cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 13, No 5 (2012)" : 12 Documents clear
Profil Pneumonia pada Anak di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Studi Retrospektif Nurjannah Nurjannah; Nora Sovira; Sidqi Anwar
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.985 KB) | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.324-8

Abstract

Latar belakang.Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang dapat terjadi pada segala usia dan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak.Tujuan.Mengetahui profil pneumonia pada anak yang dirawat di RSUD Dr. Zainoel Abidin, Propinsi Aceh.Metode. S t u d i r e t r o s p e k t i f , d a t a d i d a p a t k a n d a r i r e k a m m e d i s R S U D D r . Z a i n o e l A b i d i n selama Januari 2008 sampai Desember 2009, pada anak yang dirawat dengan pneumoniaHasil.Didapatkan 144 (7,1%) anak dengan pneumonia di antara 2035 pasien rawat inap. Insidens pada tahun 2008 (77) kasus dan 2009 (67) kasus. Gambaran klinis berupa batuk (94,4%), napas cuping hidung (93,1%), ronki (92,3%), demam (76,4%) dengan suhu 380C, takipnu rata-rata laju napas 60 kali/menit,, takikardi dengan denyut nadi 146 kali /menit disertai retraksi otot-otot dinding dada, mengi dan pilek. Leukositosis rata-rata 14.000/mm3 dan hasil foto toraks sesuai dengan pneumonia 95,8%.Kesimpulan.Angka kejadian pneumonia masih tinggi pada anak yang dirawat di bangsal anak RSUD Dr. Zainoel Abidin.
Akurasi Diagnostik Prokalsitonin Sebagai Petanda Serologis untuk Membedakan Infeksi Bakteri dan Infeksi Virus pada Anak Dominicus Husada; I Gusti Ngurah Twi Adnyana; Retno Asih Setyoningrum; Darto Saharso; Ismoedijanto Ismoedijanto
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.208 KB) | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.316-23

Abstract

Latar belakang.Deteksi dini infeksi bakteri dan infeksi virus pada anak sangat penting untuk tata laksana antibiotik lebih dini. Prokalsitonin (PCT) merupakan suatu temuan baru sebagai petanda serologis yang bisa dipercaya. Belum banyak informasi tentang akurasi diagnostik PCT untuk spektrum penyakit infeksi di negara berkembang.Tujuan.Melakukan akurasi diagnostik PCT sebagai petanda serologis untuk membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus pada anak. Metode.Penelitian prospektif dengan desain potong lintang dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo Surabaya, dari September 2009 sampai November 2010. Pasien dibagi dalam kelompok infeksi bakteri dan infeksi virus (sebagai kontrol). Data demografi, pemeriksaan darah tepi, CRP and PCT dievaluasi. Analisis statistik menggunakan uji studentt dan uji Mann Whitney U dengan interval kepercayaan 95% dan bermakna jika nilai p<0,05. Dilakukan perhitungan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN) dan rasio kemungkinan (RK) Hasil.Di antara 130 pasien yang terkumpul didapatkan 54 sampel untuk tiap kelompok. Ditemukan perbedaan kadar PCT yang bermakna antara kelompok infeksi bakteri dibandingkan infeksi virus (rerata 18,34 dan 0,22 ng/ml, p<0,0001). Dengan menggunakan kadar 0,5 ng/ml sebagai kadar ambang (sesuai penelitian sebelumnya) didapatkan sensitivitas 88,9%, spesifisitas 94,4%, NDP 94,1%, NDN 89,4% dengan RK positif 15,87 dan RK negatif 0,09.Kesimpulan.Prokalsitonin merupakan petanda serologis dengan akurasi diagnostik yang tinggi untuk membedakan infeksi bakteri dan infeksi virus pada anak.
Manifestasi dan Komplikasi Gastrointestinal pada Purpura Henoch Schonlein Martani Widjajanti
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.797 KB) | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.334-9

