Ahsanudin Attamimi
Departemen Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat Dan Keperawatan, UGM

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Hubungan Response Time Seksio Sesarea Emergensi Kategori 1 dengan Luaran Perinatal di RSUP Dr.Sardjito Gunawan, Tri; Attamimi, Ahsanudin; Pradjatmo, Heru
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.237 KB) | DOI: 10.22146/jkr.37997

Abstract

Background: Caesarean section is often applied as a preventif efoort against the continued effects of perinatal asphyxia. The cesarean section (SC) in pregnant woman can be performed in a planned manner with various indications or performed by emergency (emergency) on maternal or fetal indications and or both.Objective: To study the association of response time in category I emergency caesarean section with perinatal outcomes in Dr. Sardjito hospital and the average response time of category 1 emergency cesarean section in Dr. Sardjito hospital.Method: This study uses retrospective cohort. Category 1 CS with an indication of fetal accordance with the inclusion criteria was recorded from 1st January 2012 until 31th July 2016, then we find the response time mean as the cut off point of this study to compare with their perinatal outcomes.Result and Discussion: There were 155 cases out of 386 of emergency CS category 1 met the inclusion criteria during the period 1st January 2012 to 31th July 2016. From the data obtained, the average response time of category 1 emergency CS was 115±52 minutes (35 - 360 minutes). We found no significant differences in perinatal outcomes in the group’s response time ≥115 minutes with a value of p>0.05 on the Apgar score, CPAP, infant mortality, ventilator, NICU care, MAS and HIE than those category 1 emergency CS with a response time <115 minutes. From multivariate analysis, general anaesthesia was statistically significant against perinatal outcomes Apgar score <7 at 5 minutes with (p=0.044). Prematurity in the multivariate analysis was statistically significant against perinatal outcomes Apgar score ≤3 at 1 minute with (p=0.040), Apgar score <7 at 5 minutes with (p=0.025) and the use of CPAP with (p=0.009).Conclusions: Response time category 1 emergency cesarean section in this study did not affect perinatal outcomes. General anesthesia effect on perinatal outcomes Apgar score <7 at 5 minutes, whereas the prematurity effect on perinatal outcomes Apgar score ≤3 at 1 minute, Apgar score <7 at 5 minutes and the use of CPAP.Keywords: category 1 emergency caesarean section, response time, fetal distress
Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Non Hormonal dengan Kejadian Vaginitis Sari, Eka Mega; Prawitasari, Shinta; Attamimi, Ahsanudin
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.852 KB) | DOI: 10.22146/jkr.39582

Abstract

Background: Colonies of microorganism in reproductive normal women vaginal is influenced by several factors. Changes in the composition of these factors cause of some problems such as infection and inflammation. The use of intrauterine devices could be expected to lead to vaginitis.Objective: To determine whether the use of intrauterine device increase the incidence of vaginitis, either by Bacterial Vaginosis (BV), Vulvovaginal Candidiasis (VVC), and Trichomonas Vaginalis (TV) .Method: Cross Sectional Study on the differences incidence of vaginitis in intrauterine device user and hormonal user.Result and Discussion: At the intrauterine devices and hormonal contraception users, there are significant difference incidence of BV (OR 10,11;95% CI 1,80-56,78) ; p=0,009 (p<0,05) dan VVC (OR 29,78 (1,64-2540,69); p=0,022 (p<0,05), but not TV (OR 3,68;95% CI 0,11-117,63); p=0,460 (p>0,05).Conclusions: The use of an intrauterine device increase the incidence BV and VVC but not  TV.Keywords: Intrauterine Device; Hormonal Contraception; Vaginitis
Faktor yang Mempengaruhi Skor Apgar Menit Pertama pada Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal Setiawan, Ide Pustaka; Hadiati, Diah Rumekti; Attamimi, Ahsanudin
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.06 KB) | DOI: 10.22146/jkr.49332

