan satuan latihan, kursus, magang dan kelompok belajar. Dari strategi pembelajaran akan memadukan kegiatan belajar, ibadah, dan kerja, serta menciptakan keserasian antara belajar teori dan praktek.
KONDISI OBJEKTIF PERGURUAN TINGGI SWASTA KITA
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (180.256 KB)
Pada akhir Maret 1995 yang lalu saya diminta untuk memberikan presentasi pada suatu konferensi internasional tentang "International Education and Australian Schools". Kegiatan yang berlangsung di Melbourne, Australia dan "dibaking" oleh Departement of Employment, Education and Training tersebut dihadiri oleh 200-an peserta dari 140-an sekolah negeri dan swasta (independen) di Australia. Pada umumnya mereka adalah pimpinan sekolah atau pengambil keputusan pada manajemen sekolah. Salah satu bagian presentasi yang dianggap "aneh" oleh kalangan pendidikan Australia menyangkut banyaknya PTS di Indonesia. Secara kuantitatif saya jelaskan dari 1.200-an perguruan tinggi di Indonesia maka 1.150-an (>95%) di antaranya adalah PTS. Angka ini dianggap "aneh" dibandingkan dengan kondisi pendidikan tinggi di Australia. Pada umumnya mereka surprise dengan angka tersebut. Sebagai komparasi di Australia sendiri memang terdapat puluhan perguruan tinggi, termasuk beberapa perguruan tinggi yang benar-benar kompetitif seperti University of Melbourne, Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT), University of New South Wales, dsb; tetapi dari puluhan perguruan tinggi tersebut hanya ada satu PTS.
GELAR AKADEMIK YANG DIJADIKAN KOMODITI
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (413.929 KB)
Baru-baru ini mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan menyatakan bahwa dalam masyarakat modern yang mengutamakan prestasi daripada gengsi ternyata masih banyak orang yang mementingkan gelar kesarjanaan sebagai penunjang gengsi. Akibatnya selain bisa menimbulkan kekecewaan bagi si penyandang gelar maka gelar dapat dimanfaatkan sebagai komoditi yang dijual-belikan. Hal ini disampaikannya dalam satu seminar nasional tentang pendidikan di IKIP Bandung baru-baru ini. Lebih lanjut Pak Fuad menyatakan bahwa kiranya tidak terlalu keliru menduga bahwa dewasa ini masih banyak diantara mereka yang memasuki perguruan tinggi lebih didorong hasrat menyandang gelar kesarjanaan ketimbang semangat mengembangkan diri sebagai ilmuwan atau cendekiawan. Padahal, perguruan tinggi merupakan ladang garapan yang disemai bagi berseminya nilai-nilai keilmuan dan kecendekiaan, bukan sekedar industri yang tujuan utamanya menghasilkan penyandang gelar kesarjanaan. Gelar itu ibarat kosmetika yang dapat menjadikan seseorang tam-pil lebih cantik dan bergaya sehingga terkadang orang mau membeli mahal "alat" pecantik diri tersebut. Ternyata gelar pun juga dapat membuat seseorang tampil lebih "cantik" dan bergaya sehingga pada akhirnya banyak orang mau "membelinya" dengan harga yang mahal. Maka tidak anehlah kalau kemudian gelar pun menjadi komoditi yang dapat diperjual-belikan.
LPPH: TEMPAT GURU MENGELUH
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (414.423 KB)
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang ke-50, 25 November 1995, kali ini barangkali agak istimewa daripada peringatan di tahun-tahun yang sebelumnya. Bukan saja peringatan kali ini yang dipusatkan di Solo Jawa Tengah (rencananya) dihadiri oleh Presiden RI, Bapak Soeharto, tetapi dalam kesempatan ini akan diresmikan terbentuknya Lembaga Pembinaan dan Pelayanan Hukum (LPPH) bagi para guru. Lembaga baru yang sengaja dipublikasi bertepatan dengan PGRI yang memasuki usia setengah abad tersebut konon nantinya akan dan dapat menampung berbagai keluhan guru; dan sedapat mungkin akan membantu menyelesaikan masalah. Kalau ada guru yang merasa diru-gikan atau diperlakukan tidak adil mereka dapat mengeluh dan minta bantuan pada LPPH. Istilah Pak Rusli Yunus selaku Wakil Sekretaris Jenderal PGRI bila nanti ada guru yang merasa dijahili oleh pengurus yayasan atau dihambat oleh birokrasi dapat mengadukan persoalannya ke LPPH PGRI. Konon LPPH memang disiapkan untuk membantu guru, tentunya para guru yang menjadi anggota PGRI. Kiranya perlu dicatat bahwa tidak semua guru (wajib) menjadi anggota PGRI. Di dalam realitasnya hanya guru SD yang mendominasi keanggotaan PGRI sehingga konon sekitar 85% anggota PGRI adalah guru SD; meskipun demikian PGRI tetap merupakan organisasi profesi di Indonesia dengan jumlah anggota yang paling banyak.