Abstract

Latar belakang.Purpura Henoch Schonlein (PHS) merupakan penyakit vaskulitis sistemik yang sering terjadi pada anak. Gejala yang timbul pada PHS seringkali melibatkan berbagai organ, mulai dari kulit, persendian, saluran cerna, ginjal, dan organ lain. Permasalahan pada sistem gastrointestinal termasuk yang sering dijumpai pada pasien PHS dengan gejala bervariasi dari ringan sampai berat.Tujuan.Mengetahui manifestasi klinis PHS dan komplikasi yang mengenai sistem gastrointestinal di RSAB Harapan Kita Jakarta.Metode.Penelitian deskriptif data dari Rekam Medik pasien PHS di RSAB Harapan Kita Jakarta dalam kurun waktu 7 tahun, yaitu sejak Januari 2004 sampai dengan Desember 2010. Subyek penelitian mencakup semua pasien anak usia di bawah 18 tahun yang didiagnosis PHS. Dilakukan pencatatan dan penilaian manifestasi klinis dan komplikasi yang terjadi pada sistem gastrointestinal.Hasil. Didapat 70 kasus PHS, dengan rentang usia antara 2 tahun sampai dengan 16 tahun. Pasien lakilaki 39 (55,7%) lebih banyak daripada perempuan 31 (44,3%) anak. Semua pasien mengalami purpura, dan kelainan gastrointestinal dijumpai pada 50 (71,4%) kasus, gangguan persendian pada 30 (42,9%) kasus sedangkan kelainan pada ginjal dijumpai pada 11 (15,8%) kasus. Manifestasi klinis pada sistem gastrointestinal berupa nyeri perut 41 (82%) kasus, muntah 28 (56%) kasus, konstipasi 11 (22%) kasus, dan melena 6 (12%) kasus. Komplikasi pada sistem gastrointestinal adalah perdarahan masif 1(2%) kasus dan intususepsi ringan 1 (2%) kasus.Kesimpulan. Manifestasi klinis sistem gastrointestinal pada PHS sering dijumpai. Manifestasi klinis tersering yang dikeluhkan berupa nyeri perut, terkadang mendahului terjadinya purpura pada kulit, sehingga menyulitkan diagnosis. Komplikasi yang ditemukan adalah perdarahan masif dan intususepsi, namun tidak memerlukan tindakan pembedahan.
Perbandingan Frekuensi Tangisan antara Perawatan Metode Kanguru Posisi Pronasi dengan Posisi Lateral Dekubitus pada Bayi Berat Lahir Rendah Ema Alasiry
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.831 KB) | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.329-33

Abstract

Latar belakang. Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan suatu cara perawatan dengan meletakkan bayi di dada ibu sehingga terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu. Banyak manfaat PMK pada bayi antara lain membuat jumlah tangisan bayi berkurang. Tangisan bayi sering merupakan alasan orang tua mencari masalah kesehatan pada bayi mereka atau menganggapnya sebagai suatu kegagalan orang tua dalam merawat bayinya dan hal ini meningkatkan kecemasan mereka. Metode PMK dapat dilakukan dengan posisi pronasi dan lateral dekubitus.Tujuan.Membandingkan frekuensi tangisan antara PMK posisi pronasi dengan posisi lateral dekubitus pada bayi berat lahir rendah.Metode.Penelitian uji klinik acak terkontrol dengan desain paralel pada BBLR yang memenuhi kriteria di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUH/RS Wahidin Sudirohusodo dan RSIA Siti Fatimah, Makassar periode Mei - Juli 2010.Hasil.Tujuhpuluh subyek yang memenuhi kriteria penelitian dibagi atas kelompok PMK posisi pronasi dan PMK posisi lateral dekubitus. Frekuensi tangisan pada kelompok PMK lateral dekubitus lebih sedikit secara bermakna dibandingkan dengan PMK pronasi. Terdapat penurunan frekuensi tangisan dari hari ke hari terlihat menurun secara bermakna pada kedua kelompok.Kesimpulan.Perawatan metode kanguru (PMK) posisi lateral dekubitus menurunkan frekuensi tangisan bayi secara bermakna dibandingkan PMK posisi pronasi.
Diare Rotavirus pada Anak Usia Balita Titis Widowati; Nenny S Mulyani; Hera Nirwati; Yati Soenarto
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.340-5

