Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KAJIAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM AKUAPONIK Azhari, Deidy; Tomasoa, Aprelia Martina
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i2.20752

Abstract

Kualitas air memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi budidaya ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara luas di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan berprotein tinggi. Kontrol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara intensif ini. Sistem akuaponik merupakan sistem kombinasi antara sistem akuakultur dan hidroponik yang memiliki prinsip resirkulasi yang bertujuan untuk pengontrolan kualitas air. Berdasarkan hal di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem akuaponik dalam mengkonversi senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air dalam media budidaya serta mengetahui korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila. Penelitian dilakukan selama 30 hari untuk mengukur beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, Dissolve Oxygen, derajat keasaman (pH), amonia dan nitrat serta parameter pertumbuhan dan sitasan ikan nila yang dibudidayakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel dengan tiga kali pengulangan setiap variabelnya. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa sistem akuaponik mampu mereduksi senyawa amonia dan mengkonversinya menjadi senyawa nitrat yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Sistem akuaponik juga mampu menjaga kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dibudidayakan. 
Pemanfaatan Tepung Biji Pepaya (Carica papaya) Terhadap Respons Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Tomasoa, Aprelia Martina; Azhari, Deidy
Jurnal MIPA Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.8.3.2019.26187

Abstract

Laju pertumbuhan dan tingkat reproduksi yang tinggi merupakan karakteristik unggul yang dimiliki ikan nila sebagai komoditi budidaya. Tingkat reproduksi yang tinggi menyebabkan terjadinya pematangan gonad sebelum mencapai ukuran produksi dimana hal tersebut dapat merugikan pembudidaya, karena saat ikan mengalami matang gonad energi hasil asimilasi pakan sebagain besar akan dialokasikan untuk perkembangan gonad dan menghambat pertumbuhan somatik. Pemanfaatan senyawa aktif dari bahan alami biji pepaya dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sekaligus menjaga keamanan pangan dan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tepung biji pepaya terhadap respons pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila. Ikan nila diberi perlakuan dengan lima dosis tepung biji pepaya berbeda (0, 1, 3, 5 dan 7 g/kg pakan) secara oral berdasarkan feeding rate 5% dengan tiga ulangan selama 30 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan dosis 5 g/kg meningkatkan pertumbuhan bobot tubuh tertinggi sebesar 547 g dibandingkan kontrol sebesar 406 g. Sejalan dengan pertumbuhan bobot tubuh, dosis 5 g/kg menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan nila sebesar 100% dibandingkan kontrol sebesar 66%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tepung biji pepaya dengan dosis 5 g/kg pakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama 30 hariHigh growth rate and high reproductive cycle are some economical triats on nile tilapia. This is a setback for nile tilapia culture because when the fish reach gonad maturity before reach market size, all the energy demand will flow to reproduction and can cause stunt growth. The utilization of natural compound from papaya seeds can be a solution to enhance growth of farmed nile tilapia and for consumer and food safety. This research aim to know how papaya seed powder can enhance growth and survival rate of nile tilapia. This research conducted into five groups of 5 papaya seeds powder dosage (0, 1, 3, 5 and 7 g/kg) that feed orally to the treatment fishes. Result showed the fishes feed with 5 g/kg papaya seed experienced highest growth performance 547 g compare to control which is 406 g. Same as growth performance, survival rate shown that group feed with 5 g/kg papaya seed had 100% survival rate compare with control which is 66% during treatment periods. Base on this result, we can make conclusion that fish feed with 5 g/kg of papaya seed have a better growth performance and survival rate compare with control group for 30 days treatment periods
Antifungal Potential Of The Sponge Styllisa Flabelliformis Against The Pathogenic And Resistant Aspergillus Fungi Tomasoa, Aprelia Martina; Rieuwpassa, Frets Jonas; Azhari, Deidy; Ijong, Frans Gruber; Mege, Revolson Alexius; Tanod, Wendy Alexander; Balansa, Walter
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.48603