PENCABUTAN IJAZAH DI PERGURUAN TINGGI
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (412.849 KB)
Salah satu berita akademik yang paling hangat sekarang ini ialah tentang pencabutan ijazah S2 oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dari seorang lulusannya; dalam hal ini lulusan program pasca sarjana (S2). Adapun alasan pencabutannya adalah karena tesis yang dibuat oleh lulusan yang bersangkutan dinyatakan masuk dalam kategori karya jiplakan. Sebagaimana kita ketahui bahwa akhir-akhir ini media massa kita gencar memberitakan adanya kasus penjiplakan karya ilmiah berupa tesis yang disusun oleh Syn, salah seorang mahasiswa (waktu itu) pro-gram S2 UGM, dengan judul "Pengajaran Pendidikan Moral Pan-casila di Sekolah Menengah Tingkat Atas : Suatu Studi tentang Fungsi Sosialisasi Politik".Tesis ini dicurigai sebagai karya jiplakan dari karya ilmiah berupa skripsi (tingkat S1) atas nama Swt yang saat ini juga mengambil pendidikan program S2 pada salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Keputusan UGM untuk mencabut ijazah S2 dari salah satu alum-ninya tersebut di atas merupakan kasus yang menarik untuk dibahas mengingat kasus seperti itu jarang terjadi di dunia perguruan tinggi, baik di tanah air maupun di negara-negara manca. Di Indonesia, kasus seperti itu rasanya justru baru pertama kali terjadi; meski kasus pen-jiplakan karya ilmiah itu sendiri diyakini banyak orang sudah sangat sering terjadi dalam dunia pendidikan kita.
KUIS DAN FILM KERAS DI TELEVISI
Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (183.437 KB)
Pernyataan Menteri Penerangan Harmoko bahwa penyelenggara undian termasuk kuis di televisi yang tidak meminta ijin ke Departemen Sosial (Depsos) dapat dikenai ancaman kurungan ataupun denda ternyata mengundang respon dari banyak pihak. Pasalnya, sekarang ini acara kuis memang termasuk banyak digemari pemirsa televisi; dan oleh karenanya pihak televisi pun seolah-olah saling berlomba untuk dapat membuat dan menayangkan acara kuis andalan. Sekedar ilustrasi; bila TVRI sebagai televisi pemerintah memiliki kuis andalan 'Berpacu Dalam Melodi', maka RCTI memiliki 'Tak Tik Boom'. Sementara itu TPI, SCTV, dan Indosiar masing-masing punya kuis andalan 'Benyamin Show', 'Bulan Madu', dan 'Rezeki Ramadhan'. Ini sekedar ilustrasi; dalam kenyataannya setiap stasiun televisi, pemerintah maupun swasta, umumnya memiliki lebih dari satu jenis kuis andalan. Dalam kenyataannya pula kuis yang ditayangkan oleh televisi ada yang bersifat undian murni, bahkan ada yang menilai terdapat kuis yang mengandung unsur judi. Barangkali karena ini pulalah yang membuat Pak Harmoko merasa perlu untuk memberi statement mengenai penyelenggaraan kuis dan undian di televisi. Apakah semua kuis di televisi itu mengandung judi? Tentu tidak! Memang tak semua kuis mengandung unsur judi; tetapi dikhawatirkan ada kuis mengandung judi. Pada kenyataannya memang ada kuis yang lebih bersifat undian murni, misalnya saja 'Si Doel Anak Sekolahan' (RCTI) dan 'Benyamin Show' (TPI). Bagi yang setuju undian murni itu mengandung unsur judi maka kuis-kuis itu akan dianggap mengandung unsur judi.