Abstract

Latar belakang. Rotavirus merupakan penyebab tersering diare akut berat pada anak balita. Peningkatan yang pesat di bidang teknologi diagnostik memungkinkan dilakukan identifikasi genotipe rotavirus penyebab diare. Belum banyak penelitian di Indonesia yang melaporkan hubungan antara genotipe rotavirus dengan manifestasi klinisnya. Tujuan. Mengetahui hubungan antara genotipe rotavirus dengan gambaran klinis.Metode. Penelitian potong lintang dengan subyek pasien diare akut yang berobat di Poliklinik Anak atau dirawat inap di RS DR Sardjito. Subyek yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diambil data klinis dan sampel tinja untuk dilakukan pemeriksaan rotavirus dengan enzyme immunoassaydan deteksi genotipe dengan pemeriksaan RT-PCR (Gentsch, 1992). Dilakukan penilaian derajat keparahan diare menggunakan 20-point severity scoring systemyang dimodifikasiHasil.Selama Januari 2006 - Maret 2007 didapatkan 353 kasus diare akut, 116 (32,68%) di antaranya positif terinfeksi rotavirus. Prevalensi tertinggi dijumpai pada kelompok usia 6-23 bulan (65,5%). Diare rotavirus menunjukkan gejala klinis yang lebih berat (severity score>11) dibanding diare karena penyebab lain (RR=1,27, IK 95% 1,08-1,49). Jenis genotipe rotavirus yang paling banyak ditemukan adalah G1 (27,5%) diikuti dengan G9 (18%), G2 (17%), G4 (3%), G3 (2%). Kombinasi G-P terbanyak adalah G1 P[6] (20%). Tipe untypeable(28.6%) dan G 1 (28.6%) paling sering memberikan gejala klinis berat (severity scoring >11) diikuti dengan G 9 (23.8%). Kesimpulan. Pasien diare rotavirus yang untypeable dan G 1 lebih sering mengalami dehidrasi dan muntah serta memberikan gambaran klinis yang lebih berat. Sangat penting mendeteksi lebih jauh jenis genotipe dari untypeableuntuk kepentingan pembuatan vaksin rotavirus yang mampu melindungi terhadap berbagai macam galur rotavirus.
Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar Aditya Suryansyah
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.346-50

Abstract

Latar belakang. Pubertas merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa pada perempuan diawali dengan pembesaran payudara pada usia 8–13 tahun, sedangkan pada laki-laki diawali dengan pembesaran testis pada usia 9–14 tahun. Tujuan. Mengetahui pola pubertas murid Sekolah Dasar di wilayah Tangerang Selatan.Metode. Penelitian cross sectional,deskriptif, pada murid kelas 4–6 di dua Sekolah Dasar di Tangerang Selatan, pada bulan Januari 2011. Hasil. Didapatkan 471 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 215 laki-laki dan 256 perempuan. Pada perempuan, tanda pubertas timbul pada usia 9–<10 tahun 48,2% dan pada usia 12–<13 tahun semua sudah dalam masa pubertas. Tanda pubertas laki-laki timbul pada usia 9–<10 tahun 1,7% dan pada usia 12–<13 tahun 66,7%. Rambut pubis pada perempuan timbul pada usia 9–<10 tahun (4,4%) dan pada laki-laki pada usia 11–<12 tahun (29%). Terjadi menarke pada usia 10–<11 tahun (5,7%). Kesimpulan. Tanda pubertas di dua SD Tangerang Selatan sudah terjadi pada usia 9–<10 tahun, baik pada perempuan maupun laki-laki. Pada usia 12–<13 tahun, semua perempuan sudah masuk masa pubertas, sementara pada laki-laki belum semuanya (66,7%). Pada perempuan, rambut pubis muncul lebih awal daripada laki-laki. Menarke terjadi mulai anak berusia 10–<11 tahun.
Mortalitas Asidosis Metabolik Laktat dan Non-laktat di Unit Perawatan Intensif Pediatrik RSUP Sanglah Romy Windiyanto; Suparyatha I B Gd; Sidiartha IGL; Budi Hartawan I N
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.351-6