Abstract

Latar Belakang: Seksio sesarea membawa konsekuensi morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Morbiditas ibu pada seksio sesarea seyogyanya tidak diikuti dengan kejadian morbiditas pada bayi khususnya rendahnya nilai skor APGAR sehingga berpotensi menjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Faktor risiko terjadinya asfiksia yang dinilai dari rendahnya skor APGAR pada bayi baru lahir saat dilakukan secara seksio sesarea dengan anestesi spinal perlu diketahui agar ada usaha untuk meminimalisasi kejadian asfiksia tersebut.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya skor APGAR menit pertama pada seksio sesarea dengan anestesi spinal.Metode:  Penelitian ini adalah studi observasional dengan rancangan penelitian crossectional study dengan cara observasi langsung proses seksio sesarea elektif yang menggunakan anestesi spinal dan dilihat luaran skor APGAR bayi baru lahir pada menit pertama. Uji statistik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji Chi Square, Fisher Exact serta Mann-Whitney. Sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik. Pengolahan data untuk pengujian statistik menggunakan SPSS 21.Hasil dan Pembahasan: Terdapat 93 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Terjadinya penurunan tekanan darah sistolik (RR 1,05; CI 0,40–2,75; p=1,00), terjadinya penurunan tekanan darah diastolik (RR 0,93; CI 0,33–2,59; p=0,56), terjadinya penurunan MAP (RR 0,72; CI 0,28–1,86; p=0,35) pasca induksi anestesi, pemanjangan waktu insisi kulit hingga bayi lahir ≥5,5 menit (RR 1,63; CI 0,65–4,12; p=0,44) dan rendahnya kadar Hb sebelum operasi (RR 1,22; CI 0,44–3,37; p=0,47) berhubungan tidak signifikan dengan rendahnya skor APGAR menit pertama pada seksio sesarea dengan anestesi spinal. Sedangkan interval waktu induksi anestesi hingga bayi lahir ≥12,5 menit (RR 2,91; CI 1,10–7,72; p=0,04) dan interval waktu insisi uterus hingga bayi lahir ≥3 menit (RR 3,48; CI 1,51–8,02; p=0,01) berhubungan kuat serta bermakna secara signifikan baik secara statistik maupun klinis menyebabkan skor APGAR menit pertama <7 pada bayi baru lahir secara seksio sesarea dengan anestesi spinal.Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya skor APGAR menit pertama pada seksio sesarea dengan anestesi spinal adalah interval waktu induksi anestesi hingga bayi lahir ≥12,5 menit dan interval waktu insisi uterus hingga bayi lahir ≥3 menit.Kata kunci: seksio sesarea; asfiksia; anestesi spinal; skor APGAR
Perbandingan Pemberian Parasetamol Oral dan Ketorolak Intravena dalam Membantu Keberhasilan Menyusui Pasca Seksio Sesarea Fidina, Dalri Nur; Attamimi, Ahsanudin; Prawitasari, Shinta
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.53481

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pemberian parasetamol 1000 mg oral dan injeksi ketorolak 30 mg intravena dalam mengatasi nyeri terhadap keberhasilan menyusui pasca seksio sesarea. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non blinding, randomized controlled trial yang membagi subyek penelitian menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapat injeksi ketorolak 30 mg intravena dan kelompok perlakuan adalah yang mendapat parasetamol 1000 mg per oral yang kemudian dinilai nyeri dengan VAS dan keberhasilan menyusui dengan skor LATCH pada 24 jam setelah seksio sesarea. Chi square serta risiko relatif dipakai untuk uji statistik untuk membandingan 2 proporsi. Hasil: Penelitian ini melibatkan 86 subjek. Pada pemberian parasetamol 1000 mg per oral dan ketorolak 30 mg intravena didapatkan hasil tidak perbedaan bermakna terhadap nyeri (RR 1,16; 95% CI 0,84-1,16). Angka keberhasilan menyusui pada kedua kelompok dengan efek tidak nyeri dan nyeri didapatkan hasil tidak berbeda bermakna secara statistik. Kesimpulan: Pemberian parasetamol 1000 mg per oral tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pemberian injeksi ketorolak 30 mg intravena terhadap nyeri dan keberhasilan menyusui pasca seksio sesarea.   Kata Kunci: parasetamol, ketorolak, seksio sesarea, keberhasilan menyusui, nyeri
Perbandingan Luaran Maternal dan Neonatal antara Seksio Cesarea Emergensi dan Seksio Cesarea Elektif pada Kehamilan dengan Janin Presentasi Bokong Reubiyana, Riena; Attamimi, Ahsanudin; Ganap, Eugenius Phyowai
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.63216

