Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

EMOTIONAL INTELLIGENCE AMONG YOUNG RELIGIOUS Lazar, Frans Laka
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol 7 No 2 (2015): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2016/23

Abstract

Abstract: Emotional Intelligence Among Young Religious. The young religious in formation try to form his/herself to be emotionally matur person in order to face the challenges of his/her vocation and to establish meaningful and harmonious relationships with others. To achieve this goal, formation program offers emotional intelligence to young religious. Emotional intelligence is defined as the ability to know, appraise, and manage one’s emotion. At the same time, it is the ability to perceive and recognize emotional in others, and the ability to regulate emotions in ways that promote emotional growth. It also includes the ability to facilitate thougts. The main components of emotional intelligence are knowing one’s emotion, managing emotion, motivating oneself, recognizing emotion in others, and handling relationship. Keywords: emotional intelligence, formation in religious Abstrak: Kecerdasan Emosional Bagi Para Religius Muda. Para formandi yang berada pada jenjang formasi dasar berusaha membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa dalam hal emosi agar mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dalam panggilannya dan membina hubungan yang bermakna dan harmonis dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan ini, maka program-program formasi menawarkan salah satu tema kepada para formadi yaitu membangun kecerdasan emosi. Dan kecerdasan emosi diartikan sebagai kemampuan untuk mengenal, menilai, dan mengelola perasaan pribadi. Pada saat yang sama, kecerdasan emosi juga berarti kemampuan untuk memahami dan mengakui emosi orang lain, dan kemampuan untuk mengatur emosi agar bertumbuh dengan lebih baik. Kecerdasan emosi juga termasuk kemampuan untuk memperlancar cara berpikir yang sehat/rasional. Komponen-komponen utama kecerdasan emosi adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.  Kata kunci: kecerdasan emosi, pembentukan dalam hidup religius
Dynamic Elements in the Human Person and Psychological Needs Lazar, Frans Laka
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol 8 No 2 (2016): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Human psychologicalneeds originaly derive from uncounscious motivation located in the Dimension II, according to Self-Transendence Theory, which is so called true goodness and false goodness. The true goodness is motivatedby self-transendence, whereas the false goodness motivated by uncounsciousness that sometimeshinders the development of person or self-transendence. The outer performance is beautiful but the insideis not genuine and original. Therefoere, the ideal self and actual self are in conflict or inconsistence to eachother. If the psychological needs, for examples safety needs, love needs, esteem needs and self-actualization,are not fullfiled the person will experience some psychological disturbances either normal or pathology.The effect of not fullfiled psychological needs is the person gets stressed and unhappy life.Keywords: human dimension dinamims, psyhcological needs.
INTEGRASI PSIKOLOGI KONSELING DALAM SPIRITUAL DIRECTION Lazar, Fransiskus Laka
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : STKIP Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2016/jpkm.v11i1.328

Abstract

Psikologi konseling dan bimbingan rohani atau sipiritual direcion merupakan dua kegiatan relasi membantu. Kedua-duanya memiliki perbedaan dalam tujuan dan pendekatannya. Psikologi konseling memusatkan perhatian pada hal membantu dimana konselor dengan keahlian atau keterampilan khusus serta pengalamannya berusaha membantu konseli untuk menemukan dirinya, mengembangkan potensi atau kemampuannya, dan sekaligus memecahkan setiap persoalan yang dialaminya. Sedangkan bimbingan rohani atau spiritual direction merupakan sebuah relasi membantu dimana pembimbing rohani berperan sebagai fasilitator berusaha membantu si terbimbing untuk mengatasi persoalan priadinya dengan Tuhan dan sesama manusia. Relasi yang baik dengan sesama menjadi prasyarat membangun relasi yang baik denganTuhan. Sebelum mengatasi berbagai permasalan rohani, konselor atau pembimbing rohani semestinya menyentuh aspek manusiawi konseli atau si terbimbing dari sudut pandang psikologis, dan dengan pengetahuan psikologis itu konseli berusaha mengatasi permasalah pribadinya. Itu berarti bimbingan rohani membutuhkan dimensi psikologi, kedua-duanya saling berhubungan satu sama lain dalam mengatasi permasalahan seseorang.
PERAN ORANG TUA DALAM BIMBINGAN BELAJAR ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 DI SDK ST. MARIA RUTENG Frans Laka Lazar; Fabianus Bosco; Yovita Hamun
Pedagogik : Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Aceh Vol 8, No 2, Oktober (2021)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (45.11 KB) | DOI: 10.37598/pjpp.v8i2, Oktober.1107

