cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
LOKABASA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 23 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017" : 23 Documents clear
LIRIK TEMBANG SUNDA CIGAWIRAN (Kajian Historis, Struktural, dan Etnopedagogik) Astriani, Dian; Kosawara, Dedi
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perkembangan, struktur, dan nilai étnopédagogik lirik tembang Sunda Cigawiran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik observasi, telaah pustaka, dan wawancara. Instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara, pedoman inventaris, dan kartu data. Sumber data dalam penelitian ini adalah 14 lirik tembang yang diperoleh dari wawancara dan studi pustaka. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tembang Sunda Cigawiran mengalami perkembangan dan struktur puisi yang tentu. Perkembangan tembang Sunda Cigawiran berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan zaman. Struktur lirik tembang Sunda Cigawiran mempunyai struktur fisik (imaji, simbol, musikalitas, dan gaya bahasa) serta struktur batin (tema, rasa, nada, dan amanat). Lirik tembang Sunda Cigawiran secara umum ditulis dalam bentuk pupuh, tapi tidak sepenuhnya memenuhi aturan pupuh yang digunakannya. Téma dari teks tembang Sunda Cigawiran pada umumnya berkaitan erat dengan keagamaan. Imaji yang paling banyak ditemukan dalam teks ini adalah imaji visual (penglihatan). Musikalitas/wirahma tembang Sunda Cigawiran mencakup pada bentuk pupuh, yang mempunyai guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Gaya bahasa umumnya merupakan bahasa yang umum, hiperbol, dan konotatif. Rasa yang paling banyak ditemukan menunjukkan rasa takut. Sedangkan amanat secara umum adalah memebrikan peringatan kepada manusia agar selamanya memohon perlindungan kepada Alloh swt. Dalam lirik tembang Sunda Cigawiran terkandung nilai etnopedagogik, yaitu Prilaku Nyunda Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh), Catur Jatidiri Insan (pengkuh agamana, jembar budayana, luhung élmuna, rancagé gawéna), Gapura Panca Waluya (cageur, bageur, bener, pinter, singer), dan Moral Kemanusiaan (moral manusia kepada Tuhan, moral manusia kepada diri pribadi, moral manusia kepada manusia, moral manusia kepada alam, moral manusia kepada waktu, dan moral manusia dalam mencapai kepuasan lahir dan batin). ABSTRACTThe purpose of this study describes the development, structures, and etnopedagogic values of Cigawiran Sundanese song lyrics. The method used in this research is descriptive method, while the data is taken by observation technique, literature review, and interview. The instruments used are interview guides, inventory guides, and data cards. The data sources in this study are 14 songs lyrics obtained from the interviews and literature study. From the research results found that Cigawiran Sundanese song has developed and formed its structures of poetry. The development of Cigawiran Sundanese song changed from time to time along with the period. Cigawiran Sundanese song structure has the physical structures (images, symbols, musicalities, and language styles) and the inner structures (themes, tastes, tones, and messages). Cigawiran Sundanese song lyrics in generally are written in stanzas, but does not fully comply with the rules of the stanzas it used. The theme of the Cigawiran Sundanese song texts are generally closely related to religion. The most common images found in this text is the visual image (sight). Musicality of Cigawiran Sundanese song includes the stanza form, which has guru gatra, guru wilangan, and guru lagu. Language styles are generally a common language, hyperbole, and connotative. The most common sense shows fear. While the message in generally gives warning that people must always ask protection to Alloh SWT. In the Cigawiran Sundanese song lyrics contained etnopedagogic values. That are Prilaku Nyunda Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh), Catur Jatidiri Insan (pengkuh agamana, jembar budayana, luhung élmuna, rancagé gawéna), Gapura Panca Waluya (cageur, bageur, bener, pinter, singer), and humanity moral (the moral of human to God, the moral of human to themself, the moral of human to other human being, the moral of human to nature, the moral of human to the time, and the moral of human in achieving physical and mental satisfaction).