Abstract

Together with bacterial and viral infection, fungal infection represents the world's top ten killer diseases, desperately requiring new antifungal drugs. This research aimed to evaluate the antifungal activity of the sponge Styllisa flabelliformis against the pathogenic fungi Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus by the standard agar diffusion technique. Three concentrations (1, 10, and 10 mg/mL) for the extract and 0.5 mg/mL for ketoconazole and fluconazole were prepared and evaluated in triplicate against the tested fungi. Whereas ketoconazole poorly inhibited A. parasiticus and fluconazole weakly inhibited A. flavus, the extract of S. flabelliformis exerted antifungal activity against A. parasiticus (6.8 ± 1.8; 8.3 ± 3.2; and 9.5 ± 2.1) mm and A. flavus (6.8 ± 1.1; 11.5 ± 1.4; and 14.3 ± 1.1) mm 1, 10 and 100 mg/mL respectively. PASS analysis showed jasplakinolide as a promising antifungal agent with potential activity (Pa) of 0.736. STITCH analysis further confirmed that jasplakinolide worked by inhibiting the expression of cytoskeleton genes that prevented fungi from synthesizing chitin and inhibiting the formation of the fungi’s cell walls and hyphae, different from the ergosterol synthesis inhibition in ketoconazole and fluconazole, implying the potential of jasplakinolide as an antifungal agent.
Induction of gonadal maturation of eel using PMSG, antidopamine, and estradiol-17β Tomasoa, Aprelia Martina; Sudrajat, Agus Oman; Junior, Muhammad Zairin
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3322.047 KB) | DOI: 10.19027/jai.14.112-121

Abstract

ABSTRACT The study was aimed to induce gonadal maturation of eel Anguilla bicolor bicolor by hormonal treatment using pregnant mare serum gonadotropin (PMSG), antidopamine (AD), dan estradiol-17β (E2). The research used complete randomized design with five hormone combination treatments consisted of PK (NaCl 0.95%) as control, P10A (PMSG 10 IU + AD 10 ppm), P20A (PMSG 20 IU + AD 10 ppm), P10BE (PMSG 10 IU + AD 10 ppm + E2 150 µg), and P20BE (PMSG 20 IU + AD 10 ppm + E2 150 µg), with three individual replications for each treatment. Hormonal induction was applied through intramuscular injection weekly during eight weeks at initial body weight of 200 g. The result showed that P10BE treatment has obtained highest level on E2 (0.43 ng/mL), FSH (2.68 mIU/mL) has increased in week-4 and level on T (1.2 ng/mL), LH (2.80 mIU/mL) has increased in week-8. P10BE has affected spermatogenesis and the increased of GSI (2.46%) in fourth and sixth week compared to PK (1.28%), P10A (1.58%), P20A (1.34%), and P20BE (2.12%). In conclusion, combination of PMSG, AD, and E2 hormones could stimulate the gonadal maturation of eel at the size of 200 g into male. Keywords: Anguilla bicolor bicolor, gonadal growth, hormone, maturation  ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menginduksi pematangan gonad ikan sidat Anguilla bicolor bicolor secara hormonal dengan menggunakan pregnant mare serum gonadothropin (PMSG), antidopamin (AD), dan estradiol-17β (E2). Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan kombinasi hormon, yaitu PK (larutan NaCl 0,95%) sebagai kontrol, P10A (PMSG 10 IU + AD 10 ppm), P20A (PMSG 20 IU + AD 10 ppm), P10BE (PMSG 10 IU + AD 10 ppm + E2 150 µg), dan P20BE (PMSG 10 IU+AD 10 ppm+E2 150 µg), dengan tiga ulangan individu pada masing-masing perlakuan. Induksi hormonal dilakukan dengan metode penyutikan secara intramuskuler setiap minggu selama delapan minggu dengan bobot ikan yang berukuran 200 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis hormon pada perlakuan P10BE memberikan nilai tertinggi masing-masing; kadar E2 (0,43 ng/mL), kadar FSH (2,68 mIU/mL) meningkat di minggu keempat dan kadar T (1,2 ng/mL), kadar LH (2,80 mIU/mL) mengalami peningkatan pada minggu kedelapan. P10BE memberikan efek pada spermatogenesis dan peningkatan nilai GSI (2,46%) pada minggu keempat sampai keenam selama penyuntikkan dibandingkan dengan PK (1,28%), P10A (1,58%), P20A (1,34%) dan P20BE (2,12%). Dengan demikian, kombinasi hormon PMSG, AD, dan E2 dapat merangsang perkembangan dan mempercepat pematangan gonad ikan sidat ukuran 200 g menjadi jantan. Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, pertumbuhan gonad, hormon, maturasi
PENGARUH METODE PENGGARAMAN BASAH TERHADAP NILAI SENSORI IKAN LAYANG ASIN (Decapterus sp.) Rieuwpassa, Frets Jonas; Lawendatu, Angryani Enjel; Mandeno, Jefri Anthonius; Tanod, Wendy Alexander; Cahyono, Eko; Ansar, Novalina Maya Sari; Sambeka, Yana; Tomasoa, Aprelia Martina
JURNAL PERIKANAN TROPIS Vol 12, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jpt.v12i1.11570

