Ocoh Suherti
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub Ocoh Suherti; Tarjo Sudarsono
PANGGUNG Vol 29, No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.581 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i4.1050

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini menjelaskan estetika musikal dalam pertunjukan Ronggeng Tayub, khususnya lagu Rincik-rincik yang dalam sajiannya terdapat perpaduan garap musikal karawitan Sunda dan karawitan Jawa (Banyumasan). Ronggeng Tayub merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat di Kabupaten Ciamis dan sekitarnya. Penelaahan dilakukan melalui kajian teknik tabuhan, repertoar lagu, syair lagu, serta menelaah relasi masyarakat dengan seni karawitan dalam kaitannya dengan pertunjukan Ronggeng Tayub di wilayah perbatasan Ciamis-Cilacap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif analisis kualitatif. Teknik mengumpulkan data dilakukan melalui observasi lapangan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian guna mendapatkan validitas data yang lebih utuh dan menyeluruh. Sajian gending dalam lagu ini menghadirkan kesan kesedarhanaan yang mencerminkan konsep hidup masyarakat pendukungnya. Ronggeng Tayub memiliki bentuk pertunjukan yang sangat merakyat, menyatu, dan komunikatif dengan penontonnya. Lagu Rincik-rincik termasuk pada lagu “pesanan” dari penonton, sajian gendingnya khas, unik, dan dinamis dengan iringan instrumen gamelan salendro yang relatif sederhana.Kata Kunci: estetika musikal, rincik-rincik, ronggeng tayub, kesenian rakyat AbstractThe purpose of this study is to explain the musical aesthetic of the Ronggeng Tayub performance, especially the Rincik-rincik song, which combines Sundanese and Java musical instruments (Banyumasan). Ronggeng Tayub is folk art in District Ciamis and surrounding. The study of Rincik-rincik song includes percussion techniques, song repertoire, song poetry, and the relationship between the community and the Ronggeng Tayub. This study uses a qualitative descriptive-analytical method. The techniques used in this study are observation, interview, and recording in order to obtain a more complete and comprehensive data validity. The performance of gending in Ronggeng Tayub presents the impression of simplicity, reflecting the concept of the life of the people. Ronggeng Tayub has a simple form of performance, blending, and communicative with the audience. Rincik-rincik is one of “special request” song from its audience, by which its gending is unique and dynamic, accompanied by a simple gamelan slendro.Keywords: aesthetic, rincik-rincik, ronggeng tayub, artfolks 
Nyacarkeun Jalan Revitalisasi Upacara Hajat Bumi Di Dusun Linggaharja, Desa Mekarsari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis Ocoh Suherti
Jurnal Seni Makalangan Vol 1, No 1 (2014): "Menggali Potensi Berbagai Tradisi Kreatif"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.669 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v1i1.867