PIRANTI KOHESI SUBSTITUSI DALAM CERITA RADIN DJAMBAT (Kajian Intertekstual sebagai Pelansir Martabat dan Budaya Masyarakat Lampung) Suyanto, Edi; Agustina, Eka Sofia; Ariyani, Farida
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia kaya akan peninggalan cerita rakyat, termasuk cerita Radin Djambat yang ada di Lampung. Cerita Radin Djambat memuat nilai-nilai perjuangan, persahabatan, dan filosofi yang dapat dijadikan teladan bagi perkembangan dan pembangunan budaya bagi masyarakat Lampung secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum untuk kehidupan saat ini dan masa datang. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan piranti kohesi substitusi dalam legenda Radin Djambat, sebagai pelansir martabat dan budaya masyarakat Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi dokumentasi melalui pendekatan intertekstual yang bersifat kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa piranti kohesi substitusi yang terdapat dalam cerita Radin Djambat meliputi piranti yang bersifat anafora dan katafora. Piranti kohesi substitusi yang bersifat anafora ditemukan dalam bentuk substitusi nominal, verbal, dan klausal. Selanjutnya,  piranti kohesi substitusi yang bersifat katafora yang ditemukan hanya dalam bentuk substitusi nominal dan klausal. Selanjutnya, hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi masyarakat akademisi (peneliti), guru/dosen, mahasiswa, tokoh adat, dan masyarakat luas.ABSTRACTIndonesia is rich in relics of folklore, including the story of Radin Djambat in Lampung. Radin Djambats story contains the values of struggle, friendship, and philosophy that can be exemplary for the development and cultural development for the people of Lampung in particular and the people of Indonesia in general This study aims to describe the substitution cohesion device in the legend of Radin Djambat, as the spreader of the dignity and culture of the people of Lampung. The research method used is documentation study through qualitative intertextual approach. The results showed that the substitution cohesion devices contained in the Radin Djambat story include anaphoric and cataphoric devices. Anaphoric substitution cohesion devices are found in the form of nominal, verbal, and clausal substitutions. Furthermore, the cataphoric substitution cohesion device is found only in the form of nominal substitution and clause. The results of the research can be used as a reference for other researchers, teachers, lecturers, students, traditional leaders, and the others community.
FENOMENA BAHASA NAMA DALAM BUDAYA JAWA: KAJIAN ASPEK FILOSOFIS DAN FAKTA SOSIAL Basir, Udjang Pr. M.
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nama dalam budaya Jawa tidaklah sekedar identitas belaka. Di dalamnya terkandung berbagai makna terselubung yang terkait dengan hidup dan perikehidupan masyarakat secara tradisi dan filosofi. Tradisi budaya yang umumnya berkembang secara turun-temurun itu merupakan potret sosial nyata tentang pola pemikiran dan keyakinan yang ada dalam komunitas masyarakatnya. Fenomena tersebut masih berkembang hingga saat ini. Sebagian masih menjadi keyakinan ritualistik masyarakat Jawa secara masif, tetapi tidak sedikit yang menggunakannya sebagai identitas budaya semata. Lebih dari itu ada pula yang memanfaatkannya sebagai unsur pembeda (brand) untuk kepentingan promosi dan kompetisi bisnis di tengah era globalisasi. Dengan konsep sosiopragmatik (didaktik) dan pendekatan semioantropologi (filsafat), sajian data akan digali menggunakan metode deskriptif dengan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara terbatas terkait dengan aspek latar penamamaan, tujuan, sumber rujukan, pemahaman dan fakta sosial. Vokus bahasan akan dipusatkan pada aspek fenomena penggunaan bahasa nama dalam budaya Jawa yang terkait dengan nama anak (orang). ABSTRACTThe name in Javanese culture is not just  merely an identity. It contains a variety of hidden meanings related to life, traditional and philosophical value of life. Cultural tradition that generally develops from generation to generation is a real social portrait of the patterns of thought and belief that exist in the society. The phenomena is still developing recently. Some of them still become ritualistic beliefs of mostly Javanese society, and many of them use it only as cultural identity. More than that there is also Javanese people use names as a differentiator for the benefit of promotion and business competition in the globalization era. With the concept of sociopragmatic and semioanthropological approach, the data presentation will be extracted by using the descriptive method with observation, documentation, and limited interviewing techniques related to aspect of naming backgrounds, objectives, referral sources, understanding and social facts. The focus of the discussion will be concerned on the phenomenon of the use of language of name in Javanese culture that is related to the name of the child.
