Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN TEPUNG TESTIS SAPI TERHADAP KEBERHASILAN MENGHASILKAN JANTAN IKAN CUPANG (Betta sp.) Gemilang, Benediktus Rianwara Ilham; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.681 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemberian tepung testis sapi (TTS) terhadap keberhasilan menghasilkan ikan cupang jantan dan mengetahui lama waktu terbaik pemberian tepung testis sapi (TTS) terhadap keberhasilan menghasilkan ikan cupang jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Beih Ikan (BBI) Siwarak, Ungaran, pada bulan Desember 2014-Maret 2015. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan cupang yang kuning telurnya sudah habis dan sudah dapat mencerna pakan buatan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu percampuran tepung testis sapi (TTS) dengan pakan komersil dengan dosis 15% dalam interval waktu yang telah ditentukan yaitu 0 perlakuan A, 7 hari perlakuan B, 14 hari perlakuan C, dan 21 hari perlakuan D. Variabel yang diamati adalah persentase ikan cupang jantan dan betina. Analisa data menggunakan ANOVA dan apabila terjadi perbadaan dilakukan uji lanjut yaitu Uji Duncan. Jenis kelamin dibedakan berdasarkan pengamatan secara morfologis dan menggunakan metode asetokarmin. Hasil pengamatan yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang sangat nyata terhadap pengaruh lama waktu pemberian tepung testis sapi. Persentase kelamin jantan perlakuan A yaitu sebesar 41,14+0,23, perlakuan B sebesar 44,78+0,53%, perlakuan C sebesar 51,57+1,48 dan  perlakuan D sebesar 65,10+2,07%. Persentase kelamin betina perlakuan A sebesar 58,86+0,39, perlakuan B sebesar 55,22+0,53, pelakuan C sebesar 48,42+1,48, nilai terkecil diperoleh pelakuan D sebesar 34,90+2,07. Hasil dari kelulushidupan perlakuan A sebesar 52,67+1,53, perlakuan B sebesar 54,33+3,21, perlakuan C sebesar 56,00+4,00 dan perlakuan D sebesar 62,00+2,65. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang nyata terhadap pemberian tepung testis sapi. Lama waktu terbaik dalam keberhasilan menghasilkan ikan cupang jantan selama 21 hari dengan dosis 15% yaitu sebesar 65,10+2,07%. This study aims to determine the effect of long meal cow testicles (TTS) to produce a successful male betta fish and determine the length of time the best meal of beef testicles (TTS) to produce a successful male betta fish. The research was conducted in the Balai Benih Ikan (BBI) Siwarak, Ungaran, in December 2014-March 2015. The fish were used in this study is betta fish larvae yolk has been depleted and can digest feed. The experiment was completely randomized design (CRD) 4 treatments and 3 repetitions, ie mixing flour cow testicles (TTS) with commercial feed with a dose of 15% in the time interval that has been determined is 0 A, B 7 days of treatment, 14 days C treatment, and 21 days of treatment D. The observed variables were the percentage of male and female betta. Data were analyzed using ANOVA and in case of spending a further test is carried out Duncan test. Gender differentiated by morphological observation and using asetokarmin. Observations obtained from this study is that there is a very real impact on the long meal of beef testicles. The percentage of male sex treatment of A is 41.14 + 0.23, equal treatment of B  44.78 + 0.53, equal treatment of  C 51.57 + 1.48 and for the treatment of D 65.10+2.07%. The percentage of female treatment A of 58.86 + 0.39, the treatment of B 55.22+ 0,53, for the commission of C  48.42 + 1.48, the smallest value obtained by the commission of D 34.90 + 2.07. Results of treatment of A survival 52.67 + 1.53, treatment of B 54.33 + 3.21, treatment of C 56.00 + 4.00 and  for treatments D 62.00+ 2.65. The conclusion of this study is that there is a real impact on the provision of flour cow testicles. The length of time to produce the best success in the male betta fish for 21 days with a dose of 15% is equal to 65.10+2.07%.
