Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Efektivitas Bangunan Pelindung Pelabuhan Patimban dan Pantai Sekitar Melalui Tinjauan Hidro-Oseanografi Jade, R. M. Rizkike; Cahya Perbani, Ni Made Rai Ratih; Handiani, D. N.
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1263.498 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i2.1769

Abstract

ABSTRAKPemerintah Indonesia akan membangun pelabuhan baru dengan hierarki Pelabuhan Utama sebagai penopang Pelabuhan Tanjung Priok yang direncanakan akan dibangun di Patimban, Kabupaten Subang. Pembangunan pelabuhan membutuhkan kajian aspek teknis, salah satu di antaranya adalah bangunan pelindung pelabuhan. Penelitian ini bertujuan melakukan tinjauan hidro-oseanografi yang terdiri atas analisis tinggi gelombang, pelayaran, dan sedimentasi di area rencana pembangunan Pelabuhan Patimban sebagai analisis efektivitas bangunan pelindung dermaga Pelabuhan Patimban dan pantai di sekitarnya. Berdasarkan analisis diperoleh bahwa gelombang (yang dapat mencapai tinggi 1,5 meter) dan sedimentasi (berupa akresi dan abrasi) menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan pemilihan jenis bangunan pelindung pantai di Perairan Patimban. Struktur pelindung dermaga yang direncanakan dalam Rencana Induk Pelabuhan Patimban cukup efektif melindungi dermaga. Untuk pantai di sekitar pelabuhan direkomendasikan bangunan pelindung berupa jetty bertipe pendek untuk mengantisipasi pembelokan muara sungai yang diakibatkan aktivitas sedimentasi di muara Sungai Cipunagara dan penanaman hutan mangrove di sepanjang Pantai Patimban untuk mengatasi fenomena abrasi.Kata kunci: tinjauan hidro-oseanografi, bangunan pelindung pelabuhan, pelabuhan utamaABSTRACTGovernment of Indonesia plans to construct a new port as International Hub Port hierarchy which support Port of Tanjung Priok at Patimban, Subang District. The port construction needs technical aspects studies, such as coastal protection stuctures. This study aims to analyze the hydrooceanography factors (wave, vessel maneuverability, and sedimentation) on Port of Patimban plan area to find the effectivity of coastal protection stuctures to protect port and its coastal area. Based on analysis it is found that the wave (which can reach 1,5 metres high) and sedimentation (accretion and abrasion) will be the main factors to consider for determining the appropriate coastal protection structures in Patimban Waters. The coastal protection structures planned in the Patimban Port Master Plan are quite effective at protecting the port. For the Port of Patimban coastal area, protective building in the form of short-type jetty is recommended to anticipate the deflection of Cipunagara River estuary caused by sedimentation. Besides that, planting mangroves along Patimban coastline will overcome the abrasion problem.Keywords: hidro-oceanography consideration, coastal protection structures, international hub port
Identifikasi Perubahan Garis Pantai dan Ekosistem Pesisir di Kabupaten Subang Handiani, Dian N; Darmawan, Soni; Hernawati, Rika; Suryahadi, Muhammad F; Aditya, Yohanes D
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.715 KB) | DOI: 10.26760/jrg.v2017i2.1765

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini adalah kajian awal dari valuasi ekonomi atas manfaat dan jasa ekosistem di pesisir Subang. Faktor-faktor utama dalam valuasi adalah keberadaan ekosistem dan perubahan di pesisir, serta manfaat dan jasa ekosistemnya. Estimasi perubahan garis pantai dihitung berdasarkan tumpang susun data satelit Landsat tahun 1988, 1996, 2003, dan 2016. Estimasi menunjukkan terjadi perubahan garis pantai sebesar 8,17 km sejak tahun 1988-2013. Perubahan tersebut didominasi oleh sedimentasi dan abrasi sepanjang pantai. Sedimentasi tertinggi terjadi di Kecamatan Pusakanagara (869,9 ha) dan Blanakan (725,4 ha), serta abrasi tertinggi terjadi di Kecamatan Legonkulon (885,8 ha). Ekosistem alami yang berubah dan dimanfaatkan secara intensif di pesisir Subang adalah kawasan estuari dan mangrove. Sehingga mengakibatkan penurunan fungsi ekologi pada ekosistem tersebut. Adapun lahan tambak sebagai ekosistem buatan yang menggantikan kawasan mangrove, hanya berfungsi sebagai penyedia kebutuhan pangan. Penelitian ini menunjukkan perlunya valuasi ekonomi atas lahan mangrove versus budidaya tambak di Kecamatan Legonkulon, serta kawasan estuari yang berfungsi sebagai sarana transportasi di Kecamatan Pusakanagara.Kata kunci: garis pantai, ekosistem pesisir, erosi, sedimentasi, SubangABSTRACTThis research is a preliminary study for economic valuation of coastal services and goods in Subang Regency. Main factors in the valuation are ecological existing, changing, services and goods of coastal ecosystem. Coastline changes estimation was based on the overlay of Landsat satellite image at year of 1988, 1996, 2003, and 2016. Estimation shows since year of 1988 to 2013 there is changing of coastline around 8,17 km. The changes are dominantly caused by coastline sedimentation and abrasion. Higher sedimentation occured in Pusakanagara (869,9 ha) and Blanakan (725,4) Subdistrict, while highest abrasion occured in Legonkulon (885,8 ha) Subdistrict. Estuary and mangrove forests are natural ecosystem that had been used intensively and changing very excessively in this region. These changing causes degradation in functions of these ecosystems. Meanwhile, changing of mangrove forest into aquaculture only provides food. This research shows the necessity in economic valution of mangrove forest versus aquaculture in Legonkulon Subdistrict, and also estuary as transportation function in Pusakanagara Subdistrict.Keywords: coastline, coastal ecosystem, erosion, sedimentation, Subang
Model Numerik Dua Dimensi Transpor Logam Berat di Perairan Pantai Tanjung Gerem Cilegon Dian Noor Handiani; Nining Sari Ningsih; Harum Sukarmadijaya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 2 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.245 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.2.113-120

Abstract

Pemodelan matematik transpor 2 dimensi (2D) telah digunakan untuk mempelajari penyebaran logam berat Cobalt (Co) di perairan Pantai Tanjung Gerem, Cilegon. Hasil model transpor menunjukkan arah penyebaran cobalt dipengaruhi oleh pola sirkulasi arus dan besarnya debit konsentrasi cobaltyang masuk ke perairan. Hasil model menunjukkan, penyebaran cobalt pada kondisi pasut purnama dan perbani saat air pasang menuju surut cenderung menyebar ke arah utara dan saat air surut menuju pasang cenderung menyebar ke arah selatan dari sumber. Kisaran konsentrasi cobalt pada kondisi pasut purnama 0,072 - 0,074 mg/l dan pasut perbani sekitar 0,127 - 0,129 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan simulasi model, diketahui konsentrasi cobalt di perairan Tanjung Gerem sudah memiliki nilai diatas kondisi perairan alamiKata kunci: Cobalt, Model Transpor
Analisis Sebaran Parameter Kualitas Air dan Indeks Pencemaran di Perairan Teluk Parepare-Sulawesi Selatan Dian Noor Handiani; Aida Heriati
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 18, No 2 (2020): Agustus 2020
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.18.2.272-282

Abstract

Teluk Parepare di Sulawesi Selatan merupakan kawasan dengan aktivitas pelabuhan penumpang dan kargo, serta perikanan yang produktif. Aktifitas ini berdampak terhadap ekologi di perairan tersebut. Pesisir dan laut secara ekologi memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya fungsi siklus biogeokimia dari buangan limbah yang masuk ke perairan tersebut. Akan tetapi, kebermanfaatan ini hendaknya tidak melebihi kapasitas ekologinya dalam menerima suatu jumlah limbah. Jika berlebih, maka akan terjadi kerusakan lingkungan dan kesehatan yang sulit ditoleransi. Kondisi ini mempersulit perairan tersebut untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berkesesuaian dengan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis sebaran spasial parameter kualitas air laut dan indeks pencemaran di perairan Teluk Parepare, serta sebagai upaya membantu pemerintah setempat melakukan pengawasan dan pengendalian pencemaran di perairan tersebut. Penelitian ini memanfaatkan hasil pengukuran in situ enam parameter (suhu, salinitas, pH, ammonia, timbal dan tembaga) di 28 stasiun pengamatan. Parameter tersebut mencakup baku mutu peruntukkan wilayah pelabuhan dan mengingat di kawasan tersebut terdapat juga aktivitas kilang minyak. Sebaran spasial parameter kualitas perairan merupakan hasil interpolasi dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW) dari hasil pengukuran lapangan dan dihitung indeks pencemarannya. Hasil menunjukkan sebaran suhu, salinitas, ammonia, dan pH terlarut berkesesuaian dengan baku mutu, sedangkan konsentrasi timbal dan tembaga (logam berat) berada di atas baku mutu. Indeks pencemaran (IP) menghasilkan nilai antara 1,69–38,66. Nilai IP diklasifikasikan menjadi indeks cemar ringan di 14 stasiun pengamatan dan sebaran cemar ringan dominan di Teluk Parepare bagian dalam. Indeks cemar sedang terdapat di 12 stasiun pengamatan dan sebarannya di Teluk Parepare bagian luar, sedangkan cemar berat terdapat di 2 stasiun dan sebarannya di sekitar pesisir Kota Parepare. Kondisi ini menunjukkan bahwa parameter logam berat (seperti timbal dan tembaga) telah melebihi baku mutu dan berkaitan dengan berbagai kegiatan pelabuhan, serta perkapalan di sekitar perairan Teluk Parepare.
Kajian Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Air Laut di Kabupaten Subang-Jawa Barat Dian Noor Handiani; Soni Darmawan; Aida Heriati; Yohanes D. Aditya
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 3 (2019): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.662 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i3.7583

Abstract

Akresi dan erosi di sepanjang garis pantai merupakan salah satu masalah di pesisir Kabupaten Subang-Jawa Barat. Kondisi tersebut digabungkan dengan kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim global mengakibatkan wilayah pesisir tersebut rentan mengalami bencana. Penelitian ini bertujuan menentukan indeks kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Subang berdasarkan parameter fisik pesisir, yaitu geomorfologi, rentang pasang surut, rata-rata ketinggian gelombang dan permukaan air laut, jenis batuan geologi, serta perubahan garis pantai (akresi dan erosi). Data-data spasial pesisir diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerentanan, dan nilai kerentanan total dihitung dengan rumusan coastal vulnerability index. Hasilnya menunjukkan parameter fisik oseanografi (pasut dan tinggi gelombang) memiliki tingkat kerentanan sangat rendah. Sedangkan, ketinggian permukaan air laut dan jenis batuan geologi di sekitar pantai menunjukkan kerentanan tinggi dan sangat tinggi. Adapun klasifikasi perubahan garis pantai di sepanjang kecamatan bervariasi dan kerentanannya berkorealsi dengan tingkat akresi dan erosinya. Hasil perhitungan indeks kerentanan total CVI di semua kecamatan pesisir di Kabupaten Subang dikategorikan sangat rendah, akan tetapi kajian indeks secara lokal menunjukkan Kecamatan Sukasari dan Blanakan memiliki kerentanan sangat tinggi. Variasi indeks ini menunjukkan perubahan lokal di pesisir Kabupaten Subang berkorelasi dengan perubahan global yang terjadi, dimana kenaikan permukaan air laut lokal merupakan dampak perubahan laut dan iklim secara global.
Coastal Vulnerability Assessment Along The North Java Coastlines-Indonesia Dian N. Handiani; Aida Heriati; Fitry Suciaty
Jurnal Segara Vol 18, No 1 (2022): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1055.268 KB) | DOI: 10.15578/segara.v18i1.10664

Abstract

The north coast of Java is an area with very diverse maritime activities. These high activities threaten the ecosystem and environmental sustainability. Several areas already experience environmental degradation and most of the threats come from ocean pollution, coastal erosion, continuous tidal flood (rob), and coastal land subsidence. Furthermore, the coastal degradation is worsened by climate change which may cause the area more vulnerable to disaster. This study aims at evaluating the coastal vulnerability using weighted coastal vulnerability index (CVIw). The method calculates coastal vulnerability by weighting physical coastal parameters using Analytical Hierarchy Process (AHP). CVIw calculation result shows that the vulnerability is dominant at high (39%) and very high (51%) classes. The high vulnerability occurs in Tangerang, Bekasi, Brebes, Demak, Jepara, Pati, and Rembang Regencies. Meanwhile, very high vulnerability takes place in several regencies: Serang, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Tegal, Kendal, Semarang, and Gresik. The parameters of relief, coastal features, tidal range and shoreline give contribution more in coastal vulnerability besides lithology, sea level change, and wave height. Identifying vulnerability in these areas might help local governments to prioritize their action plan in coastal disasters mitigation.
KAJIAN PENENTUAN LOKASI PENIMBUNAN AKHIR LIMBAH B3 (LANDFILL) DI KABUPATEN KARAWANG Santanamihardja, Giovani Muhammad; Handiani, Dian Noor
Jurnal Reka Lingkungan Vol 12, No 2 (2024)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v12i2.104-116

Abstract

Perkembangan industri di Indonesia saat ini sangat pesat. Salah satu daerah yang terlibat dalam perkembangan industri saat ini adalah Kabupaten Karawang di Jawa Barat. Keadaan ini berdampak pada peningkatan jumlah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut. Penelitian ini bertujuan melakukan studi awal dalam penentuan lokasi penimbunan limbah B3 di Kabupaten Kawarang. Beberapa parameter yang menjadi prasyarat dalam penentuan lokasi fasilitas penimbunan limbah B3, yaitu parameter geologi, potensi bencana dan likuifaksi, curah hujan, dan penggunaan lahan. Parameter-parameter tersebut diklasifikasikan dan diberi peringkat sesuai potensi lokasinya. Selanjutnya, setiap parameter diberi bobot sesuai hasil perhitungan bobot dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Skor akhir dihitung dengan menggabungkan semua parameter dengan masing-masing bobot, dan hasilnya diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Hasil potensi lokasi penimbunan limbah B3 di Kabupaten Karawang dengan kelas tinggi seluas 160.759,35 ha, sedang seluas 27.895,82 ha, dan rendah seluas 3.073,41 ha. Sembilan kecamatan dengan potensi kelas tinggi dan peruntukkan fungsi kawasan industri, yaitu Ciampel, Cikampek, Karawang Barat, Karawang Timur, Klari, Pangkalan, Purwasari, Rengas Dengklok, Telukjambe Barat dan Timur. Tiga kecamatan dengan luas kawasan industri terluas dibandingkan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Ciampel dengan luas 4.984,02 ha (27,74%), Kecamatan Telukjambe Barat dengan luas 3.914,7 ha (21,79%), dan Kecamatan Klari dengan luas 4.324,32 ha (24,07%).
Identifikasi Zona Bahaya untuk Rute Pipa Gas Bawah Laut yang Direncanakan di Pulau Pemping, Kota Batam, Kepulauan Riau Kamajaya, Isnan Zodi; Handiani, Dian Noor
Zona Laut : Jurnal Inovasi Sains Dan Teknologi Kelautan Volume 6, Number 2, July 2025 Edition
Publisher : Departemen Teknik Kelautan Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62012/zl.vi.43659

Abstract

The installation of underwater gas pipelines in Pemping Island, Batam City, Riau Islands, requires quantitative and qualitative study, which can ensure pipeline safety. This research identifies potential hazards along the installation route using pre-lay survey data from multibeam echosounder (MBES) and side scan sonar (SSS). The interpretation of these data using Geographic Information System (GIS) software identified potential hazards: extreme slopes, sediment types, sandwave areas, and underwater cable crossings. The study results showed that 30% of the total pipeline length crosses areas with extreme slopes (15 areas), 20% crosses areas with potential sediment-type hazards (12 areas), 11% crosses sandwaves areas (1 area), and 2% has the potential to cross underwater cables (1 area). In total, about 48% (±574.13 meters) of the pipeline route crosses areas with combined potential hazards, spread across 15 areas. This information is crucial in planning appropriate protection and mitigation for pipeline installation in the region. It is expected that the findings of this study will assist pipeline installers in anticipating hazards and minimizing potential losses caused by these factors by implementing commonly used pipeline protection methods based on the identified hazards, such as trenching, buckle arrestors, and concrete weight coating.
Evaluasi model kerentanan banjir berdasarkan perbedaan parameter perbandingan berpasangan dalam proses hirarki analisis: Studi kasus DAS Cilemer dan Ciliman Handiani, Dian Noor; Purnomo, Ditto
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol 14 No 4 (2024): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, IPB (PPLH-IPB) dan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB (PS. PSL, SPs. IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.14.4.684

Abstract

Penelitian ini menginvestigasi kerentanan banjir di daerah aliran Ciliman dan Cilemer, Provinsi Banten, dengan menggunakan pendekatan multi-kriteria parameter dengan fokus pada Analytical Hierarchy Process (AHP). Dua skenario dengan proritas parameter yang berbeda dibandingkan: skenario satu perbandingan parameter berpasangan berdasarkan penilaian ahli (skenario-1) dan yang lainnya berasal dari sejarah kejadian banjir di daerah dengan kerentanan tinggi dan sangat tinggi (skenario-2). Tujuh parameter digunakan, yaitu elevasi/ketinggian permukaan, kemiringan tanah, curah hujan, geologi, jenis tanah, penggunaan lahan, dan jarak ke sungai. Hasilnya menunjukkan pembobotan parameter-parameter di kedua skenario berbeda secara substansial. Penelitian ini juga memvalidasi model kerentanan banjir dengan membandingkannya dengan sejarah kejadian banjir. Skenario-2 menunjukkan kesesuaian lebih baik terhadap titik-titik sejarah kejadian banjir, terutama di daerah kerentanan sangat tinggi, dibandingkan skenario-1. Parameter elevasi dan kemiringan tanah diidentifikasi sebagai faktor-faktor penting yang memengaruhi kerentanan banjir, dengan elevasi rendah dan kemiringan yang landai meningkatkan kerentanan, sedangkan kemiringan yang lebih tinggi mengurangi kerentanan terhadap banjir.
Penilaian Kerentanan Pesisir Berdasarkan Parameter Fisik di Pantai Utara Kabupaten Bekasi Handiani, Dian Noor; Heriati, Aida; Herlambang, Hafidz M. Ashary; Wardhani, Eka
Jurnal Kelautan Nasional Vol 19, No 1 (2024): APRIL
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkn.v19i1.13571

Abstract

Northern part of Bekasi Regency (Pantura Bekasi) has diverse land: a port area, fisheries, marine tourism, agriculture, residential, industrial and government. Various types of development are occured to support the  community welfare. Developments occur without considering sustainability will result in a decline of environmental conditions, and each region will have its own ability to anticipate the impacts of changes that occurs. This research studied coastal vulnerability in the Pantura Bekasi and the relationship between their coastal physical parameters and the vulnerability. Field observations were also conducted as field validation and perceive current conditions. The results show that vulnerability is very high in Fishery port (PPI) Muara Jaya port zone (Mekar Coast), and low vulnerability occurred in Taruma Jaya port zone (Taruma Jaya Coast). Two paramaters are different in these two locations, they are coastline change and geomorphological. The coastline change at Mekar Coast is abrasion, and Taruma Jaya Coast is accretion. The geomorphological at Mekar Coast are a muddy beach and delta, while Taruma Jaya Coast is a swampy beach. Field conditions show that Mekar Coast has low mangrove density, while Taruma Jaya Coast has high mangrove density. These results hopefully can be used as policy consideration for the local government in optimizing coastal management planning, where the spatial plan for Pantai Mekar Beach is designated as a conservation area and demersal fisheries, while on Pantai Taruma Jaya as a public use area such as for Gas and Steam Power Plant (PLTGU) Muara Tawar, PPI Paljaya and port zone.