Abstract

Latar belakang. Hiperlaktasemia terjadi pada pasien sakit berat disebabkan karena peningkatan produksi laktat dan hambatan pengeluaran laktat. Konsentrasi laktat serum >5 mmol/L disertai pH darah <7,35 disebut asidosis laktat. Prognosis asidosis metabolik laktat lebih buruk dibandingkan asidosis metabolik non-laktat meskipun kadar asidosis lebih ringan. Tujuan. Membandingkan angka mortalitas pasien asidosis metabolik laktat dan non-laktat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pediatrik RSUP Sanglah, serta mengetahui peran beberapa parameter laboratotium. Metode. Rancangan penelitian kohort prospektif dengan pembanding internal. Pasien yang mengalami asidosis metabolik, dianalisis dan angka mortalitas dibandingkan antara asidosis metabolik laktat dan asidosis metabolik non-laktat. Risiko relatif dihitung untuk mencari hubungan antara asidosis metabolik laktat dengan mortalitas. Hubungan antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis multivariat regresi logistik.Hasil. Di antara 80 pasien, terdapat perbedaan bermakna mortalitas kelompok asidosis metabolik laktat (p= 0,025; RR= 2,81; IK 95% 1,129-6,991). Kadar laktat (p: 0.007; IK 95% 0.037-0.121) dan pH darah (p: 0.013; IK 95% -2.264- -0.361) menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap mortalitas. Kadar laktat >10 mmol/L dan pH darah <7,1 memperlihatkan mortalitas 100%Kesimpulan. Asidosis metabolik laktat memiliki risiko relatif 2,81 terhadap mortalitas, kadar laktat dan pH darah memiliki hubungan dengan kejadian mortalitas. Terdapat perbedaan proporsi mortalitas pada kadar laktat >10 mmol/L dan pH darah <7,1.
Efektivitas Suplemen Zink pada Pneumonia Anak Audrey M. I. Wahani
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.357-61

Abstract

Latar belakang.Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun. Diperkirakan 20% dari seluruh kematian pada anak di bawah lima tahun disebabkan oleh infeksi saluran napas bawah akut dengan 90% di antaranya disebabkan oleh pneumonia. Zink adalah mikronutrien penting pada manusia dan terbukti penting untuk daya tahan tubuh, disamping itu anakanak terutama di negara berkembang kekurangan zink. Defisiensi zink mengakibatkan dampak serius bagi kesehatan terutama sistem imun melemah sebagai akibatnya terjadi peningkatan prevalensi penyakit infeksi pada anak seperti pneumonia. Pemberian zink telah diteliti sebagai suatu untuk pengobatan dan pencegahan dari pneumonia.Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian suplemen zink dalam perbaikan respon klinik anak dengan pneumonia serta waktu pemulihan dan lama tinggal pasien di rumah sakit.Metode.Penelitian quasi eksperimental dengan metodepost-test design with unequivalent control group dalam bentuk observasi prospektif dilakukan pada anak usia 2 bulan-5 tahun yang menderita pneumonia di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.Hasil.Didapatkan pemberian zink bermanfaat memperbaiki waktu demam 22,5%, sesak napas 28,9% dan laju napas 65,8% lebih singkat dibandingkan kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada kesembuhan batuk dan waktu rawat inap pada kelompok zink maupun kontrol.Kesimpulan.Pemberian suplemen zink 20 mg pada anak dengan pneumonia efektif dalam pemulihan demam, sesak napas, dan laju pernapasan.
Asfiksia Neonatorum Sebagai Faktor Risiko Gagal Ginjal Akut Adhie Nur Radityo; M Sholeh Kosim; Heru Muryawan
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.305-10

