Ganap, Eugenius Phyowai
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Tren dan Faktor Risiko Kematian Maternal di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2012-2017 Prihesti, Uce Siswi; Nurdiati, Detty Siti; Ganap, Eugenius Phyowai
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.636 KB) | DOI: 10.22146/jkr.46609

Abstract

Latar Bakang: Kematian maternal merupakan masalah obstetrik besar di Indonesia. Pada tahun 2015 MDG’s menargetkan angka kematian ibu di Indonesia sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.Tujuan: Untuk mengetahui tren dan menganalisis faktor risiko yang menyebabkan kematian maternal di RSUP dr. Sardjito tahun 2012-2017.Metode :Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol di RSUP Dr. Sardjito dengan sampel kasus maternal yang meninggal pada tahun 2012-2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kontrol diambil dengan melakukan matching dengan umur kehamilan dan tanggal masuk rumah sakit, besarnya masing-masing 100 sampel. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik.Hasil dan pembahasan: Pada tahun 2012 – 2017 terdapat 100 kematian maternal dengan penyebab utama adalah preeklampsia 29%, penyakit jantung 25%, penyakit lain 19%, infeksi (sepsis) 16%, dan perdarahan 11%. Dengan penyebab kematian langsung 43% dan tidak langsung 57%. Pada penelitian ini tren angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup cenderung meningkat, tertinggi pada tahun 2016 sebesar 2670 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan penyebab kematian maternal terbanyak pada tahun 2012, 2015, 2016 dan 2017 adalah preeklampsia sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 adalah penyakit jantung. Kasus rujukan (OR 11,67; CI 95% 4,51-30,19), infeksi (OR 7,42; CI 95% 2,21-24,87) dan penyakit jantung (OR 4,02; CI95% 1,65-9,80) berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian kematian maternal.Kesimpulan: Tren kematian maternal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2012-2017 cenderung meningkat. Kasus rujukan, infeksi dan penyakit jantung berpengaruh meningkatkan kejadian kematian maternal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2012-2017.Kata kunci: Kematian maternal; tren dan faktor risiko
Nilai Gizi dan Daya Terima Cookies Ikan Gabus sebagai Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil di Kabupaten Sleman, DIY Ganap, Eugenius Phyowai; Amalia, Riantina Rizky; Sugmana, Pakartian Ayu; Hidayati, Laksmi Ika
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.61004

Abstract

Background: Pregnant women needs more nutri onal intake during pregnancy. Lack of nutri onal intake during pregnancy may leads to malnutri on problems. Therefore, it is necessary to provide supplemetary food (PMT) for pregnant women to meet the nutri onal needs during pregnancy. Objec ve: To nd the best formula on of snakehead sh cookies that are well accepted by pregnant women and to test their nutri onal content and microbiological contamina on. Method: This study is an analy cal survey study begins with the formula on of snakehead sh cookies. The formula on of snakehead sh cookies is made by subs tu ng wheat our with snakehead sh our by 50% and 60%. The acceptance test was carried out on pregnant women in the Sleman District, DIY. Cookies with the best acceptability are then laboratory tested to see their nutri onal content and microbiological contamina on. Results adn Discussion: The average value of all the organolep c parameters of the cookies ranged from 3.41 to 3.91 on a scale of 5. There was no signi cant di erence onorganolep c parameters between the formula 50% and 60% (p<0.05). The snakehead sh cookies have the following nutri onal content per 100 g of cookies: 565.9 kcal energy, 14.09 g protein, 24.33 g fat, 72.62 g carbohydrates, and 2.68% water content. The nutri onal content and microbiological contamina on of snakehead sh cookies have met the quality requirements of supplementary food for pregnant by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. Conclusion: Snakehead sh cookies are quite well accepted by pregnant women. Snakehead sh cookies can be used as an alterna ve supplementary foor for pregnant women. Keywords: Snakehead sh cookies; complementary food for pregnant women; food acceptability 
Perbandingan Luaran Maternal dan Neonatal antara Seksio Cesarea Emergensi dan Seksio Cesarea Elektif pada Kehamilan dengan Janin Presentasi Bokong Reubiyana, Riena; Attamimi, Ahsanudin; Ganap, Eugenius Phyowai
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.63216