PENGARUH pH MEDIA PEMIJAHAN YANG BERBEDA TERHADAP PERSENTASE JANTAN & BETINA DAN KELULUSHIDUPAN IKAN CUPANG (Betta splendens Regan) Arfa, Mochammad; Suminto, - -; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.658 KB)

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens Regan) merupakan salah satu jenis ikan hias yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan cupang yang berkelamin jantan mempunyai warna yang lebih menarik dan memiliki nilai komersial lebih tinggi daripada betina. Upaya untuk memperoieh persentase jantan dapat dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan dengan menggunakan pH. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan pH yang berbeda pada media pemijahan terhadap persentase jantan & betina dan kelulushidupan Ikan Cupang (Betta splendens Regan). Bahan yang digunakan untuk mengatur pH adalah asam fosforik (H3PO4) yang sudah banyak digunakan oleh kalangan pembudidaya ikan hias untuk pemijahan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga Januari 2017 di Pokdakan APPIHIS jalan perbalan nomer 39 Semarang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental desain, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan pH yang berbeda pada media pemijahan Ikan Cupang. Perlakuan tersebut adalah A yang merupakan perlakuan dengan pH 6, Perlakuan B dengan pH 7 dan Perlakuan C dengan pH  8.  Data yang diamati meliputi persentase jantan dan betina (%), kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pH yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase jantan dan betina sedangkan SR tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Perlakuan C menghasilkan persentase jantan paling tinggi sebesar 70,41 %. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran layak untuk budidaya Ikan Cupang (Betta splendens Regan). Betta fish (Betta splendens Regan) is one of ornamental fish with high economic value. Male betta fish have more attractive color and higher commercial value than females. The male percentage obtains by environment manipulation using potential of hydrogen (pH). The aims of the study was to determine the effect of pH differences on spawning media to the male & female percentage and also survival rate of betta fish (Betta splendens Regan). Materials used to regulating the pH is phosphoric acid (H3PO4) that already used in spawning process widely by the ornamental fish breeders. This research conducted in October 2016 until January 2017 in APPIHIS secretariat at Perbalan street number 39 Semarang. This research was used the experimental design method, designed by in completely randomized design with 3 treatments and 4 replications. The treatment in this study was the use of pH diffenrences on betta fish spawning media. Those treatments are treatment A with an pH 6, treatment B with an pH 7 and treatment C with pH 8. The observed data are male and female percentage (%), survival rate (SR) and water quality. The result shows that pH differences had significant effect (P <0.05) on males and females percentage, while it is not significant in SR (P> 0.05). The treatment C showed that highest male percentage of 70.41%. The culture media water quality were on proper range for betta fish (Betta splendens Regan) culture.
PENGARUH PENAMBAHAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (RGH) PADA PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELULUSHIDUPAN BENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) Putra, Adhika Widya; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.036 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan recombinant Growth Hormone (rGH) pada pakan dengan kadar protein tinggi terhadap pertumbuhan dan mengetahui kadar protein terbaik serta tingkat kelulushidupan benih ikan Gurame strain Bastar (Osphronemus gouramy) pada fase pendederan benih. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) Muntilan, Jawa Tengah. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan gurame bastar, berumur 10 hari setelah menetas. rGH yang digunakan adalah recombinant Epinephelus lanceolatus Growth Hormone (rElGH). Pembuatan larutan rGH untuk 1 kg pakan adalah pencampuran rGH 2 mg + kuning telur 20 gram + larutan Phosphate Buffered Saline (PBS) 100 ml, dicampur & disemprotkan secara merata ke pakan dan diberikan secara at satiation setiap 3 hari 2 kali. Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu: perlakuan A (pakan protein 37% + rGH), perlakuan B (pakan protein 40% + rGH) dan perlakuan C (pakan protein 43% + rGH), dan perlakuan D (pakan protein 46% + rGH) masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Variabel yang diukur meliputi: Panjang Total, Bobot Total, Specific Growth Rate (SGR), Feed Conversion Ratio (FCR), Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP), Survival Rate (SR) dan Kualitas Air. Data dianalisa dengan analisa ragam anova dan deskriptif. Pendederan benih berlangsung selama 60 hari. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi rGH dan pakan dengan kadar protein tinggi, menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap Panjang Total, Bobot Total, SGR, FCR, dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap SR benih ikan gurame. Nilai pertumbuhan dan tingkat kelulushidupan terbaik didapatkan pada perlakuan C dengan nilai Panjang Total: 3,12±0,006 cm, Bobot Total: 1,38±0,07 gram, SGR: 4,28±0,05% per hari, FCR: 1,05±0,04, EPP: 93,66±3,34 dan SR: 85,34±2,08%.This research aims to assess the added effect of recombinant growth hormone (rGH) in feed with high protein content on the growth and knowing the best protein content and survival rate of fish seed strain Gurame (Osphronemus gouramy) in seed nursery phase. This research was conducted in Balai Perbenihan dan Budidaya Air Tawar  ( BPBIAT ) Muntilan, Central Java. Test fish used are bastar strain gouramy, aged 10 days after hatching. rGH used is a recombinant Ephinephelus lanceolatus Growth Hormone. Made of combination between rGH for 1 kg of feed is mixing rGH 2 mg + yolk 20 g + solution Phosphate Buffered Saline ( PBS ) 100 ml , mixed and sprayed evenly to feed and fed by at satiation every 3 days 2 times. This research used Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments, ie : treatment A ( feed protein 37 % + rGH ) , treatment B ( feed protein 40 % + rGH ) and treatment C ( feed protein 43 % + rGH ) , and treatment D ( 46 % protein feed + rGH ), each treatment was repeated 3 times. Variables measured include: Total Length , Total Weight , Specific Growth Rate ( SGR ) , Feed Conversion Ratio ( FCR ) , Survival Rate (SR), Efficiency of Feed Utilization (EFU) and Water Quality. Data were analyzed by analysis of variance ANOVA and descriptive. Separating the seeds lasts for 60 days. The results showed that the combination of RGH and feed with high protein content , showed highly significant effect ( P <0.05 ) of the Total Length , Total Weight, SGR , FCR , and no significant effect ( P >0.05 ) to SR fish seed. Value growth and the level of the best survival was found in treatment C with a value Length Total : 3.12 ± 0.006 cm , Weight Total : 1.38 ± 0.07 grams , SGR : 4.28 ± 0.05 % per day , FCR : 1.05±0.04 , EPP: 93.66±3.34 and SR : 85.34 ± 2.08% .
PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN RECOMBINANT GROWTH HORMONE (rGH) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN LARVA NILA SALIN (Oreochromis niloticus) Perwito, Bambang; Hastuti, Sri; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.412 KB)

Abstract

Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan bernilai ekonomis tinggi dan banyak dikonsumsi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan rekayasa budidaya untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu perendaman rGH dan mengetahui lama waktu perendaman rGH yang optimal digunakan untuk memacu pertumbuhan dan kelulushidupan larva nila salin. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan dan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Tengah, pada bulan Oktober – Desember 2014. Ikan uji yang digunakan adalah larva ikan nila salin yang telah habis kuning telur. Pemeliharaan dilakukan selama 35 hari. Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A direndam rGH 2,5 mg/L selama 0 menit (kontrol), B direndam rGH 2,5 mg/L selama 30 menit, C direndam rGH 2,5 mg/L selama 60 menit, D direndam rGH 2,5 mg/L selama 90 menit. Variabel yang diukur meliputi laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, total konsumsi pakan, kelulushidupan, dan kualitas air. Nilai laju pertumbuhan spesifik adalah A 11,45±0,19%/hari; B 14,09±0,49%/hari; C 13,36±0,20%/hari; dan D 12,51±0,23%/hari. Nilai pertumbuhan panjang mutlak adalah A 3,37±0,14cm; B 4,02±0,13cm; C 3,75±0,22cm; dan D 3,72±0,28cm. Nilai total konsumsi pakan adalah A 13,88±1,60g; B 17,83±4,79g; C 17,27±1,66g; dan D 16,96±2,39g. Nilai kelulushidupan adalah A 67,78±1,92%; B 83,33±3,33%; C 77,78±1,92%; dan D 72,22±1,92%. Dengan demikian, lama waktu perendaman rGH berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan kelulushidupan larva nila salin namun tidak berpengaruh nyata terhadap total konsumsi pakan larva nila salin. Lama waktu perendaman optimum untuk meninngkatkan pertumbuhan dan kelulushidupan larva nila salin adalah berkisar antara 46,5 – 55,3 menit. Tilapia is one of fish species with high economic value, and consumed by many people. Based on that statement, should the holding of manipulation culture to fulfill nedds and society request. This study aimed to determine the effect of time immersion RGH and determine the optimal length of time immersion to stimulate the growth and survival of larvae saline tilapia. This research was conducted at the Center for Development and Brackish Water Aquaculture Jepara, Central Java, in October-December 2014. The test fish used is saline tilapia larvae that have depleted egg yolk. Maintenance is carried out for 35 days. This study uses 4 treatments and 3 replications namely A immersion RGH 2.5 mg / L for 0 minutes (control), B immersion RGH 2.5 mg / L for 30 minutes, C immersion RGH 2.5 mg / L for 60 minutes, D immersion RGH 2.5 mg / L for 90 minutes. Variables measured include the specific growth rate, the growth of absolute length, total feed consumption, survival, and water quality. The value of the specific growth rate is A 11.45 ± 0.19%/day; B 14.09 ± 0.49%/day; C 13.36 ± 0.20%/day; and D 12.51 ± 0.23%/day. Value growth in the absolute length is A 3.37 ± 0.14cm; B 4.02 ± 0.13cm; C 3.75 ± 0.22cm; and D 3.72 ± 0.28cm. The total value of feed consumption is A 13.88 ± 1.60g; B 17.83 ± 4.79g; C 17.27 ± 1.66g; and D 16.96 ± 2.39g. Value survival is A 67.78 ± 1.92%; B 83.33 ± 3.33%; C 77.78 ± 1.92%; and D 72.22 ± 1.92%. Thus, time immersion RGH significantly affect the specific growth rate, the growth and survival of larvae absolute length indigo copy but did not significantly affect total feed intake of saline tilapia larvae. Optimum time immersion at enhancing the growth and survival of larvae saline tilapia is ranged from 46.5 to 55.3 minutes.
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG TESTIS SAPI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP KEBERHASILAN JANTANISASI PADA IKAN CUPANG (Betta sp.) Rachmawati, Dyhar; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.578 KB)

Abstract

Ikan cupang merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer dan banyak digemari masyarakat. Perkembangan ikan cupang cukup pesat karena mudah untuk dipelihara. Namun, penggemar ikan hias ini lebih menyukai ikan jantan daripada betina karena ikan jantan memiliki nilai estetika dan warna yang lebih bagus dan menarik serta memiliki profit yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung testis sapi terhadap persentase kelamin benih ikan cupang jantan dan betina, serta dosis terbaik. Penelitian dilaksanakan di Balai Benih Ikan Siwarak, Ungaran pada bulan Desember 2014-Maret 2015 dengan metode penelitian menggunakan ekperimental. Rancangan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Dosis yang digunakan adalah perlakuan A dengan dosis 0%, perlakuan B 5%, perlakuan C 10%, perlakuan D 15%, dan perlakuan E 20% dengan pemeliharaan selama 21 hari. Variabel yang diukur meliputi persentase kelamin jantan dan betina, laju kelulushidupan (SR), dan kualitas air. Analisis data menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut yaitu dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase jantan dan betina perlakuan A sebesar 42,11%±1,64;57,89%±1,64, perlakuan B sebesar 45,77%±1,92;54,23%±1,92, perlakuan C sebesar 54,43%±3,46;45,57%±3,46, perlakuan D sebesar 65,18%±2,15;34,82%±2,15, dan perlakuan E sebesar 75,46%±2,72;24,54%±2,72. Hasil kelulushidupan (SR) perlakuan A sebesar 53%±1,73, perlakuan B sebesar 55,33%±1,53, perlakuan C sebesar 60%±2,00, perlakuan D sebesar 61,33%±3,21, dan perlakuan E sebesar 69,33%±1,15. Kualitas air selama penelitian masih berada dalam kisaran yang layak untuk kehidupan ikan cupang yaitu suhu 26-270C; pH 6-7; DO 4,06-4,89mg/l. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang nyata terhadap pemberian tepung testis sapi selama 21 hari dengan dosis terbaik 20% dan menghasilkan persentase kelamin jantan tertinggi sebesar 75,46%±2,72.Betta fish is one type of freshwater fish are popular and highly favored by the people. Betta fish development is very fast because it is easy to maintain. However , fans betta fish prefer males than females because male fish have aesthetic value , the color is more attractive and has a higher profit. This study aimed to determine the effect of the testis flour cows on the percentage of seed sex male and female betta fish , as well as the best dose. Research conducted at the Fish Seed Center Siwarak , Ungaran in December 2014 - March 2015 by using experimental research methods. The design used is RAL (Rancangan Acak Lengkap) with 5 treatments and 3 replications. The dose used is a treatment with a dose of treatment A 0 % , treatment B 5 %, treatment C 10 %, treatment D 15 %, and treatment E 20 % with maintenance for 21 days. Measured variables include the percentage of male and female, survival rate ( SR ), and water quality. Data analysis using ANOVA and if there is a noticeable difference then conducted a further test is the test of Duncan. Results of the percentage of male and females treatment A has a value of 42.11%±1.64 ; 57.89%±1.64, treatment B has a value of 45.77%±1.92 ; 54.23%±1.92, treatment C has a value of 54.43%±3.46 ; 45.57%±3.46, treatment D has a value of 65.18%±2.15 ; 34.82%±2.15, and treatment E has a value of 75.46%±2.72 ; 24.54%±2.72. Results of the survival rate (SR) treatment A has a value of 53%±1.73, treatment B has a value of 55.33%±1.53, treatment C has a value of 60%±2.00, treatment D has a value of 61.33%±3.21, and treatment E has a value of 69.33%±1.15. Water quality during the research is still in reasonable range for the life of Betta fish are temperature 26-27oC; pH 6-7; DO 4.06-4.89mg/l . The conclusion from this study is that there is a real impact on the provision of flour cow testicle, the best dose given was 20%, and the highest percentage of male sex amounts to 75.46%±2.72.
KEBERHASILAN JANTANISASI IKAN RAINBOW (Melanotaenia sp.) DENGAN STADIA YANG BERBEDA MELALUI PERENDAMAN TEPUNG TESTIS SAPI Himawan, Asrul; Hastuti, Sri; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.129 KB)

Abstract

