Di Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta, pada tahun 2013, total kasus DBD sebanyak 736 kasus dan 4 orang meninggal. Tahun 2014 kasus DBD menurun menjadi 538 kasus dan 4 orang meninggal. Pada Januari-Maret 2015 kasus DBD sebanyak 176 kasus dan 4 orang meninggal. Berdasarkan angka kesakitan dan kematian DBD selama 5 tahun terakhir dan hasil penetapan prioritas masalah kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, maka perlu dilakukan evaluasi program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD). Tujuan untuk melakukan evaluasi program P2DBD. Penelitian deskriptif, dilaksanakan di 17 Puskesmas dan Dinas Kesehatan di Kabupaten Sleman, menggunakan model evaluasi sistem analisis meliputi masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi dan wawancara. 1) Input: Dana yang diterima setiap puskesmas berbeda-beda. Petugas P2DBD memiliki usia pada rentang 41-50 tahun (58.82%) dengan pendidikan SMA/SPK (29.41%) dan jabatan rangkap (35.29%). Petugas belum mendapatkan pelatihan (64.71%). Kesediaan formulir belum lengkap. Swingfog yang dapat dioperasionalkan sebanyak 53 buah (85.48%) dan yang rusak sebanyak 8 buah (12.90%). 2)Proses: Pelatihan website/IT, belum pernah dilakukan. 3) Output: Cakupan ABJ 75% hingga 93%. Untuk HI dan CI hanya beberapa puskesmas yang melakukan perhitungan. 4) Outcome: Insiden Rate tertinggi adalah puskesmas Mlati II sebesar 138.3 per 100.000 penduduk dan IR terendah adalah puskesmas Turi sebesar 0 sedangkan CFR tertinggi di Puskesmas Ngemplak 1 (33.33%). Pelaksanaan Program Kesehatan (P2DBD) di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Sleman masih menemui berbagai kendala mulai dari aspek Input, Proses dan Output. Kendala tersebut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan program P2DBD dilihat dari masih tingginya kasus DBD di Sleman.