Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN Andriyani, Asti; Agustina, Lusinta
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Vol 8 No 2 (2023): Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jkmlh.v8i2.4644

Abstract

Konstipasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami defekasi yang tidak lebih sering dari tiga hari sekali. Konstipasi memiliki gejala seperti feses keras, ukuran besar dan terjadi penurunan frekuensi Buang Air Besar. Konstipasi dapat terjadi dari mulai bayi hingga usia dewasa. Beberapa faktor penyebab konstipasi pada bayi terjadi pada masa peralihan dari pemberian ASI eksklusif menjadi pemberian susu formula atau pengenalan makanan padat. Selain itu konsumsi makanan berserat yang rendah dan asupan cairan yang rendah atau kehilangan cairan secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian konstipasi pada bayi usia 6-12 bulan. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi yang berusia 6-12 bulan yang mengalami konstipasi dengan tehnik accidental sampling. Pengambilan data di Desa Puluhan Trucuk Klaten. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan Bristone Stool untuk mengetahui kriteria konsipasi pada bayi. Data diolah dengan SPSS untuk mengetahui distribusi frekuensi. Hasil dalam penelitian ini adalah umur responden paling banyak 7 bulan yaitu 14 responden (25,8%), responden mengkonsumsi ASI paling banyak 1-2x sehari yaitu 36 responden (66,7%), minum air putih yaitu 37 responden (68,5%), makan nasi tim yaitu 45 responden (83,3%), lama konstipasi 5 hari sebanyak 16 responden (29,6%) dengan tipe tinja 2 sebanyak 36 responden (66,7%). Kesimpulan Responden mengalami konstipasi tipe 2 dan lama konstipasi 5 hari untuk itu perlunya pengetahuan bagi orang tua untuk memberikan MPASI di atas usia 6 bulan, memberikan cairan yang cukup, makanan berserat, melanjutkan pemberian ASI sebagai upaya untuk meminimalkan kejadian konstipasi.
Hubungan Frekuensi Konsumsi Teh Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Andriyani, Asti; Susilowati, Dewi
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Vol 7 No 2 (2022): Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jkmlh.v7i2.3447

Abstract

Anemia dapat terjadi pada masa kehamilan dimana ibu hamil memiliki kadar hemoglobin <11 gr/dL. Ibu hamil rentan terjadi anemia terutama pada trimester III. Salah satu faktor penyebab anemia adalah konsumsi teh pada masa kehamilan. Teh mengandung tanin yang dapat menggangu penyerapan besi. Dampak anemia pada kehamilan salah satunya dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada ibu hamil. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan frekuensi konsumsi teh dengan kejadian anemia pada ibu hamil Trimester III. Jenis penelitian ini observasional analitik dengan metode cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III dengan tehnik Accidental sampling responden berjumlah 43 responden. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji koefisien kontingensi pada taraf signifikasi 5%. Hasil penelitian didapatkan p-value 0,024 (P-value <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi teh dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat konsumsi teh pada ibu hamil trimester III dapat menyebabkan terjadinya anemia pada kehamilan.
Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare dan Peningkatan Derajat Kesehatan pada Anak Agustina, Lusinta; Andriyani, Asti
Journal of Knowledge and Collaboration Vol. 1 No. 9 (2024): Journal of Knowledge and Collaboration
Publisher : Arbain Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59613/xr8cjs17

Abstract

Anak merupakan aset bagi masa depan yang akan melanjutkan pembangunan disuatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit.Penyakit yang sangat perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare. Diare yang tidak segera diatasi akan menyebabkan dehidrasi dan berujung kematian. Untuk mengatasi Diare salah satunya dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang sangat berhubungan dengan peningkatan derajat Kesehatan seseorang, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Sehingga dengan berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari akan menghindarkan dari berbagai penyakit. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terhadap kejadian diare pada anak dan peningkatan derajat Kesehatan pada anak. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.Populasinya adalah seluruh anak di Sekolah dasar. Teknik sampling menggunakan purposive sampling didapatkan 30 anak. Hasil dalam penelitian ini diperoleh nilai p-value sebesar 0,008 < 0,05  dengan nilai keeratan 0,436 pada variable kejadian diare dan nilai p-value sebesar 0,029<0,05 dengan nilai keeratan 0,370 pada variable derajat Kesehatan anak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian diare dan peningkatan derajat anak.
Effect of Aloe Vera Gel (Aloe Vera) on Accelerating Miliaria Healing in Infants (0-12 Months) Agustina, Lusinta; Andriyani, Asti
Mandalika Journal of Medical and Health Studies Vol 2 No 2 (2024): Mandalika Journal of Medical and Health Studies
Publisher : Mandalika Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59613/mjmh.v2i2.171

