cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 18 Documents
Search results for , issue " Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016" : 18 Documents clear
MODEL MENTAL SISWA SEKOLAH DASAR TENTANG LISTRIK STATIS Hamid, Rimba
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.665

Abstract

Understanding students’ mental model is essential for an educator. This study elucidates elementary school students’ mental model about static electricity concept based on their geographical location. Sampel was 21 elementary school students from Kendari City and 17 students from Konawe Regency Southeast Sulawesi. Students’ ideas about static electricity phenomenon were collected by asking them to wrote their ideas about static electricity phenomenon in a piece of paper. Those ideas were classified according to its mental model type. Results suggested that students living in the city have relatively more conceptual thinking framework whereas students living in the regency area used a more intuitive thinking framework. Nevertheless, students from the city or from the regency area generally used everyday life analogy in interpreting static electricity concept.ABSTRAKMemahami model mental siswa sangatlah penting bagi seorang pendidik. Penelitian ini menguraikan model mental siswa Sekolah Dasar (SD) tentang konsep listrik statis berdasarkan lokasi geografis. Sampel adalah 21 siswa SD yang tinggal di daerah Kota Kendari dan 17 siswa SD yang tinggal di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Ide-ide siswa tentang fenomena listrik statis dikumpulkan dengan cara meminta siswa untuk me-nuliskan ide-ide mereka tentang fenomena listrik statis di secarik kertas. Ide-ide tersebut kemudian dikla-sifikasikan berdasarkan jenis model mentalnya. Hasil menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari pusat kota memiliki kerangka pemikiran yang relatif lebih konseptual jika dibandingkan dengan siswa dari luar kota yang lebih banyak menggunakan kerangka berpikir yang intuitif. Meskipun demikian, baik siswa yang ber-asal dari kota maupun dari luar kota pada umumnya menggunakan analogi pengalaman sehari-hari dalam menginterpretasi konsep listrik statis.
ANALISIS SOAL JENJANG KOGNITIF TAKSONOMI BLOOM REVISI PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BIOLOGI SMA Juhanda, Aa
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.657

Abstract

The aim of this study was to analyze the occurrence of the Revised-Bloom’s cognitive level questions in high school Biology Electronic Book (BSE). Research subject was 1,650 questions from BSE 2009 edition. Research instrument was documents’ analysis sheet in which it contains information such as questions code, descriptions, and its cognitive level type. The data were analyzed quantitatively and qualitatively. Results showed that high average occurrence percentage was found for questions developing lower-order thinking skills namely C1 or remembering (46.60%) and C2 or understanding (47.99%), although C3 or applying was still low (0.28%). For questions developing higher-order thinking skills, from C4 (analyzing) to C6 (creating), its average percentage occurrences were low. Therefore, the occurrence of the Revised-Bloom’s cognitive level questions, especially those developing higher-order thinking still needs to be improved.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemunculan soal jenjang kognitif Bloom Revisi pada Buku Sekolah Elektronik (BSE) Biologi SMA. Subjek penelitian adalah 1.650 soal yang terdapat pada BSE Edisi 2009. Instrumen yang digunakan adalah lembar analisis dokumen yang di dalamnya memuat informasi seperti kode soal, soal, dan jenis tingkatan kognitif taksonomi Bloom Revisi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata persentase kemunculan cukup tinggi diperoleh pada soal yang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower-Order Thinking Skills) yaitu soal C1 (mengingat) sebesar 46,60% dan C2 (memahami) sebesar 47,99%, meskipun untuk C3 (menerapkan) persentasenya masih rendah (0,28%). Rerata persentase kemunculan soal yang mengembangkan keterampilan tingkat tinggi (Higher-Order Thinking Skills) mulai dari soal C4 (menganalisis) sampai dengan C6 (mencipta) memiliki rerata persentase yang rendah. Oleh karena itu, kemunculan soal jenjang kognitif Bloom Revisi pada BSE khususnya yang mengembangkan Higher-Order Thinking Skills masih perlu untuk ditingkatkan.
KETERAMPILAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIKUM DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN INSTRUMEN TERPADU (KIT) IPA SD Rosnita, Mrs.
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.671