Abstract

Pandemi covid-19 yang menyebar ke hampir seluruh dunia sangat mempengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan. Pembelajaran tatap muka di sekolah beralih menjadi pembelajaran dari rumah dengan menggunakan media online. Oleh sebab itu, muncul berbagai persoalan yang berkaitan dengan belajar anak dan peran orang tua di rumah. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan peran orang tua dalam bimbingan belajar anak di masa pandemi covid-19 di SDK St. Maria Ruteng. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif serta teknik pengumpulan data mengunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Responden dalam penelitian berjumlah 12 orang yang terdiri dari 6 siswa dan 6 orang tua siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua di SDK St. Maria Ruteng melaksanakan beberapa peran membimbing anak dalam belajar di masa pandemi covid-19, antara lain mengatur waktu dan mengontrol belajar anak, menyediakan fasilitas belajar, memberi perhatian khusus kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, memperhatikan aktivitas yang menunjang belajar dan mengendalikan aktivitas yang mengganggu belajar, memberi penghargaan (reward) kepada anak yang berhasil dalam meraih prestasi dan hukuman (punishment) kepada yang melanggar aturan bersama, dan memberi dukungan atau motivasi kepada anak untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar
PERAN ORANG TUA DALAM BIMBINGAN BELAJAR ANAK PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN MANGGARAI, NTT Yovita Hamun; Frans Laka Lazar; Fabianus Hadiman Bosco
Jurnal Literasi Pendidikan Dasar (JLPD) Vol 2 No 1 (2021): JLPD (Jurnal Literasi Pendidikan Dasar)
Publisher : Program Studi Guru Sekolah Dasar (UNIKA Santu Paulus Ruteng)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.971 KB)

Abstract

Many parents have been thought that guiding children to study is the teacher's job at school and not theirs, and aslo they are busier to work outside the house, they do not have time to be with their children at home. They provide various facilities and financial support to children but no moral support is provided. There is an imbalance between the role of parents and children's learning success. The purpose of this study is to describe the role of parents in the guidance of children at SDK St. Maria Ruteng III. The method used in this study is descriptive qualitative where the researcher makes structured interviews to 12 respondents. The results showed that parents at SDK St. Maria Ruteng III carries out several roles in guiding their children during the pandemic covid-19, including managing time and providing children's learning places, providing children's learning facilities, paying special attention to children who have learning difficulties, paying attention to activities that support children's learning and controlling activities that interfere with children's learning, giving reward for children who succeed in achieving achievements and punishment for children who violate the rules together, and provide support or motivation to children to improve achievement or learning outcomes
Pola Tanam Tumpang Sari di Desa Satar Punda Barat, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur Marlinda Mulu; Rudolof Ngalu; Fransiskus Laka Lazar
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2020): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.6.1.72-78

Abstract

West Satar Punda Village has horticultural farming potential that needs to be developed because it has fertile land, however most farmers are only familiar with monoculture farming system. They are not familiar with the polyculture farming system, thus farmers' income depends only on one type of crop during harvest season. The advantages of polyculture farming system are it can be planted two or more types of plants on the same land and the frequency of harvest is more than once. The purpose of this program is to introduce intercropping pattern (polyculture) by optimizing land by growing more than one type of plants (tomatoes and red chili) and increasing the welfare of farmers with the nearly simultanuous harvest time of the two types of plants. The method used were extension techniques and demonstration method in a plot of sample land. The results of the program show positive responses and increased knowledge about intercropping pattern of the members of farmers group, and also increases farmer's income.
EMOTIONAL INTELLIGENCE AMONG YOUNG RELIGIOUS Frans Laka Lazar
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 7 No. 2 (2015): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.787 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v7i2.36

