Latar Belakang: Stres dikenal sebagai salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi wanita, termasuk nyeri dismenore dan keteraturan siklus menstruasi. Stres juga dapat memperburuk gejala dismenore, di mana wanita yang mengalami stres cenderung mengalami nyeri menstruasi yang lebih parah dan siklus menstruasi yang lebih tidak teratur. Beberapa remaja seringkali mengalami nyeri menstruasi (dismenore) yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan nyeri dismenore pada remaja putri.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi kuantitatif dan menggunakan desain potong lintang. Desain penelitian ini adalah survei analitik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah remaja putri yang telah mengalami menstruasi, pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square. Hasil: Hasil analisis dengan pengolahan data Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres dengan nyeri dismenore, hal ini dibuktikan dengan nilai sig (p-value < 0,05) sebesar 0,000.Kesimpulan: Tingkat stres berhubungan dengan intensitas nyeri dismenore. Intervensi manajemen stres disarankan sebagai salah satu strategi untuk mengurangi nyeri dismenore pada remaja putri.Saran : Disarankan agar pihak kampus dan tenaga kesehatan menyediakan program manajemen stres bagi remaja putri guna mengurangi tingkat keparahan nyeri dismenorea. Kata Kunci: Nyeri Dismenore, Remaja Putri, Tingkat Stres ABSTRACT Background:Stress is known as one of the factors that can affect women's reproductive health, including dysmenorrhea pain and menstrual cycle regularity. Stress can also worsen dysmenorrhea symptoms, where women who experience stress tend to experience more severe menstrual pain and more irregular menstrual cycles. Some adolescents often experience menstrual pain (dysmenorrhea) which is quite disruptive to daily activities.Objective: This study was conducted to determine the relationship between stress levels and dysmenorrhea pain in adolescent girls.Method: This type of research is a quantitative correlation study and uses a cross-sectional design. The design of this study is a descriptive analytical survey with a quantitative approach. The sample of this study was adolescent girls who had experienced menstruation, sampling using the total sampling technique. Data analysis used in the study used the chi-square test.Results: The results of the analysis with Chi Square data processing showed that there was a relationship between stress levels and dysmenorrhea pain, this was evidenced by the sig value (p-value <0.05) which was 0.000.Conclusion: Stress levels are related to the intensity of dysmenorrhea pain. Stress management interventions are suggested as one strategy to reduce dysmenorrhea pain in adolescent girls.Suggestion: It is recommended that campuses and health workers provide stress management programs for young women to reduce the severity of dysmenorrhea pain. Keywords: Stress Level, Dysmenorrhea Pain, Adolescent Girls