Abstract

The potential of flying fish (Decapterus sp.) in Sangihe is relatively abundant, yet the catch frequently cannot be absorbed by the market in the peak season. One alternative to overcome the excess catch is to process it into salted fish products. The quality of salted fish is highly dependent on salt concentration and soaking time. This study aimed to observe the effect of soaking time on the sensory quality of flying salted fish. This research was an experimental research with two treatments for the duration of soaking in salt solution with each treatment repeated three times. The research stages included making salted fish using 20% salt concentration with 12 and 24 hours of soaking. Furthermore, the sensory assessment was carried out (SNI no. 8273: 2016) with the parameters of appearance, taste, odor, and texture. Storage was carried out for 30 days at room temperature before being tested for the presence of mold. The results showed that the treatment of soaking time only had a real influence on the sensory value of the appearance of flying salted fish. In contrast, the soaking time did not affect the sensory values of odor (8,47±0,6-8,53±0,4), taste (8,33±0,9-8,40±0,6), and texture (7,87±0,7-7,93±1,0). After being stored for 30 days at room temperature, it was seen that mold had grown on flying salted fish. The study results showed that the 12-hour soaking time had a better value than the 24-hour soaking time.
RESTORASI MANGROVE BERBASIS KOMUNITAS PESISIR: PENYEMAIAN, MONITORING, DAN TANTANGAN EKOLOGI Rieuwpassa, Frets; Wibowo, Indra; Choesin, Devi Nandita; Gansalangi, Ferdinand; Tomasoa, Aprelia Martina; Sambeka, Yana; Nursatya, Safira Meidina; Wibowo, Arie; Balansa, Walter; Barlian, Anggraini
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 8 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v8i2.665

Abstract

As a collaborative effort between the School of Life Sciences (SITH) Institute Technology Bandung (ITB), Polnustar, and the people of Salurang, this community service aimed to restore the coastal area of Salurang village, Sangihe Islands, North Sulawesi, through various initiatives, including mangrove rehabilitation and sponge cultivation. This report specifically focuses on the propagation of 1,500 Rhizophora apiculata propagules to combat severe sedimentation from local mining and reclamation, which degraded the coastal area and reduced fish populations. Initial monitoring showed a 95.20% success rate for R. apiculata, later dropping to 78.87% due to plastic waste, animal disturbances, and tidal conditions. While the primary focus was on R. apiculata, the article also touched on the potential use of Calophyllum inophyllum, which successfully grew on different media for future restoration efforts. The monitoring process involved Polnustar and local residents tracking growth and survival every 30 days, with SITH ITB conducting more thorough checks 60 days after propagation. These activities, including guest lectures and hands-on training, significantly enhanced local conservation knowledge and environmental stewardship. The findings highlight the potential of mangrove restoration in Salurang village, demonstrating that coastal restoration is achievable with proper management, adaptive strategies, and active community engagement. Sebagai bagian dari kolaborasi antara Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB), Polnustar, dan masyarakat Salurang, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memulihkan wilayah pesisir desa Salurang, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, melalui berbagai inisiatif, termasuk rehabilitasi mangrove dan budidaya spons. Artikel ini secara khusus berfokus pada propagasi 1.500 propagul Rhizophora apiculata untuk mengatasi sedimentasi berat akibat penambangan lokal dan reklamasi, yang telah merusak wilayah pesisir dan mengurangi populasi ikan. Pemantauan awal menunjukkan tingkat keberhasilan R. apiculata sebesar 95,20%, yang kemudian menurun menjadi 78,87% akibat sampah plastik, gangguan hewan, dan kondisi pasang surut. Meskipun fokus utama adalah pada R. apiculata, artikel ini juga menyinggung potensi penggunaan Calophyllum inophyllum yang berhasil tumbuh pada media yang berbeda untuk upaya restorasi di masa depan. Proses pemantauan melibatkan Polnustar dan warga setempat dalam memantau pertumbuhan dan kelangsungan hidup propagul setiap 30 hari, dengan SITH ITB melakukan pemeriksaan lebih mendalam 60 hari setelah propagasi. Kegiatan ini, termasuk kuliah tamu dan pelatihan langsung, secara signifikan meningkatkan pengetahuan konservasi lokal dan pengelolaan lingkungan. Hasil pengabdian masyarakat ini mengindikasikan potensi restorasi mangrove di desa Salurang, menunjukkan bahwa pemulihan pesisir berpotensi dicapai dengan manajemen yang tepat, strategi adaptif, dan keterlibatan aktif masyarakat