cover
Contact Name
Moh. Nur Ichwan, M.A., Ph.D.
Contact Email
-
Phone
+62274515856
Journal Mail Official
jurnal.dakwah@uin-suka.ac.id
Editorial Address
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah
ISSN : 14115905     EISSN : 26141418     DOI : https://doi.org/10.14421/jd
Jurnal Dakwah memuat berbagai artikel yang mendiskusikan tentang dakwah, baik secara normatif maupun historis. Diterbitkan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, dua nomor setiap tahun. Redaksi menerima tulisan tentang berbagai persoalan yang terkait dengan dakwah dalam berbagai aspeknya. Isi tulisan yang dimuat tidak harus sejalan atau pun mencerminkan pandangan redaksi.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 1 (2014)" : 9 Documents clear
RESPON DA’I TERHADAP GERAKAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI TENJOWARINGIN TASIKMALAYA Uwes Fatoni
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2618.921 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15103

Abstract

Penelitian ini mengungkapkan tentang respon da’i (pelaku dakwah) di Tenjowaringin Salawu Tasikmalaya dalam menghadapi gerakan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Penelitian dengan metode etnografi ini menggambarkan respon dan strategi da’i dalam menghadapi gerakan JAI di Desa Tenjowaringin dan Kutawaringin (desa pemekaran Tenjowaringin). Para da’i merespon gerakan JAI tersebut dengan dua kegiatan dakwah yaitu dakwah defensif atau bertahan dan dakwah ofensif atau aktif. Dalam melaksanakan dakwah secara aktif para da’i melakukan empat strategi dakwah: 1) dakwah bil-hikmah atau memberi contoh berupa kata-kata maupun perbuatan yang bernilai islami, 2) dakwah bil Mauidhatil Hasanah atau dakwah dengan pemberian nasehat dan sosialisasi, 3) dakwah bil Mujadalah atau dakwah melalui dialog dan perdebatan, dan 4) dakwah bil-hal atau dakwah melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
MENSINERGIKAN SEMANGAT MUJAHADAH, IJTIHAD, DAN JIHAD DI INDONESIA Kholilurrohman Kholilurrohman
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2037.478 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15104

Abstract

Perkembangaan Umat Islam diiringi dengan berkembangnya sistem sosial masyarakat dan kebudayaan. Di Indonesia, perkembangan Islam dapat dilihat pada organisasi masyarakat yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhamadiyah. Tradisi yang digunakan kedua ormas tersebut jelas perbedaannya, apalagi dibandingkan dengan gerakan Islam ekstrimis yang baru-baru ini muncul. Nahdhatul Ulama yang mayoritas masyarakat pedesaan dan treadisional. Muhammadiyah cenderung menggunakan ijtihad (pengembangan pemikiran) untuk kemajuan dakwah Islamiyah melalui sekolah, rumah sakit dan panti asuhan. Berbeda dengan NU dan Muhammadiyah, ada ormas Islam yang menegaskan diri sebagai penggerak dakwah lewat amar ma’ruf nafi munkar secara tegas. Bahkan kalau perlu dengan menggunakan kekerasan yang mereka anggap sebagai jihad. Oleh karena itu, dipandang perlu penulis membahas kerangka ormas Islam yang ideal dalam melakukan gerakan Dakwah Islamiyah. Sehingga terjadi sinergitas antar ormas Islam yang mengusung mujadahah (diwakili Nahdhatul Ulama’), ijtihad (diwakili Muhammadiyah) dan jihad (diwakili ormas Islam ekstrimis pasca reformasi).
REFORMULASI MODEL BIMBINGAN DAN PENYULUHAN AGAMA BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS) Ema Hidayanti
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3227.952 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15105

Abstract

Permasalahan sosial yang dialami umat menjadi tantangan bagi para da'i, istilah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Proses rehabilitasi sosial diperlukan guna memfungsikan mereka sebagai makhluk sosial.Adanya penyuluh Agama Islam diharapkan mampu membimbing masyarakat, khususnya mereka yang mengalami masalah kesejahteraan sosial. Penyuluh agama dapat menjalankan fungsinya rehabilitasi sosial bagi para PMKS melalui tiga metode yaitu: metode persuasif (ajakan), motivatif (dorongan), koersif (pemaksaan). Hal itu dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan antara lain: motivasi dan diagnosis psikososial; bimbingan mental spiritual; bimbingan fisik; bimbingan sosial dan konseling psikososial; pelayanan aksesibilitas; bantuan dan asistensi sosial; bimbingan resosialisasi; bimbingan lanjut; dan rujukan.
PROBLEMATIKA PEMBINAAN MUALLAF DI KOTA SINGKAWANG DAN SOLUSINYA MELALUI PROGRAM KONSELING KOMPREHENSIF Sri Hidayati
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3419.526 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15106