Abstract

Latar Belakang: Kehamilan dengan janin presentasi bokong terjadi pada 3-4% dari semua kelahiran tunggal. Presentasi bokong merupakan ±17% indikasi utama dikerjakannya seksio cesarea elektif saat ini. Seksio cesarea dapat menjadi prosedur untuk menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi untuk ibu dan bayi. Seksio cesarea elektif diyakini dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi maternal dan neonatal dibandingkan seksio cesarea emergensi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai luaran maternal dan neonatal antara seksio cesarea emergensi dan elektif dengan mengambil sampel pada kehamilan dengan janin presentasi bokong.Metode: Penelitian dilakukan dengan desain kohort retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada subjek ibu hamil dengan janin presentasi bokong yang melahirkan secara seksio cesarea selama tahun 2014-2019. Dua kelompok yang dibandingkan yaitu seksio cesarea emergensi dan elektif. Luaran penelitian adalah luaran maternal berupa kejadian infeksi dan perdarahan, sedangkan luaran neonatal adalah asfiksia dan cedera neonatal. Data dianalisis dengan uji Chi Square atau Fisher Exact, dilanjutkan uji regresi logistik.Hasil dan Pembahasan: Terdapat 240 sampel, terdiri dari 105 sampel seksio cesarea emergensi dan 135 sampel seksio cesarea elektif. Dari hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa seksio cesarea emergensi berhubungan dengan lebih tingginya kejadian nilai Apgar rendah pada menit pertama dan menit kelima dan cedera persalinan, meskipun tidak bermakna secara statistik. Analisis multivariat menunjukkan bahwa seksio cesarea emergensi berhubungan dengan terjadinya infeksi maternal (p= 0.002, OR 3.65, 95% CI 1.59– 8.40) dan perdarahan (p= 0.042, OR 2.27, 95% CI 1.06– 6.1).Kesimpulan: Seksio cesarea emergensi secara signifikan berhubungan dengan luaran buruk maternal, yaitu terjadinya komplikasi infeksi dan perdarahan, namun tidak memberikan luaran neonatal yang lebih buruk dibandingkan seksio cesarea elektif. Pemeriksaan antenatal dan pengambilan keputusan penatalaksanaan yang tepat diperlukan untuk menekan terjadinya komplikasi.Kata kunci:  kehamilan dengan presentasi bokong, seksio cesarea emergensi, seksio cesarea elektif, luaran maternal, luaran neonatal.
Hubungan Metode Persalinan dengan Penggunaan IUD Pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Damayanti, Eis; Taufiqurrachman, Irwan; Ganap, Eugenius Phyowai
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.64361

Abstract

Latar Belakang: Periode pascasalin merupakan masa yang penting untuk memulai kontrasepsi, namun masih kurang dimanfaatkan, utamanya untuk penggunaan IUD pascasalin. Hal ini ditunjukkan oleh penggunaan IUD pascasalin hanya 14,06% dari keseluruhan metode kontrasepsi pascasalin. Angka seksio sesarea meningkat signifikan akhir-akhir ini, mencapai 29,6% di Indonesia. Peningkatan angka seksio caesarea (SC) tidak diikuti peningkatan penggunaan IUD pascasalin. Padahal peluang penggunaan IUD pascasalin pada persalinan abdominal/seksio sesarea lebih besar. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara metode persalinan dengan penggunaan IUD Pascasalin di RSUD Panembahan Senopati. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional atau potong lintang, sampel penelitian diambil dari pasien yang melahirkan di RSUD Panembahan Senopati, data dikumpulkan dengan metode wawancara. Uji Chi square dan prevalence ratio dipakai untuk analisis statistika. Hasil dan Pembahasan: Penelitian ini melibatkan 260 subyek, 161 (61,92%) persalinan vaginal dan 99 (38,08) SC. Total pengguna IUD pascasalin sebanyak 128 (49,23%). Persalinan SC memiliki hubungan bermakna dengan penggunaan IUD pascasalin (p 0,000; PR 1,49; CI 1,19-1,89).  Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan IUD pascasalin secara bemakna adalah riwayat penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebelumnya (p 0,002; PR 1,68; CI 1,38-2,06), adanya asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (p 0,038; PR 1,71; CI 1,04-2,80), dan konseling (p 0,000; PR 2,84; CI 1,85-4,35). Alasan terbanyak subyek menolak penggunaan IUD pascasalin adalah takut efek samping (35%). Kesimpulan: Penggunaan IUD pascasalin lebih tinggi secara bermakna pada seksio sesarea dibandingkan persalinan vaginal. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan IUD pascasalin secara bermakna adalah riwayat penggunaan MKJP, adanya asuransi JKN dan konseling. Kata Kunci: IUD pascasalin; metode persalinan; angka pemasangan; persalinan vaginal, SC  
Comparison of Serum Interleukin-6 (Il-6) Levels Between Patients With HELLP Syndrome Versus Normotensive Pregnant Ganap, Eugenius Phyowai; Sofoewan, Sulchan; Siswosudarmo, Risanto
Sains Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.341 KB) | DOI: 10.30659/sainsmed.v9i2.3630