METODE TIGA LANGKAH: MENGAJAR BAHASA SUNDA DENGAN MATERI KAWIH ASUH BARUDAK Hendrayana, Dian
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hampir di seluruh tingkatan (SD, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) di Jawa Barat, para guru mata pelajaran Bahasa Sunda kerap mengeluhkan minimnya media pembelajaran dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Seperti diketahui, dalam Kurikulum 2013 perkakas yang disebut sebagai media pembelajaran sangat dibutuhkan demi membangun kegiatan belajar-mengajar yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Media pembelajaran boleh jadi bisa berbentuk alat peraga, gambar-gambar, media audio, media audio-visual, pertunjukan, serta media lainnya yang mampu mebantu para guru terhadap kelancaran kegiatan belajar-mengajar. Untuk memenuhi kebutuhan media pembelajaran bahasa Sunda tersebut, dalam empat tahun terakhir muncul salah satu bentuk media pembelajaran yang disebut ‘Kawih Asuh Barudak’. Media ini berbentuk media audio yang berupa nyanyian berbahasa Sunda dengan peruntukan para siswa di tiga tingkatan. Atas rekomendasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dalam satu setengah tahun terakhir, media pembelajaran ‘Kawih Asuh Barudak’ telah disosialisasikan melalui kegiatan pelatihan terhadap para guru di seluruh Jawa Barat, sehingga media pembelajaran ini hingga saat ini sudah mulai dimanfaatkan sebagai bahan penunjang dalam pembelajaran Bahasa Sunda.ABSTRACTAlmost in all school levels (SD, SMP/MTs, SMA/SMK/MA) in West Java, Sundanese language teachers often complain about the lack of teaching-learning media in carrying out teaching and learning activities. As it is known, in the Curriculum 2013 teaching-learning media is needed to build creative,innovative, and fun teaching and learning activities. Teachinglearning media can be designed in the form of teaching media, pictures, audio media, audiovisual media, performances, and other media that can help teachers to smooth teaching and learning activities. To meet the needs of teaching-learning Sundanese language media, in the last four years appeared one teaching-learning media called Kawih Asuh Barudak. The form of this media is audio media in the form of Sundanese language song designed for students devided in three levels. On the recommendation of West Java Provincial Education Office, in the last one and a half years, the teaching-learning media Kawih Asuh Barudak has been socialized through training activities for teachers throughout West Java, so this teachinglearning media has been utilized as a supporting material in Sundanese language learning Sunda.
PANDANGAN HIDUP DAN SISTEM PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT JAWA DI BALIK EKSPRESI GAYA BAHASA DALAM EMPAT KARYA SASTRA KI PADMASUSASTRA Wisnu Wibowo, Prasetyo Adi
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Empat karya sastra Ki Padmasusastra mencerminkan pola pikir, pola pandang masyarakat Jawa terhadap Tuhan dan alam sekitarnya. Penelitian ini berusaha menemukan pola-pikir, pandangan dunia, pandangan hidup dan sistem pengetahuan lokal yang dimiliki Ki Padmasusastra sebagai bagian dari masyarakat Jawa di balik ekspresi bahasa Jawa yang dipergunakannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif..Ekspresi gaya bahasa yang digunakan dalam empat karya Ki Padmasusastra merupakan gambaran perilaku untuk mencapai kesejahteraan hidup yang tercermin dalam perilaku verbal, baik menyangkut pandangan hidup (way of life), pandangan dunia (world view), maupun pola-pikir yang tercermin dalam sistem pengetahuan (cognition system) masyarakatnya.ABSTRACTThe four literary works of Ki Padmasusastra reflect the mindset and Javanese societys point of view of God and the nature.This research tries to find the pattern of thought, world view, view of life and local knowledge system of Ki Padmasusastra as part of Javanese society that reflected by  Javanese expression. This research uses descriptive qualitative method. The expression of the language style used in the four literary works of Ki Padmasusastra is a description of behavior to achieve the welfare of life which is reflected in verbal behavior, whether it concerns with the way of life, the world view, and the pattern of thought that are reflected in the cognition system of the society.