Ikan rainbow (Melanotaenia sp.) merupakan salah satu ikan hias yang banyak dicari oleh penggemar ikan hias. Ikan rainbow jantan mempunyai kelebihan dibandingkan betinanya antara lain lebih cepat pertumbuhannya, postur tubuh lebih besar, dan warna yang lebih cerah. Sehingga ikan rainbow jantan lebih bernilai ekonomis dibandingkan yang betina. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan melakukan metode pengarahan jenis kelamin. Penelitian  ini bertujuan untuk mengetahui stadia terbaik dengan penggunaan tepung testis sapi (TTS) untuk keberhasilan jantanisasi pada ikan rainbow (Melanotaenia sp.). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor (dosis dan stadia) dengan 3 kali ulangan. Ikan uji yang digunakan telur berumur 3 hari dengan kepadatan 100 butir dan larva yang baru menetas dengan kepadatan 100 ekor per wadah dengan waktu pemeliharaan 60 hari. Perlakuan tersebut adalah A1B1 (telur umur 3 hari dengan dosis 0 ppm), perlakuan A1B2 (larva baru menetas dengan dosis 0 ppm), perlakuan A2B1 (telur umur 3 hari dengan dosis 80 ppm), dan perlakuan A2B2 (larva baru menetas dengan dosis 80 ppm) dengan waktu perendaman yaitu 24 jam. Data yang diamati meliputi derajat penetasan telur, persentase jantan dan betina (%), kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa derajat penetasan telur ikan rainbow adalah pada perlakuan A1B1 95,67%+0,58 dan perlakuan A2B1 95,67%+2,08. Persentase kelamin jantan dan kelamin betina tertinggi pada perlakuan A2B1 74,22%+1,85 dan perlakuan A1B1 yaitu 64,30%+1,75. Kelulushidupan (SR) ikan rainbow tertinggi adalah pada perlakuan C 98,61%+0,57. Kualitas air pada media pemeliharaan pada kisaran layak untuk budidaya Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.) yaitu suhu 26-280C; pH 7,0-8,0; dan DO 4,3-5,0 mg/l. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perendaman menggunakan tepung testis sapi dengan stadia yang berbeda pada perendaman telur maupun larva memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase jantan dan betina sedangkan pada derajat penetasan dan kelulushidupan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Perlakuan terbaik adalah perlakuan A2B1 (telur umur 3 hari) merupakan stadia terbaik menghasilkan persentase kelamin jantan sebesar 74,22%+1,85.Rainbow fish (Melanotaenia sp.) is one of the ornamental fish which has a sought by ornamental fish lover. The male rainbow fish has more interesting physical appearance than the female, for instance its rapid growth, bigger posture and brighter body color. Sex reversal is a possible way to enhance the male fish. This study aims to determine the best stadia with the use of cow testis flour (CTF) for succeeding the  masculinization on rainbow fish (Melanotaenia sp.). This research was conducted by using experimental method and factorial completely randomized design consisted of 2 factors (dosage and stage) with 3 replications. The object of this research used 3 days age of  eggs with 100 grains density and newly hatched larvae with a density of 100 individuals per container with 60 days cultivation. The treatments were A1B1 (3 days age eggs with 0 ppm CTF), treatment A1B2 (newly hatched larvae with 0 ppm CTF), A2B1 treatment (3 days age of eggs with 80 ppm CTF), and A2B2 treatment (newly hatched larvae with 80 ppm CTF) with 24 hours of submersion. The parameters of this research were hatching rate, male and female percentage (%), survival rate (SR) and water quality. The results showed that the highest hatching rate of rainbow eggs was at treatment A1B1 95.67% + 0,58 and A2B1 95,67% + 2.08. The highest percentage of male rainbow fish was at treatment A2B1 98,61% + 0,57. The quality water in cultivation media was in the proper range for rainbow fish cultivation (Melanotaenia sp.) as the  temperature 26-280C; pH 7,0-8,0; and DO 4.3-5.0 mg/l. The conclusion of this research was that different stage of rainbow fish submersion with cow testicle flour on eggs and larvae showed  signifcant effect (P <0.05) on the percentage of males and females while the hatching rate and survival rate did not showed significant effect (P>0.05). Treatment A2B1 was the best result as it produced 74,22±1,85% of male rainbow fish. 