Abstract

Science is a body of knowledge that investigates natural phenomena which are sometimes complex, thus teaching science requires tools that can facilitate students in understanding that complexity. Tool to guide science teaching is science kit (KIT). This study investigated teachers’ skills in conducting laboratory works by using KIT. Samples were 30 elementary schools teachers in Pontianak.  The instrument used was observation sheets and questionnaires in which it was composed based on various aspects in conducting laboratory works. Based on questionnaire, teachers’ overall skill in conducting laboratory works was 72% in which it was categorized as Good, whereas based on actual laboratory works observation, teachers’ overall skill in conducting laboratory works was 64%, in which it was categorized as Sufficient.  Aspect receiving the highest score from questionnaire and observation was attitude.ABSTRAKIPA adalah disiplin ilmu yang meneliti fenomena-fenomena alam yang terkadang kompleks sehingga pengajarannya harus dilakukan dengan alat yang dapat memfasilitasi siswa dalam memahami kekompleksan tersebut. Salah satu alat untuk memandu pengajaran IPA adalah Komponen Instrumen Terpadu (KIT). Penelitian ini menyelidiki keterampilan guru dalam melaksanakan praktikum dengan menggunakan KIT IPA. Sampel adalah 30 orang guru Sekolah Dasar (SD) di Kota Pontianak. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan angket yang disusun berdasarkan berbagai aspek keterampilan dalam melaksanakan praktikum. Secara keseluruhan, keterampilan guru berdasarkan angket adalah 72% sehingga dikategorikan sebagai Baik, sedangkan hasil observasi langsung kegiatan praktikum menunjukkan bahwa secara keseluruhan keterampilan guru dalam melaksanakan praktikum dengan menggunakan KIT IPA adalah 64% atau dikategorikan dalam kategori Cukup. Aspek yang memperoleh skor paling tinggi dari hasil angket maupun hasil observasi adalah aspek sikap.
STUDENTS’ CREATIVE THINKING ENHANCEMENT BY USING INTERACTIVE MULTIMEDIA OF REDOX REACTION Liliasari, Mrs.; Supriyanti, Siti; Hana, Muhammad Nurul
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.666

Abstract

The aim of this study was to apply multimedia in enhancing students’ creative thinking skills. Research subject were eleventh-grade students that yet to learn redox concept, at one of senior high school in Bekasi. Experimental group was consisted of 50 students and control group was consisted of 51 students. Multimedia activities can be used to enhance students’ creative thinking by designing multimedia based on creative thinking activities. Students’ creative thinking enhancement is equal to students’ cognitive enhancement and research findings suggested that enhancement in all students’ creative thinking aspects by using interactive multimedia learning was significantly different than by PowerPoint learning. It was reflected by creative thinking enhancement of high and moderate criteria. The highest enhancement was on fluency (N-gain= 85.83%) and the lowest  was on flexibility (N-gain= 54.93%).ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menggunakan multimedia dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI yang belum belajar konsep redoks di salah satu SMA di Bekasi. Kelompok eksperimen terdiri dari 50 siswa dan kelompok kontrol terdiri dari 51 siswa. Kegiatan multimedia dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan merancang multimedia berdasarkan kegiatan berpikir kreatif. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah sama dengan peningkatan kognitif siswa dan penelitian menemukan bahwa peningkatan semua aspek berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran multimedia interaktif berbeda secara signifikan dengan pembelajaran PowerPoint. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan kriteria tinggi dan sedang. Peningkatan tertinggi ditemukan pada kefasihan (N-gain = 85,83%) dan peningkatan terendah ditemukan pada fleksibilitas (N-gain = 54,93%).
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL TERHADAP KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN MERANCANG RISET PENDIDIKAN Suatma, Mr.
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.658

Abstract

To become a teacher researcher, pre-service teachers should have sufficient education research skills. The purpose of this study was to investigate the effect of experiential learning in improving pre-service biology teachers’ skills in designing education research. Sample were 68 pre-service biology teachers enrolling in Biology Research Methodology course. Research instruments were objective test and research proposals assessment rubric. Objective test results showed that pretest average was 27.35% while posttest average was 40.94%. N-Gain value was 0.18 and this value indicates that the increment from pretest to posttest was categorized in low category. Results of proposal assessment showed that the average skill in designing education research was 59.15%. Proposal assessment results indicate that although experiential learning has low impact in improving cognitive aspect, this approach can help pre-service teachers in designing education research proposal.ABSTRAKUntuk menjadi seorang guru peneliti, mahasiswa calon guru harus memiliki keterampilan riset pendidikan yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran experiential terhadap kemampuan dan keterampilan mahasiswa calon guru biologi dalam merancang riset penelitian pendidikan. Sampel penelitian adalah 68 mahasiswa calon guru biologi yang mengambil mata kuliah Metodologi Penelitian. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif dan rubrik penilaian proposal. Hasil tes objektif menunjukkan bahwa rerata pemahaman mahasiswa calon guru biologi tentang perancangan riset pendidikan pada saat pretes adalah 27,35% sedangkan untuk postes adalah 40,94%. Penghitungan N-Gain menghasilkan nilai N-Gain 0,18 dan nilai ini menunjukkan bahwa peningkatan dari pretes ke postes termasuk dalam kategori rendah. Hasil penilaian proposal menunjukkan bahwa rerata penguasaan keterampilan merancang riset adalah 59,15%. Hasil penilaian proposal ini menunjukkan bahwa meskipun pembelajaran Experiential  kurang berpengaruh pada peningkatan aspek kognitif, pendekatan ini dapat membantu mahasiswa calon guru biologi dalam merancang proposal riset pendidikan.
EFEK INVESTIGASI MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL MAHASISWA PGSD Sumarna, Nana; Kansil, Yoo Ekayana
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.653