NOVEL ANAK RASIAH KODEU BINER KARYA DADAN SUTISNA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP (Analisis Strukturalisme dan Etnopedagogik) Fatimah, Euis Siti
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur struktural dan etnopedagogik novel Rasiah Kodeu Biner sebagai alternatif bahan pengajaran apresiasi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik telaah pustaka, analisis data, dan teknik interpretasi. Hasil penelitian ditemukan tema novel tentang usaha sekelompok anak memecahkan rahasia surat yang menggunakan bilangan biner. Alur yang digunakan alur campuran. Jumlah tokoh 43 orang. Latar yang ditemukan dalam penelitian ini diantaranya latar tempat, waktu, dan sosial. Judul telah mewakili isi cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari. Novel Rasiah Kodeu Biner memiliki banyak nilai etnopedagogik moral kemanusiaan. Novel ini bisa dijadikan alternatif bahan pembelajaran apresiasi sastra karena memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar serta mengandung nilai moral kemanusian sesuai kepribadian siswa. ABSTRACTThe purpose of this study is to describe the structural and ethnopedagogic elements of Rasiah Kodeu Biner novel as an alternative of literature appreciation teaching-learning material. The method used in this research is descriptive analysis method, while the techniques used are literature review techniques, data analysis, and interpretation techniques. The results of the study revealed that the novel theme is about the effort of group of children to solve the secret letter using binary numbers. The sequel used is mixed sequel. Numbers of characters are 43 people. The backgrounds found in this study include setting place, time, and social. The title has represented the story content. The author uses a third-person point of view. Language used is common language. Rasiah Kodeu Biner novel has many ethnopedagogic moral values of humanity. This novel can be used as an alternative material in teaching-learning literature appreciation, as it meets the criteria of the selection of teaching-learning materials and contains the moral values of humanity suitable with the students’ personality.  
RABAB PASISIA SELATAN DI MINANGKABAU DIAMBANG KEPUNAHANNYA Rosa, Silvia
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Barabab adalah suatu bentuk pertunjukan seni tradisi yang menyampaikan cerita kaba oleh seorang atau dua orang penampil dengan diiringi oleh permainan alat musik rabab (semacam alat musik gesek yang mirip biola). Pertunjukan Barabab berlangsung semalam suntuk. Biasanya pertunjukkan Barabab dihadirkan sebagai salah satu bentuk bungo alek (hiasan keramaian) dalam sebuah acara, baik perkawinan, perayaan atau peresmian peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat adat di Minangkabau. Permasalahannya kini adalah realitas pewarisan seni pertunjukkan Barabab, Pewarisan aktif keterampilan mempertunjukkan seni tradisi Barabab tidak berlangsung baik dan berkesinambungan dari si pewaris aktif kepada generasi berikutnya.Penampil Barabab adalah pria-pria tua yang sudah berumur di atas 55 tahun dan atau lebih. Lalu bagaimana bila pewarisan tidak berlangsung lurus secara berkesinambungan dari generasi tua kepada generasi muda berikutnya. Tentu saja seni tradisi Barabab akan tinggal kenangan dan nama saja, berganti dengan corak musik Barat yang cenderung lebih diminati oleh generasi muda kini, misalnya organ tunggal dan sejenisnya. Kerisauan akan kepunahan seni tradisi Barabab ini sudah patut direncanakan tindakan penyelamatannya. Salah satu upayanya adalah dengan mencanangkan secara aktif untuk belajar budaya, khususnya belajar seni tradisi pertunjukan Barabab yang telah menjadi ikon seni pertunjukan penting di Pesisir Selatan.Upaya ini penting dilakukan secara terorganisir antara pemerhati budaya (perguruan tinggi) dengan Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk membangun ruang atau tempat untuk belajar budaya, terutama seni Barabab, tindakan urgen untuk dirintis dan dikembangkan ke depan, dan sejak kini.ABSTRACTBarabab is a form of traditional art performances that convey kaba story by one or two performers that are accompanied by rabab musical instrument (a kind of stringed instrument similar to a violin). The Barabab show lasted all night long. Usually Barabab shows are presented as a form of bungo alek (ornament of the crowd) in an event, whether marriage ceremony, celebration or inauguration of important events in indigenous peoples in Minangkabau. In the reality there is problem that Barabab active inheritance of Barababs performing arts skills does not go well and sustain from the active performers to other generation. Barabab performers are old men over the age of 55. If the inheritance is not sustainable from older generation to other generation, the Barabab tradition will be extinct. One of the efforts to actively promote the learning of culture, especially learning the art of tradition of Barabab show which has become an icon of important performing arts in South Coastal of Minangkabau. The effort is important to be done in an organized manner between cultural observers (universities) and the South Coastal Government. There is a crusial needs of government decision and policies to build space or place to learn culture, especially Barabab art.