Abstract

Abstrak             Tradisi "Nyacarkeun Jalan" adalah ritual tolak bala, yang mencerminkan nilai-nilai solidaritas, gotong-royong,  pengorbanan, saling mengasihi, dan sebagai refleksi nilai-nilai luhur kehidupan  sosial. Pelaksanaan upacara tersebut dapat menyebabkan perasaan tenteram semua warga untuk terhindar dari berbagai macam malapetaka. Upacara tersebut kini sudah mulai memudar dan upaya merevitalisasinya bertujuan untuk memperkuat ikatan kehidupan masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kontak sosial, interaksi sosial, dan juga sarana efektif untuk berinteraksi dan berkomunikasi.            Nilai-nilai dari tradisi Nyacarkeun Jalan dapat dikomunilkasikan melalui media seni pertunjukan dan sekaligus sebagai  ajang  kreativitas seni. Upaya mengangkat serta memosisikan kembali upacara tersebut dilakukan dengan cara merekreasi strukturnya dengan menambahkan bentuk-bentuk seni yang hidup di lingkungan sekitar. Penggarapannya diusahakan lebih menarik, dan oleh karena itu, struktur garapnya dibentuk untuk mengekspresikan inti ritus yang diwujudkan melalui alur musikal dan alur dramatik. Hal ini dilakukan agar ritual itu mempunyai warna baru yang lebih variatif, sehingga nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat bisa tetap terjaga. AbstractThe tradition of "Nyacarkeun Jalan" is a ritual to prevent disaster, which reflects the values of solidarity, mutual help, sacrifice, and love one another, and also as a reflection of the great value of social life. The implementation of the ceremony can make a peaceful feeling of all society to avoid various kinds of disasters. Since the ceremony has now started to fade, the revitalization efforts to strengthen the bonds of community life can be used as a tool for social contact, social interaction, and is also an effective means to interact and communicate.The values of the tradition of “Nyacarkeun Jalan” can be communicated through performing arts media as well as a venue for artistic creativity. The efforts to raise and reposition the ceremony are conducted with recreating the structure by adding some art forms that live in the neighborhood. The choreography has been tried to be more attractive, and therefore, the structure is formed to express the core of rites which are realized through musical and dramatic flows. This is to make the ritual have more variation of new colors, so that the values of social life can be maintained.Keywords: Nyacarkeun Jalan, revitalization, ceremony of Hajat Bumi. 
GENDING IBING LULUGU DALAM PERTUNJUKAN RONGGENG TAYUB DI CIAMIS Ocoh Suherti
Jurnal Seni Makalangan Vol 5, No 2 (2018): "Mengupas Kreativitas, Menumbuhkan Sensitivitas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.212 KB) | DOI: 10.26742/mklng.v5i2.841

Abstract

ABSTRAKFenomena ronggeng merupakan fenomena yang menarik karena di beberapa tempat di Jawa Barat masih ditemukan keberadaannya. Ciamis merupakan salah satu daerah yang memiliki populasi seni ronggeng seperti: ronggeng gunung, ronggeng amen dan ronggeng tayub. Selama ini topik-topik penelitian yang dilakukan lebih banyak menyoroti pertunjukan-pertunjukan seni ronggeng di daerah pakidulan. Sementara di daerah kaler yaitu sekitar daerah: Tambaksari, Rancah, Panawangan, Kuningan, bahkan ke daerah Cilacap hidup dan berkembang bentuk seni ronggeng tayub yang merupakan seni hiburan masyarakat pada acara-acara hajatan. Unsur-unsur seni dalam pertunjukan ronggeng tayub selain tari (ronggeng dan penari laki-laki dari para penonton), juga adanya unsur iringan yang merupakan ruhnya tarian.Sajian awal pada pertunjukan Ronggeng Tayub di Ciamis selalu diawali dengan sajian tarian khusus yaitu berupa tarian lulugu atau tarian pembuka. Ibingan  lulugu seolah merupakan hal yang wajib disajikan selain lagu bubuka dengkleung dan kembang gadung. Pengidentifikasian fungsi, struktur dan bentuk gending lulugu dalam pertunjukan Ronggeng Tayub di Ciamis merupakan inti dari tulisan ini. Adapun dua bentuk gending yang digunakan sebagai gending ibing lulugu adalah Gending Kawitan dan Gending Gawil.Kata Kunci : Ronggeng Tayub, Gending, Ibing Lulugu, Ciamis. ABSTRACT The phenomenon of Ronggeng is an interesting thing because of its existence in some places in West Java. Ciamis is one of the regions that have population of ronggeng arts such as: Ronggeng Gunung, Ronggeng Amen and Ronggeng Tayub. The topics of research so far carried out more highlighted the performances of ronggeng arts in Pakidulan (southern) area. While in Kaler (northern) area, such as: Tambaksari, Rancah, Panawangan, Kuningan and even Cilacap area, there live and develop the art of Ronggeng Tayub which is an art of public entertainment on celebration events. The elements of art in the performances of Ronggeng Tayub beside dance (ronggeng and male dancers from the audience), there are also the accompaniment elements which are the spirit of the dance.The initial presentation of Ronggeng Tayub in Ciamis always begins with a special dance performance, which is a lulugu dance or an opening dance. Ibingan lulugu seems to be something that must be presented beside Dengkleung and Kembang Gadung as opening songs. Identifying the functions, structure and forms of Gending Lulugu in Ronggeng Tayub performance in Ciamis is the core of this paper. The two forms of gending used as gending ibing lulugu are Gending Kawitan and Gending Gawil.Keywords: Ronggeng Tayub, Gending, Ibing Lulugu, Ciamis.
KREATIVITAS MUHAMAD AIM SALIM DALAM PENATAAN TARI BADAYA GAYA SETIA LUYU Riyana Rosilawati; Ocoh Suherti
PANGGUNG Vol 32, No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.86 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i1.1985