Abstract

Conceptual understanding is very important for pre-service teacher because conceptual understanding is a set of mathematical concepts’ quantity and quality measure that are represented in the form of knowledge and skills network contained therein. The elements of this network can be concepts, rules (algorithms, procedures, etc.), and problem-solving. This study attempted to found alternative solution focusing on mathematics learning conditions in the classroom, through learning experimentation study using mathematical investigation approach. Subjects were 111 PGSD pre-service teachers in one of state university in Southeast Sulawesi. Results suggested that there was a significant conceptual understanding difference between pre-service teacher receiving mathematics investigation approach compared to those receiving expository approach (p=0,000; p< 0,005) and there was no interaction between prior knowledge with learning approach to pre-service teachers’ conceptual understanding improvement. Therefore, investigation approach can be implemented for all prior knowledge level because this approach proved to improve conceptual under-standing.ABSTRAKPemahaman konseptual sangat penting bagi seorang calon guru karena pemahaman konseptual merupakan sekumpulan ukuran kualitas dan kuantitas pada konsep-konsep matematika yang direpresentasikan dalam bentuk jaringan pengetahuan tertentu dan keterampilan yang terdapat didalamnya. Unsur-unsur dari jaringan ini dapat berupa konsep, aturan (algoritma, prosedur, dan lain sebagainya), dan pemecahan masalah. Penelitian ini berusaha mencari solusi alternatif dengan memusatkan perhatian pada kondisi pembelajaran matematika yang selama ini berlangsung di ruang perkuliahan, melalui penelitian eksperimentasi pembelajaran dengan pendekatan investigasi matematika. Subyek penelitian ini adalah 111 mahasiswa PGSD di salah satu perguruan tinggi negeri di Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konseptual yang signifikan pada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan investigasi matematika dibandingkan dengan pendekatan eskpositori (p= 0,000; p< 0,005) dan tidak terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan awal matematika dan pendekatan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konseptual mahasiswa. Oleh karena itu, pendekatan investigasi dapat diberlakukan pada seluruh level kemampuan awal karena telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konseptual.
Pengantar Dewan Redaksi Editor, JPMIPA
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.673

Abstract

Pengantar Dewan Redaksi
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA PADA PEMBELAJARAN TITRASI ASAM BASA DENGAN METODE PRAKTIKUM Nahadi, Mr.; Anwar, Sjaeful; Pertiwi, Hanifah Ratih
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.667

Abstract

The aim of this Research and Development (R&D) study was to develop performance assesment instrument in a form of task and rubric to evaluate students’ performance in acid-base titration practicum. Subjects were eleventh-grader science students in one of senior high schools in Bandung. Instruments were validation sheets, observation format, and interview guidelines. Validation and reliability test showed that the performance assesment instrument validity and reliability score were 0.84 and 0.91, respectively. The application of the instrument showed that students’ performance can be uncovered in which it can be categorized as excellent, good, poor, or did not carry out every practicum steps. It can be concluded that the performance assesment instrument can be used as a good assessment tools in evaluating students’ performance in acid-base titration practicum.ABSTRAKPenelitian Research and development (R&D) ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerja berupa tugas (task) dan rubrik (rubric) untuk menilai kinerja siswa pada praktikum titrasi asam basa. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA di salah satu SMA di Kota Bandung. Instrumen penelitian berupa lembar validasi, format observasi dan pedoman wawancara. Uji validasi dan reliabilitas menunjukan bahwa instrumen penilaian kinerja yang dikembangkan memiliki validitas dan reliabilitas sebesar 0,84 dan 0,91. Hasil penggunaan instrumen penilaian kinerja ini menunjukkan bahwa instrumen ini dapat mengungkap kinerja siswa dalam praktikum titrasi asam basa sehingga kinerja dapat dikategorikan menjadi sangat baik, baik, kurang, atau tidak melakukan setiap tahapan praktikum. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian kinerja yang dikembangkan memenuhi syarat sebagai alat evaluasi yang baik untuk menilai kinerja siswa pada praktikum titrasi asam basa.
PROMOTING STUDENTS’ CONCEPTUAL CHANGE ON THE CONCEPT OF ECOSYSTEM THROUGH PDEODE (PREDICT-DISCUSS-OBSERVE-EXPLAIN-DISCUSS-EXPLAIN) TEACHING STRATEGY Nugraha, Ikmanda; Anggraeni, Sri; Amprasto, Dr.
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.659