Abstract

Background: Interleukin-6 (IL-6) has been known associated with oxidative stress and endothelial dysfunction, and also has important roles in pathogenesis of preeclampsia. Several studies have demonstrated that there was a significant increase of serum IL-6 levels in preeclamptic compared to normotensive pregnant women. However, study to evaluate serum IL-6 level in pregnant women with HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, and low platelet) syndrome is not well documented yet. This study aims to evaluate serum IL-6 levels between women with HELLP syndrome compared to normotensive pregnant.Methods: The research design was observational cross-sectional study. Samples were recruited consecutively using inclusion and exclusion criteria from emergency department and inpatient wards at Dr. Sardjito General Hospital, Yogyakarta, Indonesia. Serum IL-6 were collected from venous blood sample and measured by enzyme-linked immunoassay (ELISA) method. Independent-samples t-test or Mann-Whitney test was used to compare serum IL-6 values between women with HELLP syndrome and normotensive pregrnancy. A statistical measurement conducted using SPSS IBM Statistics 19® and considered significance when p<0,05.Results: There were 46 subjects, consisted of 23 women with HELLP syndrome and 23 women with normotensive pregnancy. Serum IL-6 level was a mean of 0,11±0,08 pg/mL and 0,15±0,20 pg/mL in women with HELLP syndrome compared to normotensive pregnancy respectively. There was no significant statistical difference between both groups (p=0,17).Conclusion:.The result of this study has shown that no significant difference of serum IL-6 level in HELLP syndrome women compared to normotensive pregnant women. 
Pengaruh Kualitas Sperma terhadap Kualitas Embrio pada Pasangan yang Menjalani IVF di RSUP Dr. Sardjito Noor, Rahman; Ganap, Eugenius Phyowai; Dewanto, Agung
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 10, No 3 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.78031

Abstract

Latar belakang: Kualitas sperma pria pada beberapa dekade terakhir berdasarkan studi mengalami penurunan. Penurunan kualitas sperma merupakan penyebab infertilitas pada laki-laki. Kualitas sperma yang menurun mempengaruhi kualitas embrio yang akan didapakan pada program IVF. Kualitas sperma dapat menjadi faktor prediktor kualitas embrio yang akan didapatkan pada program IVF. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas sperma dengan kualitas embrio pada pasangan yang menjalani IVF di RSUP Dr. Sardjito. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Subjek penelitian dibagi menjadi 3, yaitu kualitas sperma normal, perubahan ringan sperma dan perubahan berat sperma pada pasangan suami istri yang menjalani program bayi tabung (IVF/ICSI) di klinik infertilitas Permata Hati, RSUP Dr. Sardjito, antara 1 Januari 2019-31 Desember 2020. Hasil: Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 319. Sampel tersebut terbagi menjadi 93 pada sperma normal, 144 pada perubahan sperma ringan, 82 pada perubahan sperma berat. Hasil penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas sperma dengan  kualitas embrio (p<0,001). Perubahan sperma berat secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan embrio kualitas buruk (p<0,001). Pada perubahan sperma berat memiliki risiko 2,7 kali terhadap embrio kualitas buruk dibandingkan dengan sperma normal (OR=2,706; CI 95% 1,677-4,365). Kesimpulan: Kualitas sperma secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan kualitas embrio pada pasangan yang menjalani IVF. Perubahan sperma berat memiliki risiko 2,7 kali terhadap embrio kualitas buruk dibandingkan dengan sperma yang normal
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Skrining Kanker Serviks dan Loss to Follow Up pada Wanita dengan IVA Positif yang Menjalani Krioterapi di Negara Berkembang: Scoping Review Adistyatama, Rizkha; Ganap, Eugenius Phyowai; Trirahmanto, Addin
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 10, No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.85571