Abstract

Tari Badaya yang merupakan hasil kreativitas Muhamad Aim salim diciptakan tahun 1985-an, yang digarap terinspirasi dari pertunjukan ibing Tayub, yang diolah menjadi bentuk tari kreasi baru dengan disajikan secara kelompok, di dalamnya menggambarkan sebagai penghormatan kepada tamu yang hadir, dengan etika kasundaan yang penuh keindahan dan kelembutan, dalam tatanan budaya Sunda tentang someah hade ka semah (ramah terhadap tamu) yang diwujudkan melalui ragam gerak halus, tetapi dalam irama tertentu menggunakan gerak lincah dan gesit (energik). Selain itu di dalam penggarapannya koreografer bermaksud menghadirkan bentuk gaya yang khas dalam Tari Putri dalam genre kreasi baru, yang saat ini di masyarakat khususnya remaja putri sudah mulai kurang menyenangi jenis tarian tersebut. Dengan adanya fenomena tersebut, muncullah kreativitas koreografer untuk menciptakan Tari Badaya gaya Setia Luyu, dengan bentuk penataan sederhana namun di dalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti, dan dapat dipelajari oleh berbagai usia. Tujuan penelitian ini bermaksud mengkaji bagaimana kreativitas Muhamad Aim Salim menata tarian di ranah tari Sunda khususnya dalam Tari Badaya dengan gaya khas di Pusat Olah Tari Setia Luyu Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskritif analisis kualitatif, Adapun hasil dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengayaan wawasan tentang dunia tari Sunda, khususnya mengetahui terciptanya tari Badaya gaya Setia Luyu yang terinspirasi dari pertunjukan ibing Tayub.Kata kunci: Tari Badaya Gaya Setia Luyu, Kreativitas, Kreasi Baru.
Relevansi Ide, Konsep dan Bentuk dalam Proses Kreatif Karya Tari ‘Gandrung Liwung’ Inspirasi Merak Riyana Rosilawati; Lili Suparli; Ocoh Suherti
PANGGUNG Vol 33, No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1632.377 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v33i1.2475

Abstract

Gandrung Liwung merupakan penciptaan tari kreasi baru yang terinspirasi dari burung merak, beberapa motif tari Merak, dan melihat tingkah sepasang remaja yang mulai tertarik terhadap lawan jenis. Penciptaan tari Gandrung Liwung sebagai upaya perbendaharaan dalam mata kuliah tari Kreasi Baru, dan pengembangan potensi di bidang seni tari bagi masyarakat. Metode kreativitas dengan langkah eksplorasi, evaluasi, dan komposisi digunakan dengan menghadirkan teori Rhodes 4 P (pribadi, proses, pendorong, produk), yang bermaksud menemukan suatu produk karya yang berarti, bermakna dan mampu mengubah dari yang biasa menjadi lebih inovatif bagi masyarakat pendukungnya. Penciptaan tari Kreasi Baru Gandrung Liwung sebagai karya inovatif yang masih melekat esensi tradisinya. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk pencapaian target penciptaannya saja melainkan bertujuan pula agar dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas khususnya kepada generasi muda. Kata kunci: Gandrung Liwung, tari kreasi baru, Merak, Kata kunci: Burung Merak, Inspirasi, penataan tari kreasi baru, Gandrung Liwung
TARI PEMETIK TEH KARYA PAUL KUSARDY DI SANGGAR VIATIKARA KOTA BANDUNG Faadhilah, Ghina Alya; Suherti, Ocoh
Jurnal Seni Makalangan Vol 11, No 1 (2024): "Menggali Akar, Mencipta Ragam Rupa Kinestetika"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v11i1.3402