Abstract

Keputusan seseorang melakukan konversi agama, akan menimbulkan sejumlah masalah pada internal individu yang bersangkutan. Di Kota Singkawang, jumlah muallaf cukup banyak, terutama dari etnis Tionghoa dan Dayak. Sebagian besar mereka melakukan konversi ke Islam karena alasan pernikahan. Melihat karakteristik mereka baik dari aspek etnis maupun alasan berkonversi, pembinaan yang bersifat spesifik dengan penerapan manajemen program yang baik menjadi suatu keniscayaan. Penelitian ini berupaya mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pembinaan pada muallaf dan bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan.Berdasarkan kajian di lapangan ditemukan bahwa masalah-masalah pembinaan pada muallaf dikategorikan ke dalam tiga faktor yaitu dari diri muallaf sendiri, dari tubuh organisasi PITI dan masalah yang dihadapi Kementerian Agama Kota Singkawang. Selanjutnya, untuk mengatasi problematika pembinaan muallaf, peneliti menawarkan solusi berupa program konseling komprehensif bagi muallaf.
DAKWAH TRANSFORMATIF MELALUI KONSELING: Potret Kualitas Kepribadian Konselor Perspektif Konseling At-Tawazun Samsul Arifin; Akhmad Zaini
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2946.189 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15107

Abstract

Konseling termasuk ilmu terapan, karena itu pencarian kearifan lokal (local wisdom) sangat penting. Konseling yang selama ini didominasi teori-teori dari Barat, dalam aplikasi di lapangan kerap mengalami hambatan; sebab banyak yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat setempat. Beberapa pakar konseling akhirnya memberikan tawaran agar konseling memberikan ruang kepada nilai-nilai budaya lokal. Salah satu pendekatan konseling yang berbasis budaya Indonesia, yaitu konseling yang digali dari nilai-nilai tradisi pesantren. Salah satu penemuan peneliti adalah penemuan model konseling dengan pendekatan at-tawazun, keseimbangan (balance principle counseling approach).Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif tipe etnografi-hermeneutik. Data berasal dari dokumen dan fieldnotes. Langkah-langkah analisis data: data reduction, data display, dan conclusion drawing. Konseling berbasis pesantren menggunakan pendekatan keseimbangan (at-tawazun) dari berbagai unsur dan berorientasi kepada kemaslahatan. Konstruk at-tawazun -pada konteks profil kualitas kepribadian konselor- adanya keselarasan antara kualitas shalahiyyah (kecakapan keilmuan dan ketrampilan) dengan integritas shalih (kekuatan budi pekerti).
IDEOLOGI MEDIA ISLAM INDONESIA DALAM AGENDA DAKWAH: Antara Jurnalisme Profetik dan Jurnalisme Provokatif Choirul Mahfud
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2390.533 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15101

Abstract

Dalam era globalisasi informasi dan teknologi seperti saat ini, agenda dakwah Islam kontemporer bisa dilakukan melalui banyak cara dan media. Namun dalam realitasnya, penggunaan media sebagai instrumen dakwah ternyata tidak lepas dari ideologi media. Maksudnya, dalam menyajikan berita, informasi dan wacana, media Islam di Indonesia memiliki dan mempunyai pertimbangan-pertimbangan idealisme, argumentasi hingga dalil yang turut berpengaruh pada sajian beritanya. Kajian dalam tulisan ini menggunakan telaah melalui metode induktif dan analisis sintetik. Sumber data diperoleh dari berbagai sumber dan referensi yang terkait dengan topik bahasan, baik dari internet online maupun eksternet offline. Kajian ini menemukan hal penting antara lain ideologi media Islam di Indonesia dalam agenda dakwah yang dilakukan selama ini setidaknya bisa dipahami menjadi dua tipolologi ideologi media Islam, yaitu ideologi jurnalisme profetik dan ideologi jurnalisme provokatif.
TANTANGAN PROFESI PENYULUH AGAMA ISLAM DAN PEMBERDAYAANNYA Abdul Basit
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2894.521 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15108

