Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERSEPSI MASYARAKAT BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGGUNAAN SIGER PADA BANGUNAN Kurniawan, Guruh Kristiadi; Mardiyanto, Anggi; Matondang, Adelia Enjelina; Purwono, Eko
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.675 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v3i2.262

Abstract

Abstract: The use of siger elements is found in commercial and government buildings in the city of Bandar Lampung. The existence of the siger element in the building is widely used after the issuance of the mayor's regulation that every commercial building and government in the city of Bandar Lampung must use the siger element. The lack of understanding about the preservation of local culture and architectural design of buildings makes the use of siger elements seem compelling and careless. This condition can be triggered because of the existence of regional regulations which in its formulation do not consider the perceptions of the local community about the use of the Siger element and the incomplete information in the existing regional regulations. The analysis that will be used in this study is an analysis of public perceptions about the use of siger in buildings. In this study, it was revealed how the perceptions of the people of Bandar Lampung about the use of siger elements in buildings. By knowing the perception of the Bandar Lampung community about the use of the siger element in the building, it is hoped that this study can be used as a recommendation in policy making to preserve local culture through building architectural design. The results of the study found 88% of respondents agreed with the use of siger elements in buildings and 12% of respondents said they did not agree.Keyword: Perception, Siger, BuildingAbstrak: Penggunaan elemen siger banyak ditemui pada bangunan-bangunan komersial dan pemerintah di Kota Bandar Lampung. Keberadaan elemen siger pada bangunan marak digunakan setelah dikeluarkannya peraturan walikota bahwa setiap bangunan komersial dan pemerintah yang berada di Kota Bandar Lampung harus menggunakan elemen siger. Kurangnya pemahanan tentang pelestarian budaya lokal dan desain arsitektural bangunan menjadikan penggunaan elemen siger terkesan memaksa dan asal-asalan. Kondisi tersebut dapat dipicu karena keberadaan peraturan daerah yang dalam perumusannya tidak mempertimbangkan persepsi masyarakat lokal akan penggunaan elemen siger dan kurang lengkapnya informasi dalam peraturan daerah yang ada.Studi ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan. Analisis yang akan digunakan dalam studi ini adalah analisis persepsi masyarakat tentang penggunaan siger pada bangunan. Pada studi ini diungungkapkan bagaimana persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan. Dengan mengetahui persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan diharapkan studi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan untuk melestarikan budaya lokal melalui desain arsitektur bangunan. Hasil studi didapatkan 88% responden setuju dengan penggunaan elemen siger pada bangunan dan 12% responden menyatakan tidak setuju.Kata Kunci: Persepsi, Siger, Bangunan
PERSEPSI MASYARAKAT BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGGUNAAN SIGER PADA BANGUNAN Kurniawan, Guruh Kristiadi; Mardiyanto, Anggi; Matondang, Adelia Enjelina; Purwono, Eko
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3 No 2 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The use of siger elements is found in commercial and government buildings in the city of Bandar Lampung. The existence of the siger element in the building is widely used after the issuance of the mayor's regulation that every commercial building and government in the city of Bandar Lampung must use the siger element. The lack of understanding about the preservation of local culture and architectural design of buildings makes the use of siger elements seem compelling and careless. This condition can be triggered because of the existence of regional regulations which in its formulation do not consider the perceptions of the local community about the use of the Siger element and the incomplete information in the existing regional regulations. The analysis that will be used in this study is an analysis of public perceptions about the use of siger in buildings. In this study, it was revealed how the perceptions of the people of Bandar Lampung about the use of siger elements in buildings. By knowing the perception of the Bandar Lampung community about the use of the siger element in the building, it is hoped that this study can be used as a recommendation in policy making to preserve local culture through building architectural design. The results of the study found 88% of respondents agreed with the use of siger elements in buildings and 12% of respondents said they did not agree.Keyword: Perception, Siger, BuildingAbstrak: Penggunaan elemen siger banyak ditemui pada bangunan-bangunan komersial dan pemerintah di Kota Bandar Lampung. Keberadaan elemen siger pada bangunan marak digunakan setelah dikeluarkannya peraturan walikota bahwa setiap bangunan komersial dan pemerintah yang berada di Kota Bandar Lampung harus menggunakan elemen siger. Kurangnya pemahanan tentang pelestarian budaya lokal dan desain arsitektural bangunan menjadikan penggunaan elemen siger terkesan memaksa dan asal-asalan. Kondisi tersebut dapat dipicu karena keberadaan peraturan daerah yang dalam perumusannya tidak mempertimbangkan persepsi masyarakat lokal akan penggunaan elemen siger dan kurang lengkapnya informasi dalam peraturan daerah yang ada.Studi ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan. Analisis yang akan digunakan dalam studi ini adalah analisis persepsi masyarakat tentang penggunaan siger pada bangunan. Pada studi ini diungungkapkan bagaimana persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan. Dengan mengetahui persepsi masyarakat Bandar Lampung tentang penggunaan elemen siger pada bangunan diharapkan studi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan untuk melestarikan budaya lokal melalui desain arsitektur bangunan. Hasil studi didapatkan 88% responden setuju dengan penggunaan elemen siger pada bangunan dan 12% responden menyatakan tidak setuju.Kata Kunci: Persepsi, Siger, Bangunan
KINERJA TERMAL SELUBUNG GEDUNG KULIAH KOTA BANDAR LAMPUNG ITERA Sani, Andi Asrul; Matondang, Adelia Enjelina; Kurniawan, Guruh Kristiadi; Mardiyanto, Anggi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3 No 3 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The use of glass material should consider the comfort of space in the building. Field of glass is needed as natural lighting and visual facilities between the occupants and the surrounding environment. Its function as natural lighting is often accompanied by an increase in temperature in buildings, considering that Indonesia is a tropical country. Building temperatures that increase due to incoming sunlight can cause discomfort to building occupants. Such conditions make building occupants use air conditioner (AC). The use of air conditioners can increase the value of building energy consumption. For this reason, research on the value of heat transfer in buildings or the value of OTTV (Overall Thermal Transfer Value). OTTV value calculation is done by manual calculation. Bandar Lampung City lecture building at the Sumatra Institute of Technology was chosen as the object of this study. From the results of the study found that the value of heat transfer of a building or OTTV (Overall Thermal Transfer Value) is influenced by the factor of the ratio of the window area to the facade or WWR (Window Wall Ratio) and the shading factor (Shading Coefficient).(Keywords: Keyword: energy consumption, building energy, glass. Abstract: Penggunaan material kaca semestinya mempertimbangkan kenyamanan ruang dalam bangunan. Bidang kaca diperlukan sebagai pencahayaan alami dan sarana visual antara penghuni dan lingkungan sekitar. Fungsinya sebagai pencahayaan alami seringkali disertai dengan peningkatan temperatur pada bangunan, mengingat Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis. Temperatur bangunan yang meningkat akibat dari radiasi sinar matahari yang masuk dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi penghuni bangunan. Kondisi seperti itu membuat penghuni bangunan menggunakan air conditioner (AC). Penggunaan air conditioner tersebut dapat meningkatkan nilai konsumsi energi bangunan. Untuk  itu dilakukan penelitian mengenai nilai perpindahan panas dalam bangunan atau nilai OTTV (Overall Thermal Transfer Value). Penghitungan nilai OTTV dilakukan dengan penghitungan manual. Gedung kuliah Kota Bandar Lampung di Institut Teknologi Sumatera di pilih sebagai objek dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa nilai perpindahan panas suatu bangunan atau OTTV (Overall Thermal Transfer Value) dipengaruhi oleh faktor nilai perbandingan luas jendela terhadap bidang fasad atau WWR (Window Wall Ratio) dan faktor pembayangan (Shading Coefficient).Kata kunci : konsumsi energi, energi bangunan, kaca.
PERENCANAAN LANSKAP PEKARANGAN DENGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU Mardiyanto, Anggi; Pramukanto, Qodarian; Mugnisjah, Wahju Qamara
Jurnal Lanskap Indonesia Vol. 6 No. 2 (2014): Jurnal Lanskap Indonesia
Publisher : http://arl-faperta.ipb.ac.id/