Abstract

ABSTRAK Tari Pemetik Teh merupakan salah satu dari 19 hasil karya Paul Kusardy yang diciptakan tahun 1961 di sanggar Viatikara Bandung. Tarian ini menarik perhatian penulis karena merefleksikan kepribadian Indonesia sehingga tarian tersebut memiliki keberagaman budaya. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui struktur tari Pemetik Teh yang menjadi daya tarik secara visual. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori struktur tari yang diungkapkan oleh Iyus Rusliana. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan metode studi lapangan terdiri dari observasi dan wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan karya tari Pemetik Teh ciptaan Paul Kusardy yang memiliki pola pikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan karya tari yang menarik. Kata Kunci: Tari Pemetik Teh, Struktur Tari, Tari Kreasi Baru, Paul Kusardy. ABSTRACT THE TEA PICKER DANCE BY PAUL KUSARDY AT VIATIKARA STUDIO BANDUNG, JUNE 2024. The Tea Picker Dance is one of 19 works by Paul Kusardy which was created in 1961 at Bandung Viatikara studio. This dance attracted the writer's attention because it reflects the Indonesian personality so that the dance has cultural diversity. The aim of the research is to determine the structure of Tea Picker Dance which is visually attractive. This research uses qualitative research method with the dance structure theory approach by Iyus Rusliana. The data have been collected using a field study method through observation and interviews, literature study, and documentation study. The finding of this research shows that the Tea Picker Dance work created by Paul Kusardy has a creative and innovative mindset resulting in an interesting dance work. Keyword: Tea Picker Dance, Dance Structure, New Creation Dance, Paul Kusardy.
Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub Ocoh Suherti; Tarjo Sudarsono
PANGGUNG Vol 29 No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v29i4.1050

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini menjelaskan estetika musikal dalam pertunjukan Ronggeng Tayub, khususnya lagu Rincik-rincik yang dalam sajiannya terdapat perpaduan garap musikal karawitan Sunda dan karawitan Jawa (Banyumasan). Ronggeng Tayub merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat di Kabupaten Ciamis dan sekitarnya. Penelaahan dilakukan melalui kajian teknik tabuhan, repertoar lagu, syair lagu, serta menelaah relasi masyarakat dengan seni karawitan dalam kaitannya dengan pertunjukan Ronggeng Tayub di wilayah perbatasan Ciamis-Cilacap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif analisis kualitatif. Teknik mengumpulkan data dilakukan melalui observasi lapangan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian guna mendapatkan validitas data yang lebih utuh dan menyeluruh. Sajian gending dalam lagu ini menghadirkan kesan kesedarhanaan yang mencerminkan konsep hidup masyarakat pendukungnya. Ronggeng Tayub memiliki bentuk pertunjukan yang sangat merakyat, menyatu, dan komunikatif dengan penontonnya. Lagu Rincik-rincik termasuk pada lagu “pesanan” dari penonton, sajian gendingnya khas, unik, dan dinamis dengan iringan instrumen gamelan salendro yang relatif sederhana.Kata Kunci: estetika musikal, rincik-rincik, ronggeng tayub, kesenian rakyat AbstractThe purpose of this study is to explain the musical aesthetic of the Ronggeng Tayub performance, especially the Rincik-rincik song, which combines Sundanese and Java musical instruments (Banyumasan). Ronggeng Tayub is folk art in District Ciamis and surrounding. The study of Rincik-rincik song includes percussion techniques, song repertoire, song poetry, and the relationship between the community and the Ronggeng Tayub. This study uses a qualitative descriptive-analytical method. The techniques used in this study are observation, interview, and recording in order to obtain a more complete and comprehensive data validity. The performance of gending in Ronggeng Tayub presents the impression of simplicity, reflecting the concept of the life of the people. Ronggeng Tayub has a simple form of performance, blending, and communicative with the audience. Rincik-rincik is one of “special request” song from its audience, by which its gending is unique and dynamic, accompanied by a simple gamelan slendro.Keywords: aesthetic, rincik-rincik, ronggeng tayub, artfolks 
KREATIVITAS MUHAMAD AIM SALIM DALAM PENATAAN TARI BADAYA GAYA SETIA LUYU Riyana Rosilawati; Ocoh Suherti
PANGGUNG Vol 32 No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v32i1.1985

