Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dinamika Usaha Perikanan Masyarakat Suku Akit di Kepulauan Riau Elsera, Marisa; Wisadirana, Darsono; Edi Kuswandoro, Wawan; Fatma Chawa, Anif; Casiavera, Casiavera; Oprasmani3, Elfa
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Research Center for Marine and Fisheries Socio-Economic

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marina.v10i1.12602

Abstract

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika permasalahan pada usaha penangkapan perikanan dan usaha budi daya perikanan pada masyarakat Suku Akit yang merupakan salah satu dari komunitas adat terpencil (KAT) di Indonesia. Suku Akit belajar melakukan budi daya ketam (kepiting bakau/Scylla) dan siput bakau (Siput mangrove/Telescopium Telescopium) secara otodidak dan mengalami kegagalan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan pada tahun 2020-2021 dan pengolahan data dilakukan pada tahun 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua golongan masalah masyarakat Suku Laut, pertama dalam hal penangkapan mereka hanya bisa melakukan penangkapan dengan menggunakan alat-alat tradisional dengan risiko lingkungan lebih kecil namun hasil tangkapan juga sangat sedikit. Kedua, mereka mengalami kendala pengetahuan, akses dan kurangnya pendampingan pada perikanan budi daya.  Pada usaha budi daya kepiting bakau, mereka masih mengalami beberapa kendala, yaitu pertama, Suku Akit belum memahami tingkah laku kanibalisme ketam yang dibudi dayakan, sehingga ketam dewasa dengan anak ketamdigabungkan dalam satu kolamketambudi daya. Kedua, Suku Akit membuat kolam budi daya ketam yang lebih rendah, sehinggapada saat air pasang ketam yang dibudi dayakan hanyut karena arus pasang surut. Ketiga, mereka tidak dilakukan pengecekan kualitas air pada lingkungan budi daya secara berkala Title: The Dynamics of Problems of Akit Ethnic Community in Riau IslandsThis paper aims to describe the dynamics of fishing and aquaculture businesses in the Akit community, which is one of the remote indigenous communities (KAT) in Indonesia. The Akit learnt to cultivate mangrove crabs (Scylla) and mangrove snails (Telescopium) by themselves and experienced failure. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. The research was conducted in 2020-2021 and data processing was carried out in 2022. Based on the results of the research, two classes of problems of the Sea Tribe community can be identified, firstly in terms of fishing they can only catch using traditional tools with less environmental risk but the catch is also very small. Secondly, there is the issue of aquaculture, where they experience constraints in knowledge, access and lack of assistance.  The weaknesses in the Akit Tribe's fisheries efforts are First, the Akit Tribe combines adult oysters with juvenile oysters because they do not understand the cannibalistic behaviour of the cultivated oysters. Secondly, the Akit Tribe made a lower oyster cultivation pond at high tide so that the cultivated oysters were washed away by the tidal current. Third, there is no regular checking of water quality in the cultivation environment
Domination of Expert Agent in The Rural Development Programs Fatma Chawa, Anif; Wira Harjo, Indhar Wahyu
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 6 No. 1 (2018): Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.729 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v6i1.21208

Abstract

ABSTRACTThe study aims to examine the implementation of rural development programs. The study also shows an alternative model in how these programs could be conducted effectively. A case study approach were implemented to unveil the distribution of development programs organized by groups of farmers (Poktan) and the union of them (Gapoktan) in Sidoasri village, Sumbermanjing Wetan, Malang. The result of the study reveals that Gapoktan Committee as the expert agent dominated the mechanism and distribution of programs. In contrast, Gapoktan members only received passively the development programs and were not able to participate and initiate a change on these mechanism. In order to distribute the programs effectively, a participative model is highly required. There should be an ongoing assistance so the farmers could participate in decision making processes continualy, from identifying problems, finding the solution to the problems, and monitoring as well as evaluating these programs. This model would be effective to achieve empowerment objective of the rural development programsKeywords: Gapoktan, Participation, Rural Development Programs, farmers and PoktanABSTRAKPenelitian ini mengeksplorasi pengelolaan bantuan Kementrian Pertanian yang diberikan kepada petani. Kajian tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menggagas model pendampingan yang efektif dalam mengelola bantuan pertanian. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus diimplementasikan untuk menelaah pengelolaan bantuan pertanian yang diorganisir kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Desa Sidoasri Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan bantuan pertanian petani di Desa Sidoasri didominasi pengurus Gapoktan sebagai expert agent. Anggota Gapoktan hanya berperan sebagai pihak penerima bantuan saja dan tidak memiliki kemampuan atau kesempatan untuk menciptakan inisiatif untuk melakukan perubahan terhadap kebijakan pengelolaan bantuan yang diterapkan para pengurus. Kondisi ini menjadikan pengelolaan bantuan terpusat dan tidak tepat sasaran. Agar bantuan pertanian ini berjalan lebih efektif, maka model pengelolaan bantuan yang bersifat partisipatif menjadi penting dilakukan. Partisipasi anggota Gapoktan dalam model tersebut perlu ditopang pendampingan yang berkelanjutan supaya keterlibatan petani bersifat holistik dan konsisten. Pendampingan berkelanjutan diproyeksi mendorong anggota Gapoktan terlibat sejak tahap mengidentifikasi masalah, memunculkan alternatif pemecahan masalah, memutuskan solusi untuk mengatasi problematika hingga mengevaluasi solusi yang diimplementasikan. Pendampingan dengan model ini berpotensi meningkatkan partisipasi petani dalam penentuan kebijakan pengelolaan bantuan pertanian. Partisipasi inilah yang ditawarkan sebagai jalan keluar bagi perbaikan pengelolaan bantuan pertanian.Kata kunci: Gapoktan, partisipasi, pendampingan berkelanjutan, petani, dan Poktan