Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN EMBRIO DALAM PROPOLIS TERHADAP MASKULINISASI IKAN CUPANG (Betta splendens) Nazar, Danella Austraningsih Puspa; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.425 KB)

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens) berkelamin jantan merupakan salah satu jenis ikan yang digemari oleh masyarakat. Ikan cupang berkelamin jantan memiliki keunggulan pada bentuk dan warnanya. Upaya untuk memperoleh populasi jantan dapat dilakukan dengan cara pengalihan kelamin dengan melakukan perendaman embrio dalam propolis. Propolis berfungsi sebagai antioksidan, diantaranya adalah chrysin, pinobaksin, vitamin C, katalase dan pinocebrin. Zat chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang diakuai sebagai salah satu penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal sebagai aromatase inhibitor. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah A 0 jam, perlakuan B selama 8 jam, perlakuan C selama 16 jam dan perlakuan D selama 24 jam dengan dosis yang sama yaitu 100µl. Data yang diamati meliputi derajat penetasan, persentase jantan dan betina (%), kelulushidupan (SR) dan kualitas air.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman menggunakan propolis pada embrio dengan lama waktu yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase jantan dan betina sedangkan pada derajat penetasan dan kelulushidupan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Persentase kelamin jantan pada perlakuan A sebesar 44,23%±1,50, perlakuan B sebesar 48,68%±2,75, perlakuan C sebesar 53,81%±1,84 dan perlakuan D sebesar 69,94%±3,86. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran layak untuk budidaya Ikan Cupang (B. splendens). Kesimpulan dari penelitian ini adalah perendaman menggunakan propolis dalam embrio dengan lama waktu perendaman yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase jantan dan betina ikan cupang (B. splendens) dan lama waktu perendaman yang terbaik adalah pada perlakuan D dengan lama waktu perendaman 24 jam yang menghasilkan persentase jantan sebanyak 69,94%. Male Betta fish is one of popular ornamental fish. Male Betta fish has an aestethical feature, espicially on it’s caudal fin. The attempt to obtain the percentage of male fish can be done by sex reversing with embryos immersion in propolis. Propolis has a functions as antioxidant, such as chrysin, pinobaksin, vitamin C, catalase and pinocebrin. Chrysin is flavonoid-type which able to inhibit Aromatase enzyme (aromatase inhibitors). This research is conducted by applying completely randomized desing (CRD), which consists of 4 treatments and 3 replicates. The treatment is A 0 hour, B treatment for 8 hours, treatment C for 16 hours and D treatment for 24 hours with the same dose of 100 µl. Measuring variables this research were hatching rate, the percentage of males and females (%), survival rate (SR) and water quality. The results showed that embryos immersion in propolis with different lenght of time had significant different (P < 0.05) in male and female fish percentage, then it’s hatching rate and survival rate had not significant different (P > 0.05). The percentage of male fish in treatment A was 44.23%±1,50, treatment B was 48.68%±2,75, treatment C was 53.81%±1,84 and  treatment D was 69.94%±3,86. Water quality in the media, there is a range of decent maintenance for Betta fish farming (B. splendens). The conclusion of this research was that submergence using propolis in embryos with different immersion time gives a real influence against the percentage of males and females fish betta (B. splendens) and long soaking is best at the treatment D when with the old 24 hour immersion which produced 69.94% of male fish..
EVALUASI TEPUNG KEDELAI SEBAGAI SUMBER FITOESTROGEN DALAM PAKAN TERHADAP TINGKAT KANIBALISME BENIH IKAN LELE (Clarias sp.) Nazar, Danella Austraningsih Puspa; Sudrajat, Agus Oman; Arfah, Harton; Wahjuningrum, Dinamella; Maulana, Fajar
Jurnal Riset Akuakultur Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Jembrana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jra.17.3.2022.145-153

Abstract

Beberapa upaya yang dilakukan untuk menanggulangi adanya kanibalisme pada ikan adalah dengan pemberian hormon sintesis estradiol-17β dan pemberian asam amino triptofan (bahan baku biosintesis serotonin) dalam pakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian tepung kedelai terhadap tingkat kanibalisme benih ikan lele. Tiga dosis perlakuan penambahan tepung kedelai yaitu: 0 (Kontrol), 50 (TK50), dan 100 g kg-1 pakan (TK100). Terdapat dua perlakuan kontrol yaitu penambahan hormon menggunakan 17α-metiltestosteron 30 mg kg-1 pakan (MT) dan estradiol-17β 50 mg kg-1 pakan (E2). Penelitian ini menggunakan benih ikan lele berukuran 2,90 ± 0,41 cm dengan padat tebar 2000 ekor m-2. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari (07.00, 12.00, dan 18.00). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan menggunakan lima perlakuan yang masing masing diulang sebanyak tiga kali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan TK100 pada pakan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, menekan adanya kanibalisme serta ikan yang berpotensi kanibal (P<0,05). Hasil dari kinerja pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai laju bobot mutlak, laju panjang mutlak, laju panjang spesifik, dan koefisien keragaman panjang memiliki hasil yang berbeda nyata antarperlakuan (P<0,05) dan perlakuan laju bobot spesifik tidak berbeda nyata (P>0,05). Penambahan tepung kedelai dalam pakan mampu menekan adanya kanibalisme pada benih ikan lele sebesar 21,21%. Penurunan kanibalisme tersebut sejalan dengan adanya peningkatan kelangsungan hidup pada benih. Suplementasi tepung kedelai dalam pakan dapat menjadi alternatif solusi untuk penurunan tingkat kanibalisme pada pemeliharaan benih ikan lele.Several attempts have been made to reduce cannibalism in fish by supplementing the synthetic hormone estradiol-17β and amino acid tryptophan (raw material for serotonin biosynthesis) in feed. This study aimed to evaluate the effect of soybean meal on the level of cannibalism of catfish fingerlings. Three treatment doses of the supplementation of soybean meal were 0 (Control), 50 (TK50), and 100 g kg-1 feed (TK100). There were two control treatments, with the addition of hormones using 17α-methyltestosterone 30 mg kg-1 feed (MT) and estradiol-17β 50 mg kg-1 feed (E2). This study used catfish fingerlings measuring 2.90 ± 0.41 cm with a stocking density of 2000 m-2. The experiment was conducted for 30 days, thrice daily feeding (07.00, 12.00, and 18.00). The experiment was arranged in a completely randomized design using five treatments with triplicates. The results show that TK100 produced an increased survival rate and suppressed cannibalism level and potentially cannibalistic fish (P<0.05). The growth performance results show that the total weight rate, relative length rate, specific length rate, and length variation coefficient of catfish fingerlings were significantly different among the treatments (P<0.05). However,  the specific weight rate of catfish fish fingerlings was not significantly different among the treatments (P>0.05). The supplementation of soybean meal in feed suppresses cannibalism in the catfish seeds by 21.21%. The decrease in cannibalism was strongly correlated with the increase in the fingerlings’ survival rate. Supplementing soybean meal in feed can be an alternative solution to reduce cannibalism in catfish seed rearing.