Abstract

Para formandi yang berada pada jenjang formasi dasar berusaha membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa dalam hal emosi agar mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dalam panggilannya dan membina hubungan yang bermakna dan harmonis dengan orang lain. Untuk mencapai tujuan ini, maka program-program formasi menawarkan salah satu tema kepada para formadi yaitu membangun kecerdasan emosi. Dan kecerdasan emosi diartikan sebagai kemampuan untuk mengenal, menilai, dan mengelola perasaan pribadi. Pada saat yang sama, kecerdasan emosi juga berarti kemampuan untuk memahami dan mengakui emosi orang lain, dan kemampuan untuk mengatur emosi agar bertumbuh dengan lebih baik. Kecerdasan emosi juga termasuk kemampuan untuk memperlancar cara berpikir yang sehat/rasional. Komponen-komponen utama kecerdasan emosi adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan
INTEGRASI PSIKOLOGI KONSELING DALAM SPIRITUAL DIRECTION: Sebuah Pendekatan Psiko-Spiritual Frans Laka Lazar
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 11 No. 1 (2019): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.264 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v11i1.144

Abstract

Psikologi konseling dan bimbingan rohani atau sipiritual direcion merupakan dua kegiatan relasi membantu. Kedua-duanya memiliki perbedaan dalam tujuan dan pendekatannya. Namun dalam praktek seorang konselor rohani sering kurang mengerti dengan baik kedua pendekatan ini dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Persoalan sering dispiritualisasikan sehingga tertutup kemungkinan untuk menggunakan pendekatan konseling yang menekankan penyelesaikan secara manusiawi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang konselor kurang tahu membedakan dan sekaligus menggunakan kapan pendekatan rohani (spiritual direction) dan pendekatan konseling digunakan dalam mengatasi sebuah persoalan. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin membantu konselor atau pembimbing rohani untuk menggunakan masing-masing pendekatan secara tepat dalam menangani sebuah persoalan yang dialami konseli
UNSUR-UNSUR DINAMIS DALAM PRIBADI MANUSIA DAN KEBUTUHAN PSIKOLOGISNYA Frans Laka Lazar
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 8 No. 2 (2016): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.484 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v8i2.180

Abstract

Unsur-Unsur Dinamis dalam Pribadi Manusia dan Kebutuhan Psikologisnya. Kebutuhan psikologis manusia sebenarnya berasal dari motivasi bawa sadar atau aspek bawa sadar khususnya pada Dimensi II menurut teori Konsistensi Transendensi Diri yaitu antara bidang kebaikan sejati dan kebaikan palsu. Bidang kebaikan sejati kalau dimotivasi oleh unsur nilai transendensi diri, sedangkan bidang kebaikan palsu kalau dimotivasi oleh unsur bawa sadar atau unsur sadar yang tidak sesuai dengan transendensi diri. Bisa saja tampak di luarnya baik tetapi sebenarnya tidak asli dan sejati. Jadi terjadi inkonsistensi antara diri ideal dan diri actual. Banyak persoalan psikologis sering muncul baik yang ringan maupun patologi berat karena kebutuhan psikologis manusia tidak terpenuhi. Jika kebutuhan-kebutuhan psikologis misalnya kebutuhan akan rasa aman, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri tidak terpuaskan, maka seseorang akan merasa tidak nyaman, tidak bahagia, kecewa, putus asa, marah, stress, dan berbagai hal negatif lainnya; dan jika terpenuhi, maka seseorang akan merasa bahagia dengan hidup dan karyanya
Formasi Kepribadian Seorang Religius Menuju Kedewasaan Manusiawi Frans Laka Lazar
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 12 No. 1 (2020): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (897.584 KB) | DOI: 10.36928/jpkm.v12i1.224

Abstract

Everybody expects to become a mature person. The characteristic of mature persons are the ability to know and understand him/herself, to develop his/her pontentialities, to control his/her emotion, and to dealt with conflict and suffering. In order to reach the aim of religious formation, every formation house of religious congregation could develop good formation programs. The result of the study pointed out that some formation houses did not develop yet formation programs fully especially personality formation. The reality speaks to us that there are some religious men or women who are emotional, giving up as facing the difficulties and challenges, and less self-confidence. Therefore, the study could urge formation houses of religious congregation to be serious to develop personality dimension of relirious men or women.