NOVEL ANAK RASIAH KODEU BINER KARYA DADAN SUTISNA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP (Analisis Strukturalisme dan Etnopedagogik) Fatimah, Euis Siti
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur struktural dan etnopedagogik novel Rasiah Kodeu Biner sebagai alternatif bahan pengajaran apresiasi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik telaah pustaka, analisis data, dan teknik interpretasi. Hasil penelitian ditemukan tema novel tentang usaha sekelompok anak memecahkan rahasia surat yang menggunakan bilangan biner. Alur yang digunakan alur campuran. Jumlah tokoh 43 orang. Latar yang ditemukan dalam penelitian ini diantaranya latar tempat, waktu, dan sosial. Judul telah mewakili isi cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari. Novel Rasiah Kodeu Biner memiliki banyak nilai etnopedagogik moral kemanusiaan. Novel ini bisa dijadikan alternatif bahan pembelajaran apresiasi sastra karena memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar serta mengandung nilai moral kemanusian sesuai kepribadian siswa. ABSTRACTThe purpose of this study is to describe the structural and ethnopedagogic elements of Rasiah Kodeu Biner novel as an alternative of literature appreciation teaching-learning material. The method used in this research is descriptive analysis method, while the techniques used are literature review techniques, data analysis, and interpretation techniques. The results of the study revealed that the novel theme is about the effort of group of children to solve the secret letter using binary numbers. The sequel used is mixed sequel. Numbers of characters are 43 people. The backgrounds found in this study include setting place, time, and social. The title has represented the story content. The author uses a third-person point of view. Language used is common language. Rasiah Kodeu Biner novel has many ethnopedagogic moral values of humanity. This novel can be used as an alternative material in teaching-learning literature appreciation, as it meets the criteria of the selection of teaching-learning materials and contains the moral values of humanity suitable with the students’ personality.
ASPEK SOSIOLINGUISTIK DALAM STIKER HUMOR Surana, Surana
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada dua aspek dalam sosiolinguistik yaitu aspek sosial kemasyarakatan dan aspek linguistik. Mengingat aspek sosiolinguistik dalam stiker humor ini juga terkait dengan wujud stiker itu sendiri yang juga merupakan sebuah wacana pendek, maka uraian tentang analisis wacana juga akan dipaparkan dalam tulisan ini (Roberson, D., 2016). Jadi, dalam tulisan berikut diuraikan berbagai aspek sosial yang hanya menyangkut peserta tutur, kebahasaan, dan wujud stiker yang berupa sebuah wacana, dengan metode sosiolinguistik. Aspek sosiolinguistik terdiri atas dua aspek yakni aspek sosial kemasyarakatan dan aspek kebahasaan. Hymes (1972) merumuskan pendapatnya tentang aspek sosiolinguitik dengan menyebutnya sebagai konteks dengan singkatan SPEAKING. Fishman (1968) dengan sebuah konsep yang disimpulkan dalam pernyataan: “Who speak, What language to whom, when and what end” siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan mengenai masalah apa. Pendapat yang lebih luas dikemukakan oleh Poedjosoedarmo. Konteks tuturan diartikan dengan komponen tutur yang meliputi 12 hal yang disingkat dengan memoteknik O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. Konteks dengan aspek-aspek situasi tutur berdasar Leech meliputi 5 (lima) hal yang merupakan kriteria di dalam studi variasi bahasa yakni (1) Penutur dan lawan tutur; (2) Konteks tuturan; (3) Maksud tuturan; (4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas; dan (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal. ABSTRACTThere are two aspects in sociolinguistic i.e. social aspect and linguistic aspect. Since the sociolinguistic aspect of the sticker of humor is also related to the form of the sticker itself which is also a short