Abstract

Latar Belakang: Kehamilan dengan janin presentasi bokong terjadi pada 3-4% dari semua kelahiran tunggal. Presentasi bokong merupakan ±17% indikasi utama dikerjakannya seksio cesarea elektif saat ini. Seksio cesarea dapat menjadi prosedur untuk menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi untuk ibu dan bayi. Seksio cesarea elektif diyakini dapat menurunkan risiko terjadinya komplikasi maternal dan neonatal dibandingkan seksio cesarea emergensi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai luaran maternal dan neonatal antara seksio cesarea emergensi dan elektif dengan mengambil sampel pada kehamilan dengan janin presentasi bokong.Metode: Penelitian dilakukan dengan desain kohort retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada subjek ibu hamil dengan janin presentasi bokong yang melahirkan secara seksio cesarea selama tahun 2014-2019. Dua kelompok yang dibandingkan yaitu seksio cesarea emergensi dan elektif. Luaran penelitian adalah luaran maternal berupa kejadian infeksi dan perdarahan, sedangkan luaran neonatal adalah asfiksia dan cedera neonatal. Data dianalisis dengan uji Chi Square atau Fisher Exact, dilanjutkan uji regresi logistik.Hasil dan Pembahasan: Terdapat 240 sampel, terdiri dari 105 sampel seksio cesarea emergensi dan 135 sampel seksio cesarea elektif. Dari hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa seksio cesarea emergensi berhubungan dengan lebih tingginya kejadian nilai Apgar rendah pada menit pertama dan menit kelima dan cedera persalinan, meskipun tidak bermakna secara statistik. Analisis multivariat menunjukkan bahwa seksio cesarea emergensi berhubungan dengan terjadinya infeksi maternal (p= 0.002, OR 3.65, 95% CI 1.59– 8.40) dan perdarahan (p= 0.042, OR 2.27, 95% CI 1.06– 6.1).Kesimpulan: Seksio cesarea emergensi secara signifikan berhubungan dengan luaran buruk maternal, yaitu terjadinya komplikasi infeksi dan perdarahan, namun tidak memberikan luaran neonatal yang lebih buruk dibandingkan seksio cesarea elektif. Pemeriksaan antenatal dan pengambilan keputusan penatalaksanaan yang tepat diperlukan untuk menekan terjadinya komplikasi.Kata kunci:  kehamilan dengan presentasi bokong, seksio cesarea emergensi, seksio cesarea elektif, luaran maternal, luaran neonatal.
Hubungan antara Faktor Klinikohistopatologi dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Endometrium Pasca Operasi di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Menggunakan Modul Kuesioner EORTC QLQ-C30 dan EN 24 Mahrani, Dini; Attamimi, Ahsanudin; Kusumanto, Ardhanu
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.64362

Abstract

Background: According to data from the "Endometrial Cancer Report" by the World Cancer Research Fund and the American Institute for Cancer Research (WCRFI), endometrial cancer is the sixth most common malignancy in the world and is the largest cancer in female organs, after cervical cancer. This incidence is increasing every year, it is predicted to increase about 5% of new cases each year. The main prognostic factors of endometrial cancer are determined by the histological type, stage, degree, differentiation of the tumor, invasive myometrial level and increase in lympho-vascular invasion. In addition to determining the histopathological factors, the prognosis is also determined from the clinical patient. Several studies have shown certain clinical factors also improve the condition and prognosis of the disease. Prognosis of this disease with the quality of life of patients becomes an interesting topic to discuss. Besides that quality of life is also a measure of therapeutic success. The better the prognosis of a disease, the better the quality of life, the higher the success rate of therapy (Greimel, 2010).Objective: To know correlation between clinicohistopathological and quality of life in patients with endometrial cancer after undergoing surgery at Sardjito Hospital, Yogyakarta.Method: The research is analytic with cross sectional approach. Patients with endometrial cancer who have undergone total hysterectomy and bisalpingoophorectomy surgery are assessed for their quality of life through interviews and filling out questionnaires in the EORTC QLQ-C 30 and QLQ-EN 24 modules.Results and Discussion: This study, most people with endometrial cancer aged 55-65 years were 34 people (42%) and diagnosed after menopause with a range of age >55 years as many as 43 people (53.1%). This study cannot prove the hypothesis that age, parity, body mass index, type of histopathology and KGB involvement have a relationship with the quality of life of cancer patients (p >0.05). But in contrast to the stage of early cancer (OR 3.17, p=0.044 (CI 95% 1.03-9.75)) and good and moderate differentiation (OR 4.471, p=0.023 (CI 95% 1.23-16.24)) have a significant relationship with quality of life.Conclusion: Clinicohistopathological factors (cancer stage and tumor differentiation) have a correlation with the quality of life at patients with postoperative endometrial cancer in  Sardjito Hospital Keywords: Endometrial cancer; clinicohistopathological factors; quality of life
Hubungan Response Time Seksio Sesarea Emergensi Kategori 1 dengan Luaran Perinatal di RSUP Dr.Sardjito Tri Gunawan; Ahsanudin Attamimi; Heru Pradjatmo
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkr.37997