Abstract

Background: Cervical cancer is one of the main health problems in developing country and the second most common cancer in Indonesian women. For a better outcome, it is necessary to pay attention for discovery of the disease at an early stage. Single visit approach with visual inspection of acetic acid (VIA) followed by cryotherapy considered efficient and cost effective. However, low uptake of screening and loss to follow up after cryotherapy remain the biggest challenge.Objective: We aimed to identify factors affecting low uptake of cervical cancer screening and loss to follow up women with VIA positive undergone cryotherapy in developing countries.Method: This study is a literature review with scoping review design. Systematic search were conducted from databases PubMed, ScienceDirect, SAGE journals, Scopus and Google Scholar. Total 42 articles were selected for analysis, 35 articles discussed factors affecting cervical cancer screening uptake in developing countries and 7 articles discussed loss to follow-up women with VIA positive undergone cryotherapy.Results and Discussion: Factors identified affecting cervical cancer screening uptake and loss to follow up from demand side included lack of knowledge, perception and awareness, access constrain, fear or shame feeling and cost related problem. From supply side or healthcare system, these factors included lack of trained providers, lack of infrastructure, lack of information, coordination and communication, as well as ineffective administrative processes.Conclusion: Problems of cervical cancer screening uptake and loss to follow up after cryotherapy were identified from demand side and health service provider side. Recommendation of service improvement must consider influencing factors and limitations encountered on the field. Keywords: cervical cancer, screening, visual inspection of acetic acid, loss to follow-up, cryotherapy
PENGARUH KONTRASEPSI PROGESTINE ONLY TERHADAP FUNGSI SEKSUAL DAN BERAT BADAN: SCOOPING REVIEW Pangestu, Gaidha Khusnul; Ganap, Eugenius Phyowai; Anjarwati, Anjarwati
Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram Vol 10, No 2 (2025): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/mj.v10i2.2859

Abstract

Abstract: The use of progestin-only contraceptives is often associated with side effects such as decreased sexual function and weight gain, which may affect the quality of life of acceptors. This study is a scoping review aimed at reviewing and summarizing the literature on the impact of progestin-only contraceptives on sexual function and weight gain. Article searches were conducted through PubMed and ScienceDirect databases using the keywords “Depomedroxy progesterone acetate,” “progestin only,” “sexual function,” and “weight gain.” The review identified eight themes related to the effects of progestin-only contraceptives on sexual function and seven themes concerning their impact on weight gain. Overall, progestin-only contraceptives have side effects on sexual function, although the difference is not considerably significant compared to other hormonal contraceptives. However, regarding weight gain, a more pronounced increase was observed, mainly due to fluid retention and increased appetite resulting from hormonal changes.Abstrak: Penggunaan kontrasepsi progestin-only sering dikaitkan dengan efek samping berupa penurunan fungsi seksual dan peningkatan berat badan, yang dapat memengaruhi kualitas hidup akseptor. Penelitian ini merupakan scoping review yang bertujuan mereview dan menyimpulkan literatur mengenai pengaruh kontrasepsi progestin-only terhadap fungsi seksual dan berat badan. Pencarian artikel dilakukan melalui database PubMed dan ScienceDirect dengan menggunakan kata kunci “Depomedroxy progesterone acetat”, “progestin only”, “sexual function”, dan “weight gain”. Hasil telaah menemukan delapan tema terkait pengaruh kontrasepsi progestin-only terhadap fungsi seksual, serta tujuh tema mengenai pengaruhnya terhadap berat badan. Secara umum, kontrasepsi progestin-only memiliki efek samping terhadap fungsi seksual, meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal lainnya. Namun, pada aspek berat badan ditemukan peningkatan yang lebih signifikan, yang disebabkan oleh retensi cairan tubuh serta peningkatan nafsu makan akibat perubahan hormonal.
Evaluating the Impact of Iron Supplementation for Adolescent Girls: A Mixed-Methods Approach Ganap, Eugenius Phyowai; Rahmalina, Rahmalina; Dwi Cahyanti, Ratnasari; Hari Respati, Supriyadi
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume 13. No. 3 July 2025
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32771/inajog.v13i3.2865

Abstract

Background: Anemia is a significant public health problem among adolescent girls in Indonesia that contributes to the risk of stunting. The program of providing blood supplement tablets to adolescent girls is an intervention in the National Strategy for Accelerating Stunting Reduction Program (PPS). There are still gaps in the implementation of the program in Magelang City. Objective: To evaluate the effectiveness of the blood supplementation programme among adolescent girls and find the root causes of the problem and alternative solutions. Methods: This research is a mixed-methods research of triangulation type along with purposive sampling technique. Quantitative data were collected through questionnaires and analyzed descriptively. Qualitative data through in-depth interviews and focus group discussions were recorded and transcribed verbatim and then categorized according to the Donabedian framework - inputs, processes, and outputs and then triangulated and comprehensively analyzed. Results: The iron supplementation program achieved 72% of the national target. The evaluation showed no dedicated budget, inadequate human resources, infrastructure and planning. There were no standard operating procedures, and reporting and monitoring were ineffective. There was variability in drug administration standards and screening systems. In addition, there is a lack of knowledge about anemia and medication adherence. Conclusion: The current iron supplementation program for adolescent girls is not effective. Improvements in the regulatory framework, SOP development, human resource capacity, and cross-sectoral coordination are needed for the success of the program. Efforts to increase awareness education on anemia and the importance of medication adherence should be intensified.