Abstract

Tari Badaya yang merupakan hasil kreativitas Muhamad Aim salim diciptakan tahun 1985-an, yang digarap terinspirasi dari pertunjukan ibing Tayub, yang diolah menjadi bentuk tari kreasi baru dengan disajikan secara kelompok, di dalamnya menggambarkan sebagai penghormatan kepada tamu yang hadir, dengan etika kasundaan yang penuh keindahan dan kelembutan, dalam tatanan budaya Sunda tentang someah hade ka semah (ramah terhadap tamu) yang diwujudkan melalui ragam gerak halus, tetapi dalam irama tertentu menggunakan gerak lincah dan gesit (energik). Selain itu di dalam penggarapannya koreografer bermaksud menghadirkan bentuk gaya yang khas dalam Tari Putri dalam genre kreasi baru, yang saat ini di masyarakat khususnya remaja putri sudah mulai kurang menyenangi jenis tarian tersebut. Dengan adanya fenomena tersebut, muncullah kreativitas koreografer untuk menciptakan Tari Badaya gaya Setia Luyu, dengan bentuk penataan sederhana namun di dalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti, dan dapat dipelajari oleh berbagai usia. Tujuan penelitian ini bermaksud mengkaji bagaimana kreativitas Muhamad Aim Salim menata tarian di ranah tari Sunda khususnya dalam Tari Badaya dengan gaya khas di Pusat Olah Tari Setia Luyu Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskritif analisis kualitatif, Adapun hasil dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengayaan wawasan tentang dunia tari Sunda, khususnya mengetahui terciptanya tari Badaya gaya Setia Luyu yang terinspirasi dari pertunjukan ibing Tayub.Kata kunci: Tari Badaya Gaya Setia Luyu, Kreativitas, Kreasi Baru.
Relevansi Ide, Konsep dan Bentuk dalam Proses Kreatif Karya Tari ‘Gandrung Liwung’ Inspirasi Merak Riyana Rosilawati; Lili Suparli; Ocoh Suherti
PANGGUNG Vol 33 No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v33i1.2475

Abstract

Gandrung Liwung merupakan penciptaan tari kreasi baru yang terinspirasi dari burung merak, beberapa motif tari Merak, dan melihat tingkah sepasang remaja yang mulai tertarik terhadap lawan jenis. Penciptaan tari Gandrung Liwung sebagai upaya perbendaharaan dalam mata kuliah tari Kreasi Baru, dan pengembangan potensi di bidang seni tari bagi masyarakat. Metode kreativitas dengan langkah eksplorasi, evaluasi, dan komposisi digunakan dengan menghadirkan teori Rhodes 4 P (pribadi, proses, pendorong, produk), yang bermaksud menemukan suatu produk karya yang berarti, bermakna dan mampu mengubah dari yang biasa menjadi lebih inovatif bagi masyarakat pendukungnya. Penciptaan tari Kreasi Baru Gandrung Liwung sebagai karya inovatif yang masih melekat esensi tradisinya. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk pencapaian target penciptaannya saja melainkan bertujuan pula agar dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas khususnya kepada generasi muda. Kata kunci: Gandrung Liwung, tari kreasi baru, Merak, Kata kunci: Burung Merak, Inspirasi, penataan tari kreasi baru, Gandrung Liwung