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jli.v6i2.16586

Abstract

Home gardens (pekarangan) constitute the potential land to be utilized as productive agricultural land due to their proximity with the people’s house, so that the management of these land is easy. Residents of Teluk Waru hamlet have not optimally utilized their home garden. For optimizing the production of pekarangan, an integrated agricultural landscape was made, with the concept of LEISA and is expected to be able to fulfill monthly appropriate livelihood need (KHL) for residents of Teluk Waru hamlet. In the efforts of optimizing the pekarangan utilization, two alternatives of agribusiness were planned. Lansdcape planning of Pekarangan with integrated farming system concept in the resident’s home garden of Teluk Waru hamlet with land size of 350 m2 showed the following results of agribusiness financial feasibilities: alternative 1 showed NPV of Rp 45.261.784,00, IRR of 111%, and Net B/C of 3,49. Agribusiness of alternative 1 was feasible to be run because of having NPV > 0, IRR above interest rate of 20 % and Net B/C > 1. Analysis results of financial feasibility of alternative 2 agribusiness showed NPV of Rp 72.128.612,00, IRR of 137%, and Net B/C of 4,28. Agribusiness of alternative 2 was feasible to be run because of having NPV > 0, IRR above interest rate of 20 % and Net B/C > 1. In order that the monthly livelihood needs of the famers are fulfilled, the agribusiness of alternative 1 and alternative 2 need minimum land size of 175,57 m2 and 123,82 m2 respectively.