Abstract

Latar belakang.Asfiksia merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir yang dapat berakibat kerusakan organ. Sekitar 50% kerusakan organ terjadi pada ginjal yang berakibat gagal ginjal akut (GGA). Diagnosis dan pengenalan GGA merupakan hal penting agar fungsi ginjal tetap terjaga.Tujuan. Membuktikan asfiksia merupakan faktor risiko terjadinya GGA. Metode. Penelitian kohort prospektif dengan subyek sesuai kriteria inklusi bayi baru lahir dengan asfiksia di RSUP Dr. Kariadi Semarang bulan Januari-Desember 2010. Sebagai kelompok terpapar adalah neonatus asfiksia berat dan neonatus asfiksia sedang sebagai kelompok tidak terpapar. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Diagnosis GGA berdasarkan kadar ureum, kreatinin dan pengukuran diuresis pada hari keempat dan kelima perawatan. Analisis dengan uji Chi-square, Mann-Whitney, Kolmogorov-Smirnovdan t tidak berpasangan.Hasil. Subjek 63 neonatus., kejadian GGA pada neonatus asfiksia sedang dan berat 39,7%, keseluruhan kasus GGA merupakan tipe oliguria. Neonatus dengan GGA pada hari keempat rerata kadar ureum 33,6 (±13,53) mg/dL, kreatinin 1,54 (±0,35) mg/dL dan diuresis 0,45 (±0,07) mL/kgBB/jam dibandingkan rerata pada hari kelima terdapat peningkatan kadar ureum 41,36 (±14) mg/dL, penurunan kadar kreatinin 1,39 (±0,3) mg/dL, dan rerata diuresis 0,45 (±0,06) mL/kgBB/jam (p<0,05). Insidens GGA terbanyak terjadi pada asfiksia berat 56,3% (p=0,006; RR 2,5; 95%CI 1,2-5,1). Obat nefrotoksik bukan faktor risiko terjadinya gagal ginjal akut (p=0,002; RR 5,08; 95%CI 0,77-33,66). Kesimpulan.Asfiksia berat merupakan faktor risiko terjadinya GGA
Gambaran Tekanan Darah Anak dengan Diabetes Mellitus Tipe 1 di Indonesia Indra W Himawan; Aman B Pulungan; Bambang Tridjaja; Jose RL Batubara
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.871 KB) | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.367-72

Abstract

Latar belakang.Salah satu komplikasi jangka panjang diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) pada anak adalah nefropati diabetik. Lama menderita diabetes serta masa pubertas merupakan faktor yang mempengaruhi terjadi komplikasi tersebut. Kejadian nefropati diabetik pada umumnya akan disertai gejala peningkatan tekanan darah.Tujuan.Mengetahui gambaran tekanan darah anak dengan DM tipe 1 berdasarkan umur, jenis kelamin, lama sakit, dan kadar HbA1c.Metode.Studi observational retrospektif pada register nasional DM tipe 1 UKK Endokrin Anak IDAI sampai tahun 2010. Variabel yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, lama sakit, kadar HbA1c, serta tekanan darah sistolik (TDS) dan diastolik (TDD).Hasil.Di antara 177 anak dengan DM tipe 1, 118 (66,7%) perempuan dan 59 (33,3%) laki-laki. Rerata umur saat pertama kali didiagnosis adalah 11,8 tahun. Dijumpai 1 (0,6 % ) anak perempuan yang menderita DM tipe 1 lebih dari 5 tahun mempunyai tekanan darah sistolik dan diastoik di atas persentil 95. Kesimpulan. Sebagian besar tekanan darah anak dengan DM tipe 1, normal. Terdapat 0,6% kasus dengan hipertensi (>95 persentil) yaitu seorang anak perempuan yang telah menderita DM lebih dari 5 tahun

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue