Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PROFIL PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA MAN 1 PALU DALAM MENYELESAIKAN SOAL RELASI DAN FUNGSI Yunita, Norma; Jaeng, Maxinus; Ismaimuza, Dasa
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.891 KB)

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil pengetahuan prosedural Siswa MAN 1 Palu dalam menyelesaikan soal pada materi relasi dan fungsi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 1 Palu yang berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian ini adalah: Profil pengetahuan prosedural subjek yang berkemampuan tinggi berupa subjek menggunakan pertidaksamaan kuadrat berbentuk  untuk menentukan daerah asal dari rumus fungsi dengan tanda akar, memodifikasi bentuk pertidaksamaan kuadrat yaitu  menjadi , mengkomunikasikan bentuk  kedalam bentuk faktor-faktornya yaitu , menggunakan prosedur titik-titik uji untuk menentukan himpunan daerah penyelesaian (daerah asal fungsi) dari ketaksamaan  dan menggunakan representasi garis yang sejajar dengan sumbu  dalam mengklasifikasikan gambar relasi atau fungsi. Subjek berkemampuan rendah berupa subjek  menggunakan pertidaksamaan kuadrat berbentuk  untuk menentukan daerah asal dari rumus fungsi dengan tanda akar, dan menggunakan representasi garis yang sejajar dengan sumbu  dalam mengklasifikasikan gambar relasi atau fungsi. Subjek berkemampuan rendah berupa subjek mengkomunikasikan bentuk  kedalam bentuk faktor-faktornya yaitu .Kata kunci: Profil pengetahuan prosedural; relasi dan fungsi.
PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN BERBALIK NILAI DI KELAS VII A SMP LABSCHOOL UNTAD PALU Rusdi, Musdar; sudarman, sudarman; Jaeng, Maxinus
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.945 KB)

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII A SMP Labschool UNTAD Palu pada materi perbandingan berbalik nilai. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perbandingan berbalik nilai di kelas VII A SMP Labschool UNTAD Palu, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) memahami masalah, (2) membuat perencanaan, (3) melaksaakan perencanaan, (4) memeriksa kembali.Kata Kunci: langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya,hasil belajar, perbandingan  berbalik nilai
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PERSEORANGAN DAN KELOMPOK KECIL (PPKK) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA Eviyana, Eviyana; Jaeng, Maxinus; Usman H.B, Usman H.B
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako Vol 6, No 4 (2019)
Publisher : Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.328 KB)

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model PPKK untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 20 Palu pada materi hubungan antar sudut. Pada model PPKK ada aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok yang dilaksanakan dalam satu pertemuan. Model PPKK dilaksanakan dalam 5 fase. Penelitian ini dilakukandalam dua siklus, setiap siklusnya melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil observasi aktivitas guru siklus I yaitu memperoleh kriteria taraf keberhasilan baik, dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu memperoleh kriteria taraf keberhasilan sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I yaitu memperoleh kriteria taraf keberhasilan baik, dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu memperoleh kriteria taraf keberhasilan sangat baik. Persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I yaitu 61,90% dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 85,71%. Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan penerapan model PPKK dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 20 Palu pada materi hubungan antar sudut. Kata kunci:  Model PPKK, Prestasi belajar, hubungan antar sudut. 
PENGAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DENGAN KELOMPOK-KECIL DAN PERSEORANGAN (MODEL KKP) Jaeng, Maxinus
MATEMATIKA Vol 5, No 3 (2002): Jurnal Matematika
Publisher : MATEMATIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.095 KB)

Abstract

Dalam proses pembelajaran di kelas, biasanya terjadi aktivitas guru dan siswa agar terlaksana proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Aktivitas kelompok-kecil dan perseorangan, diawali dengan aktivitas kelompok-menyeluruh (kelas). Aktivitas kelompok-menyeluruh digunakan untuk membentuk siswa memperoleh informasi fakta-fakta, gambaran umum, rangkaian-rangkaian komponen yang menyusun basis-pengetahuan (pengetahuan prasyarat plus). Agar terjadi interaksi guru-siswa dan siswa-siswa, maka digunakan model pembelajaran dengan variasi kelompok kecil dan perseorangan (Model KKP). Variasi pembelajaran dengan model KKP dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: (1) Kegiatan awal : Guru memberi informasi tentang model pembelajaran, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kecil (4 orang), menyampaikan TPK, informasi latar belakang pentingnya pelajaran , informasi materi prasyarat, dan memberi motivasi kepada siswa. (2) Kegiaan Inti : Guru menyajikan materi kepada siswa. mendemonstrasi dan memberi tugas latihan terbimbing, selanjutnya memberi tugas latihan mandiri (perseoranan) dan latihan kelompok kecil secara bergantian. Tugas perseorangan pertama untuk memberikan latihan persiapan diri segingga dapat berpartisipasi dalam kelompok. Dalam kelompok kecil ini siswa bekerja bersama-sama mengerjakan tugas lanjutan lain secara kolaboratif. Sesudah kerja sama dalam kelompak, siswa secara perseorangan mengerjakan tugas (kuis) mandiri. Kegiatan ini untuk melihat unjuk kerja siswa secara perseorangan yang akan menjadi sumbangan kepada kelompok danuntuik melihat poin peningkatan perseorangn.
Problem Solving Profile of Class IX Junior High School Students Viewed from Spatial Visual Intelligence on Building Materials Room Salim, Affandi Amat; Jaeng, Maxinus; Yadil, M. Nur
Jurnal Riset Pendidikan MIPA Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/j25490192.2018.v2.i1.pp1-14

Abstract

The purpose of this study was to obtain a description of the problem-solving grade IX SMP Labschool UNTAD Palu in problem-solving solid figures in terms of visual-spatial intelligence. This study used a qualitative method that is based on the problem-solving steps proposed by Polya. The results showed at the stage of understanding the problem (1) student of high visual-spatial intelligence was drawn objects contained in the problem and make an example at the points in the image according to their own understanding to identify the information contained in the problem. As well as these students can mention all the information that exists correctly. (2) student of mid visual spatial intelligence was to draw objects in the problem to identify information contained in the problem. As well as these students can mention all the information that exists correctly. (3) student of low visual spatial intelligence can mention all the information that exists correctly. At the stage of making a plan (1) student of high visual spatial intelligence prefer shorter and less common strategies to solve problems, namely to find the area of all upright sides in the pyramid and add to the area of the beam without a roof. (2) student of mid visual spatial intelligence are choosing a very common strategy for solving problems, namely looking for the surface area of the beam, adding it to the surface area of the pyramid. Then the sum of results will be reduced by the area of the base of the pyramid and the area of the roof of the beam. (3) student of low visual spatial intelligence experience difficulties and are incomplete in determining problem solving strategies. At the stage of carrying out the plan (1) student of visual spatial intelligence can implement strategies to solve problems correctly. (2) student of mid visual spatial intelligence are able to apply strategies to solve problems correctly. (3) student of low visual spatial intelligence experience difficulties when working on problems and cannot solve problems correctly. At the stage of looking back (1) student of high visual spatial intelligence is very thorough in re-examining the work step by step and reexamining the results that have been obtained. Student believe the truth of the answer by recalculating and concluding the results obtained correctly. (2) student of mid visual spatial intelligence is not re-examining the results that have been obtained because they have believed the truth of the answer. (3) student of low visual spatial intelligence do not re-examine the results that have been obtained because of doubt.
Problem Solving Profile of Grade VIII Students in Materials Linear Inquiry of One Variable Reviewed from the Level of Mathematic Anxiety in Palu GPID Christian School Permana, Rio Arthur; Jaeng, Maxinus; Bennu, Sudarman
Jurnal Riset Pendidikan MIPA Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/j25490192.2018.v2.i1.pp46-63

Abstract

The background of this study is that students in the SMP Kristen GPID Palu have different levels of mathematics anxiety, some are very fond of mathematics, but not a few are anxious and tend to be afraid of mathematics. This is an interest to study in order to obtain a problem-solving profile of students who has mild, moderate, and severe anxiety levels. The purpose of this study was to obtain a problem-solving profile of class VIII students on the material in a linear inequality with one variable that was viewed from the level of mathematics anxiety in SMP Kristen GPID Palu. The question that will be answered in this study is how the problem-solving profile of class VIII students on linear inequality with one variable in terms of mathematics anxiety level in SMP Kristen GPID Palu. The researcher conducted a qualitative descriptive study with a qualitative approach. Data was collected by giving an anxiety questionnaire according to HARS, problem-solving test, interviews, and field notes. The result of this study showed that students with mild anxiety levels were able to solve the problem that was given well, students with moderate anxiety levels were able to solve problems that were given quite well, students with severe anxiety levels were able to solve problems that were given poorly.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Geometri SMP Berbasis Teori Van Hiele Untuk Meningkatkan Tahap Berpikir Siswa Dari Tahap Visualisasi ke Tahap Analisis Sukayasa, Sukayasa; Murdiana, I. N.; Hasbi, Moh.; Jaeng, Maxinus
Jurnal Kreatif Online Vol 8, No 3 (2020): Jurnal Kreatif Online
Publisher : Jurnal Kreatif Online

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk memperoleh perangkat pembelajaran geometri SMP berbasis teori Van Hiele untuk meningkatkan tahap berpikir siswa dari tahap visualisasi ke tahap analisis. Metode pengembangan yang digunakan untuk memperoleh perangkat pembelajaran tersebut adalah model 4-D (Four D-Model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan dan Semmel melalui empat tahap yaitu:  (1) tahap pendefinisian (define), (2) tahap perancangan (design), (3) tahap pengembangan (develop) dan (4) tahap desiminasi (desiminate). Hasil pengembangan perangkat pembelajaran ini berupa seperangkat pembelajaran geometri SMP berbasis teori Van Hiele yang terdiri dari Buku Siswa, RPP, LKPD dan Latihan Soal dan dapat digunakan untuk meningkatkan tahap berpikir siswa dari tahap visualisasi ke tahap analisis. Adapun spesifikasi perangkat pembelajaran ini sebagai berikut: 1) Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berbasis teori Van Hiele; 2) Aktivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan berorientasi konstruktivis; 3) Perangkat pembelajaran ini khusus untuk meningkatkan tahap berpikir siswa dari tahap visualisasi ke tahap analisis pada materi konsep-konsep segiempat di SMP. Konsep-konsep segiempat yang menjadi fokus kajian adalah sifat-sifat segiempat dan hubungan antar sifat dari jenis-jenis segiempat; 4) Perangkat pembelajaran ini digunakan untuk kepentingan remedi baik secara individual maupun kelompok kecil.
The Implementation of Lesson Study in Teaching Mathematics in Region 3, Cluster XI South Palu Renawati, Renawati; Idris, Mustamin; Jaeng, Maxinus
Jurnal Universitas Tadulako Vol. 7 No. 1 (2023)
Publisher : FKIP Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/j25490192.2023.v7.i1.pp35-41

Abstract

This research is a descriptive study with a qualitative approach, which aims to describe the application of Lesson Study in mathematics learning to teachers and students in Region 3 Cluster XI Palu Selatan. Lesson Study is effectively applied in learning mathematics. This can be proven from the results of interviews which explain that the application of lesson study in learning mathematics can be understood by most of the teachers who are members of the 3 Cluster XI area of South Palu. In addition, the results obtained in the activity plan are lesson plans, media used in learning, learning modules, and observation sheets. In the activities carried out there are three important activities, namely the activities of the teacher carrying out mathematics learning in mixed arithmetic operations, observers observing learning, and students in learning. In the listening activity, the model teacher starts the discussion by conveying his impressions, experiences, opinions about the implementation of the learning he has carried out.
PENDIDIKAN NILAI DALAM MATEMATIKA Jaeng, Maxinus
Aksioma Vol. 3 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v3i1.8

Abstract

Abstrak: Matematika mempunyai karakteristik atau cirri khusus matematika sebagai ilmu yang penting dalam pendidikan nilai, yaitu (1) matematika disusun secra deduktif-aksiomatik (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan, (3) anti Kontradiksi, (4) matematika memiliki banyak analogi, (5) matematika dapat sendiri dan membantu bidang lain, (6) matematika memiliki objek abstrak, dan (7) matematika memiliki semesta pembicaraan. Ilmu pengetahuan dan kepastian sebagai hasil kajian keingintahuan ketidakpastian dan keraguan yang tidak disertai nilai kemanusiaan dengan semangat cinta kasih akan menghancurkan dunia. Dengan berpegang pada karakteristik matematika yang merupakan ciri matematika, kita melaksanakan nilai-nilai kehidupan dengan: (1) berfikir deduktif dari kebenaran pangkal berdasarkan ajaran agama yang dianut, dan berlandaskan pancasila sebagai dasar Negara. (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan yang disepakati bersama sebagai norma aturan yang harus ditaati dan dijalankan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. (3) pemahaman yang anti kontaradiksi yang dapat diterima oleh semua pihak, yang tidak mengorbankan diri sendiri, terutama jangan mengorbankan orang lain. (4) analogi-analogi yang serupa dapat ditiru, tetapi tidak merusak atau mengorbankan aturan dan norma kehidupan dan masyarakat lokal. (5) berkarya sendiri dan membantu bidang lain, karena pada dasarnya manusia hidup selalu berada dalam dua situasi yaitu dalam situasi sendiri yang tidak mau diganggu oelh orang lain, dalam situasi pribadi sebagai makhluk individu, dan dalam situasi bersama dengan orang lain sebagai makhluk social yang dalam kehidupan tentu saling membuthkan. (6) menetapkan semesta pembicaraan yang menunjukkan adanya lingkup pembicaraan, lingkup kajian, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, karena sering terjadi ada campur tangan seseorang tertentu dalam wilayah orang lain yang tidak dalam lingkungannya dan tidak tahu permasalahannya. Kata kunci. Deduktif aksiomatik, kesepakatan-kesepakatan, anti kontradiksi, semesta pembicaraan.
PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN KONVENSIONAL Hadijah, Siti; Rochaminah, Sutji; Jaeng, Maxinus
Aksioma Vol. 8 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/aksioma.v8i2.213

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di Kelas IX MTs Negeri 1 Kota Palu. Hipotesis penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Desain penelitian ini adalah pre-post test control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs Negeri 1 Kota Palu dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling. Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen 47 dan standar deviasi 17,04 sedangkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol 40 dan standar deviasi 13,40. Data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis menggunakan teknis statistik parametris yaitu uji t. Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai ????tabel = 1,67 dan ????hitung = 2,96 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas IX MTsN 1 Kota Palu. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Model Pembelajaran Konvensional, dan Pemahaman Konsep Abstract: This research purposed to determine is mathematics concept understanding students who learn by using jigsaw cooperative learning model better than students who learn by using conventional learning model in class IX MTs Negeri 1 Kota Palu. The hypothesis is that mathematics concept understanding students who learn by using jigsaw cooperative learning model better than students who learn by using conventional learning model. The type of research is a quasi experiment. Design of research is pre-post control design. The population of this research is all students of class IX MTs Negeri 1 Kota Palu with samples taken by cluster random sampling technique. The average score of the experiment class students is 47 and standard deviation is 17.04 and the average score of the control class students is 40 and standard deviation is 13.40. The data is normal distribution and homogen, hypothesis test using t test. Results of hypothesis test obtained value ????table = 1.67 and ????count = 2.96 it means H1 is accepted and H0 is rejected. This indicated that mathematics concept understanding students who learn by using jigsaw cooperative learning model have better than mathematics concept understanding students who learn by using conventional learning model in class IX MTsN 1 Kota Palu. Keywords: Jigsaw Cooperative Learning Model, Conventional Learning Model, and Concept Understanding