Abstract

Penyuluh Agama Islam merupakan profesi yang menjadi ujung tombak dalam syiar Agama Islam baik itu fungsional maupun honorer atau bahkan sukarelawan. Persolaan yang dihadapi pun semakin kompleks dengan berkembangan zaman yang serba digital (modern). Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut, maka penulis menempatkan epistemologi profesi penyuluh agama Islam sebagai landasan berpikir dan memetakan tantangan yang dihadapi oleh penyuluh agama Islam. Melalui proses pemetaan akan tergambar secara jelas tantangan apa saja yang dihadapi oleh penyuluh agama Islam di Indonesia. Diantaranya adalah munculnya gerakan Islam liberal dan fundamental, dimana kehadirannya justru membenturkan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Oleh karena itu, adanya profesi Penyuluh Agama Islam sebagai kepanjangan pemerintah melalui Kementerian Agama diharapkan mampu menjadi penangkal gerakan yang memecah belah masyarakat khususnya dan Bangsa Indonesia umumnya.
AISYIAH DI MUNA: Negosiasi Dakwah dan Politik Asliah Zainal
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3526.702 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15102

Abstract

Indonesia menjadi satu wilayah jajahan kolonialisme bangsa barat dengan tiga gerakan (3G), yaitu glory, gold, dan gospel. Kedatangan Belanda dengan Gerakan 3G merupakan motif utama dalam upaya penyebaran agama Kristen ke berbagai pelosok Indonesia. Akibatnya muncul perlawanan dari bangsa Indonesia, baik dalam bentuk organisasi maupun individu. Salah satunya adalah Muhamadiyah dengan gerakan sosial, gerakan keagamaan yang dicirikan oleh reformasi dan pembaharuan pemikiran (tajdid). Begitu pula dengan organisasiAisyiah (1917) sebagai organisasi sayap perempuan Muhamadiyah. Dalam perkembangannya, Muhamadiyah dan Aisyiah dipersamakan oleh sifat kepemimpinanya yang tunggal dan tidak berganti (charismatic leader). Akan tetapi mempunyai nilai historisitas dan progresivitas kemajuan yang berbeda. Perbedaan keduanya dapat dilihat dari progresivitas yang dimiliki Aisyiah dan stagnasi yang dipunyai oleh Muhammadiyah sebagai organsisi induk. Oleh karena itu, penulis tertarik mengkaji progresivitas dan persoalan sosial politik yang melatarbelakangi perkembangan Aisyiah di Muna.Aisyiah di Muna menyuguhkan dua fakta, pertama, Aisyiah menyuguhkan potret bahwa kekuasaan tidak harus menindas (coercive). Kedua, Aisyiah sebagai proses negosiasi yang taktis dan substantif lewat dakwah bil hal. Entitas Aisyiah dengan kekuasaan produktifnya merupakan kekuatan sekaligus kerentanan. Kekuatan yang dibangun Aisyiah lewat sistem patronase, negosiasi politik, dan dakwah akan terus berlanjut sehingga melahirkan kekuasaan yang produktif.
TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL Khoiro Ummatin
Jurnal Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3250.704 KB) | DOI: 10.14421/jd.2014.15109

Abstract

Interaksi antara Islam dengan budaya lokal bangsa Arab yang telah mapan dilaksanakan oleh masyarakat, tidak serta merta menghapus dan melarang pelaksanaannya. Dalam interaksi ini sedikitnya ada tiga model Islam dalam menyikapi tradisi dan budaya masyarakat Arab jahiliyah. Pertama, tahmil yaitu Islam menyempurnakan tradisi dan budaya yang sudah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat bangsa Arab.Kedua, taghyir, yaitu merubah atau merekonstruksi tradisi dan budaya yang sudah dilaksanakan dengan tata cara yang sesuai dengan syariat Islam, namun inti pelaksanaan tradisi tersebut tetap dilaksanakan dan tidak dilarang. Ketiga, tahrim yaitu Islam melarang dan mengharamkan tradisi yang sudah mapanpada masyarakat Arab jahiliyah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tiga model sikap Islam terhadap tradisidan kebudayaan masyarakat Arab jahiliyah, didasarkan pada barometer dari nilai ketauhidan yang yang menjadi poros ajaran Islam.

Page 1 of 1 | Total Record : 9