Abstract

Background: Caesarean section is often applied as a preventif efoort against the continued effects of perinatal asphyxia. The cesarean section (SC) in pregnant woman can be performed in a planned manner with various indications or performed by emergency (emergency) on maternal or fetal indications and or both.Objective: To study the association of response time in category I emergency caesarean section with perinatal outcomes in Dr. Sardjito hospital and the average response time of category 1 emergency cesarean section in Dr. Sardjito hospital.Method: This study uses retrospective cohort. Category 1 CS with an indication of fetal accordance with the inclusion criteria was recorded from 1st January 2012 until 31th July 2016, then we find the response time mean as the cut off point of this study to compare with their perinatal outcomes.Result and Discussion: There were 155 cases out of 386 of emergency CS category 1 met the inclusion criteria during the period 1st January 2012 to 31th July 2016. From the data obtained, the average response time of category 1 emergency CS was 115±52 minutes (35 - 360 minutes). We found no significant differences in perinatal outcomes in the group’s response time ≥115 minutes with a value of p>0.05 on the Apgar score, CPAP, infant mortality, ventilator, NICU care, MAS and HIE than those category 1 emergency CS with a response time <115 minutes. From multivariate analysis, general anaesthesia was statistically significant against perinatal outcomes Apgar score <7 at 5 minutes with (p=0.044). Prematurity in the multivariate analysis was statistically significant against perinatal outcomes Apgar score ≤3 at 1 minute with (p=0.040), Apgar score <7 at 5 minutes with (p=0.025) and the use of CPAP with (p=0.009).Conclusions: Response time category 1 emergency cesarean section in this study did not affect perinatal outcomes. General anesthesia effect on perinatal outcomes Apgar score <7 at 5 minutes, whereas the prematurity effect on perinatal outcomes Apgar score ≤3 at 1 minute, Apgar score <7 at 5 minutes and the use of CPAP.Keywords: category 1 emergency caesarean section, response time, fetal distress
Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Non Hormonal dengan Kejadian Vaginitis Eka Mega Sari; Shinta Prawitasari; Ahsanudin Attamimi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.852 KB) | DOI: 10.22146/jkr.39582

Abstract

Background: Colonies of microorganism in reproductive normal women vaginal is influenced by several factors. Changes in the composition of these factors cause of some problems such as infection and inflammation. The use of intrauterine devices could be expected to lead to vaginitis.Objective: To determine whether the use of intrauterine device increase the incidence of vaginitis, either by Bacterial Vaginosis (BV), Vulvovaginal Candidiasis (VVC), and Trichomonas Vaginalis (TV) .Method: Cross Sectional Study on the differences incidence of vaginitis in intrauterine device user and hormonal user.Result and Discussion: At the intrauterine devices and hormonal contraception users, there are significant difference incidence of BV (OR 10,11;95% CI 1,80-56,78) ; p=0,009 (p<0,05) dan VVC (OR 29,78 (1,64-2540,69); p=0,022 (p<0,05), but not TV (OR 3,68;95% CI 0,11-117,63); p=0,460 (p>0,05).Conclusions: The use of an intrauterine device increase the incidence BV and VVC but not  TV.Keywords: Intrauterine Device; Hormonal Contraception; Vaginitis
Faktor yang Mempengaruhi Skor Apgar Menit Pertama pada Seksio Sesarea dengan Anestesi Spinal Ide Pustaka Setiawan; Diah Rumekti Hadiati; Ahsanudin Attamimi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.06 KB) | DOI: 10.22146/jkr.49332

