Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEREMPUAN DALAM PARTISIPASI POLITIK DI INDONESIA Kiftiyah, Anifatul
Jurnal Yuridis Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Yuridis
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.074 KB) | DOI: 10.35586/jyur.v6i2.874

Abstract

Perempuan sering menjadi sorotan dalam masyarakat, dimana perempuan dipandang sebagai makhluk kedua. Patriarki adalah budaya dimana posisi laki-laki dianggap kedudukannya lebih mulia dari kedudukan perempuan. Islam sendiri menghendaki adanya kesetaraan kedudukan antara laki-laki dan perempuan, misal di bidang politik. Terdapat dua ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam agar melakukan musyawarah (QS. al-Syura: 38 dan QS. Ali ‘Imran: 159). Pada tahun 1998, kaum perempuan mulai berani menyuarakan pendapatnya. Muculnya gerakan-gerakan yang menyuarakan kesetaraan kedudukan antara kaum laki-laki dan perempuan. Dalam ranah politik contohnya adalah adanya keterwakilan perempuan dalam pemerintahan. Indonesia telah mengakomodir peran perempuan dalam politik, sebagaimana diamanatkan  UU No. 2 tahun 2008 dan UU No. 7 tahun 2017. Meskipun demikian dalam realitanya justru berbanding terbalik, keterlibatan perempuan dalam bidang politik sebagai anggota legislatif belum terlaksana secara maksimal. Penilitian ini membahas tentang peran perempuan dalam politik kebangsaan dengan metode analisis historis, sebuah analisis yang berdasarkan pada sejarah yang telah terjadi. 
Perempuan dalam Partisipasi Politik di Indonesia Kiftiyah, Anifatul
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.517 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2859

Abstract

In social life, women are often seen as second-class humans. This is caused by patriarchal culture that considers men are in hingher position than women. Islam itself wants equality between men and women, for example in political field. There are two verses in Al-Qur’an that instruct muslims to conduct deliberations, ie. (QS Al-Syura: 38 and QS Ali ‘Imran: 159). In 1998, Indonesian women began to have courage to express their opinions marked by the emergence of movements that speak of equality between men’s and women’s positions, particularly in political field such as the representation of women in goverment. Indonesia has accomodated the role of women in politics, as instructed in constitution law No. 2 of 2008 and constitution law No. 7 of 2017. However in reality it is inversely proportional, the women involvement in political field, especially as legislators, has not been carried out optimally. This research will discuss the role of women in building national politics by using historical analysis method, which is in analyzing the data based on the history that has happened.
Aligning Pancasila Values in The Regulation For Worship House Construction in Indonesia Kiftiyah, Anifatul; Sutrisno, Tri
Pancasila: Jurnal Keindonesiaan Vol. 3 No. 1 (2023): VOLUME 3 ISSUE 1, APRIL 2023
Publisher : Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52738/pjk.v3i1.136

Abstract

Indonesia regulates the establishment of places of worship because its people adhere to different religions and beliefs, so it greatly influences the construction of the establishment of places of worship.  The regulations for the construction of places of worship written in the Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 9 and 8 Tahun 2006 are considered policies that discriminate against minorities.  This research is a normative research with a juridical approach that uses the library research method to obtain valid sources as written references.  The purpose of this research is that the regulations for the establishment of places of worship can be reviewed by synergizing Pancasila values ​​in them to avoid religious conflicts and for the sake of creating religious harmony.  The conclusion of this study is that there are many cases of the construction of places of worship due to conditions that are considered discriminatory by minorities.  So that this regulation needs to be reviewed by aligning the indicators of Pancasila values ​​based on the Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Nomor 4 Tahun 2022 concerning Pancasila Indicators.  Upholding Pancasila as grundnorm and staatfundamentalnorm means that all laws and policies must refer to Pancasila.
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dan Moderasi Agama Sebagai Upaya Menangkal Gerakan Radikal di Indonesia Wulansari, Fitriya; Kiftiyah, Anifatul
Pancasila: Jurnal Keindonesiaan Vol. 4 No. 1 (2024): VOLUME 4 ISSUE 1, APRIL 2024
Publisher : Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52738/pjk.v4i1.158

Abstract

Terkikisnya sikap toleransi dan semakin kuatnya paham radikalisme agama yang ada di Indonesia dapat menyebabkan terjadinya polarisasi di masyarakat. Untuk menangani persoalan tersebut dibutuhkan kontribusi dari seluruh elemen masyarakat dengan cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan moderasi agama dalam kehidupan sehari-hari agar sikap toleransi dan saling menghargai tumbuh di tengah-tengah masyarakat kita. Selain itu, moderasi agama juga mempunyai peran penting sebagai penengah agar tidak kaku dalam beragama. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan menggunakan pendekatan fenomenologi dengan kerangka berfikir induktif. Dalam penyampaiannya, penulis menggunakan metode argumentative untuk menyampaikan pendapat-pendapat dan sumber-sumber yang mendukung penelitian ini. Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah, butuh penanganan yang sangat serius dalam menangani tindakan radikalisme, tidak hanya pada sumber masalah akan tetapi penyebab dan akibat dari tindakan radikalisme juga perlu diselesaikan. Pemerintah telah berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir radikalisme agama melalui Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Selain itu ormas-ormas keagamaan yang moderat seperti NU dan Muhamadiyah dapat menjadi garda depan untuk mencegah penyebaran paham radikalisme agama di masyarakat.
Kewenangan Lembaga Negara (Analisis Penataan Kewenangan Antar Penyelenggara Pemilihan Umum Sesuai Dengan Proposional Normatif) Palestina, Firdaus Ayu; Kiftiyah, Anifatul; Abshar, Fariz Ulul
Jurnal JURISTIC Vol 6, No 02 (2025): Jurnal JURISTIC
Publisher : PSHPM Untag Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/jrs.v6i02.6506

Abstract

This Research with the title Authority Of State Institutions (Analysis Of Arrangement Authority General Election Organizers In Accordance Normative Proposition) examines the arrangement coordination Election Organizers according to normative proportionality. Based on Law No. 17 of 2017 concerning General Elections. This research is a type of normative or doctrinal legal research, which uses two questions, namely: invitation agreement (statute approach), and accessing history (historical approach). The source of legal material in this study was obtained from legal basis material (legislation) and secondary legal materials (opinions / interviews of related figures). The method of analysis in this study uses systematization of legal material (classification makes it easy to analyze the articles) and uses qualitative descriptive in describing the content of the legislation. The results of the study concluded, First, According to Law No. 7 of 2017 concerning General Elections, the respective authorities are as follows: KPU as Election implementers, Bawaslu as Election Implementation Supervisors, and DKPP as bodies that examine and decide complaints or report the alleged violations a code of ethics which also compensates for the decisions (checks and balances) of the performance of the KPU and Bawaslu. It's just that in practice, Election Organizers are still overlapping. This is by the author, based on a review of the data based on several factors, namely: 1) Understanding of each individual's authority, which is still lacking, 2) There is intervention and pressure from other parties, 3) There is a desire to be superior, 4) Less DKPP stated firmly in every case.