Abstract

This study investigated conceptual change in students’ understanding of ecosystem concept. The PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) teaching strategy, a variant of classical POE (Predict-Discuss-Explain) was implemented during the study. Sample was 28 senior high school students in one of senior high school in Bandung. Students’ ideas about ecosystem concept were revealed by a ten questions-test called ECT (Ecosystem Conceptual Test). Conceptual change in student’s understanding of ecosystem concept was evaluated by administering ECT in pretest, posttest, and delayed posttest.Tests’ score were then analyzed quantitatively and qualitatively. One-way ANOVA test result showed statistically significant score difference (p<0.05) in each test which suggested PDEODE helped the students to achieve better understanding. Moreover, no statistically significant differences were found between posttest and delayed posttest scores, indicating that the teaching strategy helped the student to retain their new conceptions.ABSTRAKPenelitian ini menyelidiki perubahan konseptual pada pemahaman siswa tentang konsep ekosistem.Variasi dari strategi pengajaran POE (Predict-Discuss-Explain) yakni PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain) diterapkan selama penelitian ini. Sampel penelitian adalah 28 siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas di Bandung. Ide-ide siswa tentang konsep ekosistem diungkap dengan menggunakan ujian 10 soal yang disebut sebagai ECT (Ecosystem Conceptual Test). Perubahan konseptual siswa dalam hal pema-haman tentang konsep ekosistem dievaluasi dengan ECT pada pretes, postes, dan delayed posttest. Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan nilai ketiga tes berbeda signifikan (p<0,05) yang menunjukkan bahwa PDEODE membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Selain itu, tidak adanya perbedaan yang signifikan antara postes dan delayed posttest mengindikasikan bahwa strategi pengajaran ini dapat membantu siswa untuk mempertahankan pemahaman baru mereka.
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MELALUI MODEL KOOPERATIF STAD DAN MURDER Nuryanti, Mrs.
Jurnal Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 21, No 1 (2016): Jurnal Pengajaran MIPA - April 2016
Publisher : Faculty of Mathematics and Science Education, Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18269/jpmipa.v21i1.654

Abstract

This study compared the implementation of STAD (Student Team Achievement Divisions) and MURDER (Mood-Understanding-Recall-Detect-Elaborate-Review) cooperative learning in terms of mathematical communication, critical thinking, and students’ prior knowledge. Subjects were 49 tenth grader in one of vocational high schools in Bandung Regency, 23 students for STAD class and 26 for MURDER. Mathematical communication and critical thinking ability were evaluated from pretest, posttest, and N-Gain. Data were analyzed using t-test and one-way ANOVA. Difference in implementation results according to students’ prior knowledge was evaluated using scheffe test. Statistical analysis suggested that N-Gain difference in mathematical ability (p = 0,405, p> 0,05) as well as mathematical critical thinking (p = 0,667, p > 0,05) was insignificant between cooperative learning type. Students’ prior knowledge effect on these cooperative learning implementation results was addressed.ABSTRAK Penelitian ini membandingkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) dengan pembelajaran kooperatif tipe MURDER (Mood-Understanding-Recall-Detect-Elaborate-Review) ditinjau dari kemampuan komunikasi, berpikir matematis, dan Pengetahuan Awal siswa (PAM). Subjek penelitian adalah 49 siswa kelas X di salah satu SMK di Kabupaten Bandung, 23 siswa untuk kelas STAD dan 26 siswa untuk kelas MURDER. Kemampuan komunikasi dan berpikir kritis dievaluasi dari hasil pretes, postes dan N-Gain. Data dianalisis menggunakan uji t dan anova satu jalur. Untuk mengetahui perbedaan hasil penerapan kedua pembelajaran kooperatif berdasarkan Pengetahuan Awal Matematis siswa (PAM) uji scheffe digunakan sebagai sebagai uji lanjutan. Hasil statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan N-Gain kemampuan komunikasi matematis (p = 0,405, p> 0,05) dan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis (p = 0,667, p > 0,05) antar tipe pembelajaran kooperatif. Pengaruh PAM terhadap hasil penerapan kedua pembelajaran kooperatif kemudian dibahas.

Page 1 of 2 | Total Record : 18