Abstract

Latar Belakang: Seksio sesarea membawa konsekuensi morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Morbiditas ibu pada seksio sesarea seyogyanya tidak diikuti dengan kejadian morbiditas pada bayi khususnya rendahnya nilai skor APGAR sehingga berpotensi menjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Faktor risiko terjadinya asfiksia yang dinilai dari rendahnya skor APGAR pada bayi baru lahir saat dilakukan secara seksio sesarea dengan anestesi spinal perlu diketahui agar ada usaha untuk meminimalisasi kejadian asfiksia tersebut.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya skor APGAR menit pertama pada seksio sesarea dengan anestesi spinal.Metode:  Penelitian ini adalah studi observasional dengan rancangan penelitian crossectional study dengan cara observasi langsung proses seksio sesarea elektif yang menggunakan anestesi spinal dan dilihat luaran skor APGAR bayi baru lahir pada menit pertama. Uji statistik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji Chi Square, Fisher Exact serta Mann-Whitney. Sedangkan analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik. Pengolahan data untuk pengujian statistik menggunakan SPSS 21.Hasil dan Pembahasan: Terdapat 93 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Terjadinya penurunan tekanan darah sistolik (RR 1,05; CI 0,40–2,75; p=1,00), terjadinya penurunan tekanan darah diastolik (RR 0,93; CI 0,33–2,59; p=0,56), terjadinya penurunan MAP (RR 0,72; CI 0,28–1,86; p=0,35) pasca induksi anestesi, pemanjangan waktu insisi kulit hingga bayi lahir ≥5,5 menit (RR 1,63; CI 0,65–4,12; p=0,44) dan rendahnya kadar Hb sebelum operasi (RR 1,22; CI 0,44–3,37; p=0,47) berhubungan tidak signifikan dengan rendahnya skor APGAR menit pertama pada seksio sesarea dengan anestesi spinal. Sedangkan interval waktu induksi anestesi hingga bayi lahir ≥12,5 menit (RR 2,91; CI 1,10–7,72; p=0,04) dan interval waktu insisi uterus hingga bayi lahir ≥3 menit (RR 3,48; CI 1,51–8,02; p=0,01) berhubungan kuat serta bermakna secara signifikan baik secara statistik maupun klinis menyebabkan skor APGAR menit pertama <7 pada bayi baru lahir secara seksio sesarea dengan anestesi spinal.Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya skor APGAR menit pertama pada seksio sesarea dengan anestesi spinal adalah interval waktu induksi anestesi hingga bayi lahir ≥12,5 menit dan interval waktu insisi uterus hingga bayi lahir ≥3 menit.Kata kunci: seksio sesarea; asfiksia; anestesi spinal; skor APGAR
Perbandingan Pemberian Parasetamol Oral dan Ketorolak Intravena dalam Membantu Keberhasilan Menyusui Pasca Seksio Sesarea Dalri Nur Fidina; Ahsanudin Attamimi; Shinta Prawitasari
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 7, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.713 KB) | DOI: 10.22146/jkr.53481

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pemberian parasetamol 1000 mg oral dan injeksi ketorolak 30 mg intravena dalam mengatasi nyeri terhadap keberhasilan menyusui pasca seksio sesarea. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non blinding, randomized controlled trial yang membagi subyek penelitian menjadi 2 kelompok. Kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapat injeksi ketorolak 30 mg intravena dan kelompok perlakuan adalah yang mendapat parasetamol 1000 mg per oral yang kemudian dinilai nyeri dengan VAS dan keberhasilan menyusui dengan skor LATCH pada 24 jam setelah seksio sesarea. Chi square serta risiko relatif dipakai untuk uji statistik untuk membandingan 2 proporsi. Hasil: Penelitian ini melibatkan 86 subjek. Pada pemberian parasetamol 1000 mg per oral dan ketorolak 30 mg intravena didapatkan hasil tidak perbedaan bermakna terhadap nyeri (RR 1,16; 95% CI 0,84-1,16). Angka keberhasilan menyusui pada kedua kelompok dengan efek tidak nyeri dan nyeri didapatkan hasil tidak berbeda bermakna secara statistik. Kesimpulan: Pemberian parasetamol 1000 mg per oral tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan pemberian injeksi ketorolak 30 mg intravena terhadap nyeri dan keberhasilan menyusui pasca seksio sesarea.   Kata Kunci: parasetamol, ketorolak, seksio sesarea, keberhasilan menyusui, nyeri