Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pemanfaatan Tepung Biji Pepaya (Carica papaya) Terhadap Respons Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Tomasoa, Aprelia Martina; Azhari, Deidy
Jurnal MIPA Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.8.3.2019.26187

Abstract

Laju pertumbuhan dan tingkat reproduksi yang tinggi merupakan karakteristik unggul yang dimiliki ikan nila sebagai komoditi budidaya. Tingkat reproduksi yang tinggi menyebabkan terjadinya pematangan gonad sebelum mencapai ukuran produksi dimana hal tersebut dapat merugikan pembudidaya, karena saat ikan mengalami matang gonad energi hasil asimilasi pakan sebagain besar akan dialokasikan untuk perkembangan gonad dan menghambat pertumbuhan somatik. Pemanfaatan senyawa aktif dari bahan alami biji pepaya dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sekaligus menjaga keamanan pangan dan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tepung biji pepaya terhadap respons pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Ikan nila diberi perlakuan dengan lima dosis tepung biji pepaya berbeda (0, 1, 3, 5 dan 7 g/kg pakan) secara oral berdasarkan feeding rate 5% dengan tiga ulangan selama 30 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan dosis 5 g/kg meningkatkan pertumbuhan bobot tubuh tertinggi sebesar 547 g dibandingkan kontrol sebesar 406 g. Sejalan dengan pertumbuhan bobot tubuh, dosis 5 g/kg menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan nila sebesar 100% dibandingkan kontrol sebesar 66%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tepung biji pepaya dengan dosis 5 g/kg pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama 30 hariHigh growth rate and high reproductive cycle are some economical triats on nile tilapia. This is a setback for nile tilapia culture because when the fish reach gonad maturity before reach market size, all the energy demand will flow to reproduction and can cause stunt growth. The utilization of natural compound from papaya seeds can be a solution to enhance growth of farmed nile tilapia and for consumer and food safety. This research aim to know how papaya seed powder can enhance growth and survival rate of nile tilapia. This research conducted into five groups of 5 papaya seeds powder dosage (0, 1, 3, 5 and 7 g/kg) that feed orally to the treatment fishes. Result showed the fishes feed with 5 g/kg papaya seed experienced highest growth performance 547 g compare to control which is 406 g. Same as growth performance, survival rate shown that group feed with 5 g/kg papaya seed had 100% survival rate compare with control which is 66% during treatment periods. Base on this result, we can make conclusion that fish feed with 5 g/kg of papaya seed have a better growth performance and survival rate compare with control group for 30 days treatment periods
Antifungal Potential Of The Sponge Styllisa Flabelliformis Against The Pathogenic And Resistant Aspergillus Fungi Tomasoa, Aprelia Martina; Rieuwpassa, Frets Jonas; Azhari, Deidy; Ijong, Frans Gruber; Mege, Revolson Alexius; Tanod, Wendy Alexander; Balansa, Walter
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.48603

Abstract

Together with bacterial and viral infection, fungal infection represents the world's top ten killer diseases, desperately requiring new antifungal drugs. This research aimed to evaluate the antifungal activity of the sponge Styllisa flabelliformis against the pathogenic fungi Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus by the standard agar diffusion technique. Three concentrations (1, 10, and 10 mg/mL) for the extract and 0.5 mg/mL for ketoconazole and fluconazole were prepared and evaluated in triplicate against the tested fungi. Whereas ketoconazole poorly inhibited A. parasiticus and fluconazole weakly inhibited A. flavus, the extract of S. flabelliformis exerted antifungal activity against A. parasiticus (6.8 ± 1.8; 8.3 ± 3.2; and 9.5 ± 2.1) mm and A. flavus (6.8 ± 1.1; 11.5 ± 1.4; and 14.3 ± 1.1) mm 1, 10 and 100 mg/mL respectively. PASS analysis showed jasplakinolide as a promising antifungal agent with potential activity (Pa) of 0.736. STITCH analysis further confirmed that jasplakinolide worked by inhibiting the expression of cytoskeleton genes that prevented fungi from synthesizing chitin and inhibiting the formation of the fungi’s cell walls and hyphae, different from the ergosterol synthesis inhibition in ketoconazole and fluconazole, implying the potential of jasplakinolide as an antifungal agent.
PKM BUDIDAYA SPONS SECARA IN SITU UNTUK PRODUKSI BAHAN AKTIF BERKELANJUTAN DAN RAMAH LINGKUNGAN DI KELURAHAN ENEPAHEMBANG TAHUNA TIMUR Balansa, Walter; Azhari, Deidy; Tomasoa, Aprelia M.; Langi, Edwin O.
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.291 KB) | DOI: 10.1234/tkrg.v2i0.144