discourse, the description of discourse analysis will also be presented in this paper (Roberson, D., 2016). The following article described various social aspects that only concern with the speech participants, linguistic, and the form of stickers in the form of a discourse are analyzed by sociolinguistic methods. The sociolinguistic aspect consists of two aspects, namely social aspect and linguistic aspect. Hymes (1972) formulated his opinion on the sociolinguistic aspect and named it as a context with the abbreviation SPEAKING. Fishman (1968) with a concept summarized in the statement: "Who speak, What language to whom, when and what end". Other depth opinion is expressed by Poedjosoedarmo. The context of speech is defined by the speech component which includes 12 things that are abbreviated by the mnemotechniques O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. The other context according to Leechs speech situation includes 5 matters which are the criteria in the study of variation of language namely (1) speakers and listeners; (2) speech context; (3) the purpose of the speech; (4) speech act; and (5) speech as speech act product.
IDEOLOGI DAN IDENTITAS MASYARAKAT SUNDA DALAM ROMAN CARIOS AGAN PERMAS KARYA JOEHANA (Pendekatan Kritik Poskolonial) Abdilah, Arif Ali; Isnendes, Retty
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ideologi dan identitas masyarakat Sunda yang tercermin dalam karya sastra, khususnya roman. Deskripsinya berkaitan dengan pengaruh dan perubahan ideologi dan identitas sebab-akibat adanya kolonialisme. Untuk dapat menguraikan hal tersebut, maka dalam tulisan ini digunakan pendekatan kritik poskolonial, dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Untuk menganalisis data digunakan teknik fokalisator dan teknik interpretasi. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam roman Carios Agan Permas, setiap kelas sosial masyarakat memiliki ideologi yang berbeda-beda. Bagi kelas kuasa, ideologi digunakan untuk mempertahankan kohesi sosial dan memperkuat kekuasaan. Ini terepresentasikan oleh subjek Haji Serbanna dan Imas. Bagi kelas tertindas, ideologi digunakan sebagai bentuk perlawanan. Bentuk ideologi ini hadir dalam diri Ambu Imba dan Otong. Dalam roman ini terdapat juga ideologi kelas kuasa, namun dalam praktiknya digunakan untuk melakukan resistensi sekaligus melindungi kelas tertindas. Adapun identitas yang terbentuk adalah identitas hibrid, dalam arti, subjek yang terdapat dalam roman ini memiliki sifat yang ambigu sekaligus ambivalen. Hal ini tampak pada subjek Haji Serbanna, Imas, sedangkan identitas yang terbangun dalam diri Brani bersifat ambigu. ABSTRACTThis study aims to describe the ideology and identity of the Sundanese community which is reflected in the literary works, especially romance. Its description concerns with the influence and change of ideology and the causal effect identity of colonialism. In describing this study, the writer used Poscolonial Criticism Approach and descriptive-analytic method. Fokalisator and interpretation techniques were used to analyze the data. The analysis result of Carios Agan Permas romantic story shows that every social society class has different ideologies. For the rulling class, the ideology is used to maintain social cohesion and to strengthen the power. It is represented by the subject of Haji Serbanna and Imas. For the oppressed class, the ideology is used as a form of resistance. This form of ideology is present in Ambu Imba and Otong. In this romantic story there is also a rulling class ideology, but in practice it is used to carry out resistance and to protect the oppressed class. The formed identity is a hybrid identity, in a sense, the subjects in this romantic story have both ambiguous and ambivalent caracter. The ambivalent character is seen in the subject of Haji Serbann and Imas, while the ambiguous caracter is found in Brani personality. Keywords: ideology, identity, poskolonia

Page 1 of 3 | Total Record : 23