Abstract

One of the skin diseases that often affects babies and toddlers is miliariasis or prickly heat. According to  the World Health Organization (WHO, 2016) reported that of 80% of miliariasis sufferers per year, 65% of them occur in infants and toddlers. Miliariasis or prickly heat or often called sweat is a skin disorder caused by the closure of skin pores so that sweat cannot come out. Especially because the atmosphere around the baby is very warm or humid. Miliaria is common on the forehead, neck, parts of the body covered with clothing (chest and back), as well as places that often experience pressure or friction of clothing. Aloe vera can be used as an alternative medicine to help the healing process of miliariasis and wounds due to prickly heat. To determine the effect of giving aloe vera gel (Aloe Vera) on the acceleration of miliaria healing in infants (0-12 months). The design of this study is quasi-experimental with sampling using a non-probability sampling  method with a purposive sampling technique.  The research was conducted at the Edelweiss Mom and Baby Aesthetic Care Center from February 2024 to October 2024. The population in this study is children aged 0-12 months with miliaria with samples based on inclusion and exclusion criteria. A sample of 32 babies was divided into 2 groups, each of which was 16 babies with miliaria who were given aloe vera gel (Aloe Vera) topically and 16 other babies who were not given aloe vera gel (Aloe Vera). The statistical test used univariate  analysis and bivariate  analysis with α = 0.05. The results of this study showed that as many as 32 babies were divided into two groups: an experimental group given aloe vera gel and a control group without treatment. The results showed significant improvement in the treatment group, with 68.8% of the babies experiencing a reduction in itching. The control group showed no significant changes. Wilcoxon and Mann-Whitney's statistical tests proved that aloe vera gel accelerates the healing of miliaria in babies. The application of aloe vera gel has been proven to be effective in accelerating the healing of miliaria in babies aged 0-12 months. Aloe vera gel can be a safe and effective alternative to natural therapy in overcoming skin problems in babies, especially miliaria. This study supports the use of aloe vera gel as part of infant skin care, with significant results in improving the condition of miliaria.
Effectiveness of Effleurage Massage in Reducing Blood Pressure among Hypertensive Pregnant Women Aged 20–35 Years in Gorontalo Podungge, Yusni; Suherlin, Ika; Sujawati, Sri; Yulianingsih, Endah; Kurniawati, Anik; Andriyani, Asti
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 23 No 3 (2025): JURNAL INFO KESEHATAN
Publisher : Research and Community Service Unit, Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/infokes.Vol23.Iss3.2070

Abstract

Hypertensive disorders in pregnancy (HDP) remain a major contributor to maternal mortality, particularly due to complications such as preeclampsia and eclampsia. According to the World Health Organization (WHO), approximately 585,000 maternal deaths occur annually, with more than half related to HDP. This study aimed to analyze the effect of effleurage massage on blood pressure in hypertensive pregnant women in Gorontalo City, Indonesia. A pre-experimental design with a one-group pretest–posttest approach was applied. Sixty pregnant women aged 20–39 years, with gestational age 20–36 weeks and systolic blood pressure ≥140 mmHg, were recruited through purposive sampling. Participants received effleurage massage on the upper body for 20 minutes daily over five consecutive days. Blood pressure was measured before and after intervention. Data were analyzed using paired t-tests. The results showed significant reductions in mean systolic blood pressure (from 146.9 ± 3.7 to 132.0 ± 4.0 mmHg; p = 0.000) and diastolic blood pressure (from 88.3 ± 4.0 to 77.6 ± 4.1 mmHg; p = 0.000). Effleurage massage demonstrated a consistent lowering effect across all participants. This non-pharmacological intervention may serve as a safe complementary approach to antenatal care for mild HDP. Future randomized controlled trials are recommended to confirm its efficacy and to explore maternal–fetal outcomes.