Abstract

Spons laut merupakan sumber penting molekul-molekul berpotensi medis seperti antibiotik, antikanker, antimalaria, antidiabetik dengan Ara-A (antibiotik) dan Ara-C (antikanker) sebagai contoh obat berbasis spons. Tetapi spons biasanya mengandung bahan bioaktif dalam jumlah sangat terbatas yang sering memicu panen spons secara berlebihan dari alam dan berpotensi merusak lingkungan laut. Beruntung, budidaya spons secara in situ (dikembangkan di lokasi dimana spons itu diambil) telah memperlihatkan hasil positif sehingga berpotensi memberikan solusi untuk produksi bahan bioaktif secara berkelanjutan sekaligus ramah lingkungan. Masalahnya, masyarakat pesisir dan pengambil kebijakan pada umumnya belum mengetahui potensi spons sebagai sumber berbagai sumber berbagai kandidat obat dan pendapatan tambahan yang pada gilirannya dapat bermuara pada perlindungan laut. Sebagai solusi, tim pengusul pertama-tama akan memperkenalkan berbagai potensi farmakologis dan ekonomi spons melalui penyuluhan dan diksusi langsung dengan mitra selain melalui pembekalan teknik-teknik budidaya spons.
EFEKTIVITAS PERENDAMAN MADU DENGAN SUHU BERBEDA TERHADAP MASKULINISASI LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Tomasoa, Aprelia Martina; Azhari, Deidy; Manangsang, Christian Andelsen; Dansole, Ferly Feybe; Firmansyah, Rodhi
Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 2 (2021): Jurnal Ruaya : Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan Kelautan
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.811 KB) | DOI: 10.29406/jr.v9i2.2725

Abstract

Ikan nila merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang dapat ditingkatkan kualitas produksinya melalui teknik budidaya monoseks jantan. Teknik monosex jantan dapat dilakukan dengan menggunakan hormon sintetik seperti 17α-metiltestosteron yang tidak disarankan dalam upaya peningkatan kualitas produksi pangan karena meninggalkan residu karsinogenik. Berdasarkan hal ini maka penggunaan bahan alami dalam meningkatkan kualitas hasil produksi sangatlah direkomendasikan. Madu merupakan bahan alami yang menggandung chrysin yang dapat digunakan untuk teknik maskulinisasi pada ikan nila. Keefektifan senyawa bahan alam dalam teknik maskulinisasi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap jumlah kelamin jantan yang dihasilkan dan mengetahui suhu terbaik dalam teknik maskulinisasi menggunakan larutan madu. Penelitian ini dilakukan menggunakan 4 perlakuan suhu dengan menggunakan konsentrasi madu (15 mL/L). Larva yang digunakan adalah larva umur 7 hari setelah menetas yang diperoleh melalui pemijahan semi buatan dengan induksi hormon. Untuk mengetahui jumlah kelamin jantan, analisa histologis dengan pewarnaan asetokarin dilakukan untuk mengamati gonad benih yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa perendaman larva ikan nila dalam larutan madu pada suhu 32°C menghasilkan jumlah kelamin jantan sebesar 86,7%. Berdasarkan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan suhu yang digunakan dalam teknik maskulinisasi dengan menggunakan madu berpengaruh terhadap rasio kelamin jantan yang dihasilkan dan kombinasi suhu 32°C pada teknik maskulinisasi dengan menggunakan madu memberikan nilai tertinggi terhadap kelamin jantan yang dihasilkan.