PENGARUH JUS NANAS DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP DERAJAT PEMBUAHAN DAN PENETASAN TELUR IKAN PATIN (Pangasius pangasius) Larasati, Stya; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.951 KB)

Abstract

Ikan patin (Pangasius pangasius) merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kendala dalam budidaya ikan patin ini adalah proses pemijahan, salah satunya adalah rendahnya derajat penetasan telur. Hal ini disebabkan telur ikan patin mempunyai daya rekat yang menyebabkan telur menggumpal. Sifat adhesive pada telur disebabkan karena adanya lapisan glukoprotein atau senyawa gula dan protein yang terdapat pada permukaan telur. Upaya untuk menghilangkan daya rekat pada telur ikan patin salah satunya adalah dengan pemberian jus nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus nanas pada telur ikan patin dengan konsentrasi berbeda terhadap derajat pembuahan dan penetasan telur ikan patin (P. Pangasius). Penelitian ini dilaksanakan di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar  (PBIAT) Ngrajek, Magelang pada bulan Januari - Maret 2017. Ikan uji yang digunakan adalah telur ikan patin yang berasal dari pemijahan sepasang induk jantan dan betina dengan bobot 1,8 kg – 2,5 kg. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan yakni perlakuan A (tanpa jus nanas), perlakuan B (1 % jus nanas), perlakuan C (2 % jus nanas) dan perlakuan D (3% nanas). Variabel yang diukur meliputi tingkat pembuahan telur (FR), tingkat penetasan telur (HR), kelulushidupan (SR) dan kualitas air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas pada telur ikan patin berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kelulushidupan dan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05) terhadap tingkat pembuahan dan tingkat penetasan. Perlakuan B menunjukkan hasil terbaik terhadap tingkat pembuahan 83,15 % ± 6,61, tingkat penetasan 70,95% ± 6,40 dan kelulushidupan 63,54 % ± 1,36. Catfish ( pangasius pangasius )  is a commodities that have high economic value.The problem faced on catfish the process of spawning .one of them is the low degrees of  hatching rate .because catfish eggs has an  adhesive power that causes eggs clot . Of the nature of adhesive on eggs caused as a result of the layers of glukoprotein or compound sugar and proteins on the surface of the egg. One of the efforts to deprive  adhesive power of  egg catfish is giving a  pineapples juice .The purpose of this study is to understand  of the influence of the provision from pineapples juice to egg catfish by the different concentration against degrees fertilization and hatching rate eggs catfish ( P .Pangasius ) . The research conducted in working unit spawning and cultivation of fish freshwater ( PBIAT ) Ngrajek , Magelang from january to march 2017 .Fish test used is catfish eggs  derived from spawning a pair of broodstoke male and female with weights 1.8 kg - 2.5 kg . This reaserch used experimental method with completely randomized design (CRD) consisting of 4 treatments with 3 time repetitions. The treatment A ( without pineapples juice ) , treatment B( 1 %  pineapples juice ) , treatment C ( 2 % pineapples juice) and treatment D (3 % pineapples juice) .Variable measured covering level fertilization rate (FR), hatching rate ( HR ) , survival rate ( SR ) and water quality .This research result indicates that the the juice of pineapples to the catfish eggs significantly( P< 0.05) of survival rate and not significantly ( P> 0.05 ) on the fertilization degrees and hatching degrees .Treatment B results showed best on the fertilization rate 83,15 % ± 6,61 ,hatching rate 70,95 % ± 6.40 and survival rate 63,54 % ± 1.36 .
PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN EMBRIO DALAM PROPOLIS TERHADAP MASKULINISASI IKAN CUPANG (Betta splendens) Nazar, Danella Austraningsih Puspa; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.425 KB)

Abstract

Ikan cupang (Betta splendens) berkelamin jantan merupakan salah satu jenis ikan yang digemari oleh masyarakat. Ikan cupang berkelamin jantan memiliki keunggulan pada bentuk dan warnanya. Upaya untuk memperoleh populasi jantan dapat dilakukan dengan cara pengalihan kelamin dengan melakukan perendaman embrio dalam propolis. Propolis berfungsi sebagai antioksidan, diantaranya adalah chrysin, pinobaksin, vitamin C, katalase dan pinocebrin. Zat chrysin merupakan salah satu jenis flavonoid yang diakuai sebagai salah satu penghambat enzim aromatase atau lebih dikenal sebagai aromatase inhibitor. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah A 0 jam, perlakuan B selama 8 jam, perlakuan C selama 16 jam dan perlakuan D selama 24 jam dengan dosis yang sama yaitu 100µl. Data yang diamati meliputi derajat penetasan, persentase jantan dan betina (%), kelulushidupan (SR) dan kualitas air.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman menggunakan propolis pada embrio dengan lama waktu yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase jantan dan betina sedangkan pada derajat penetasan dan kelulushidupan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Persentase kelamin jantan pada perlakuan A sebesar 44,23%±1,50, perlakuan B sebesar 48,68%±2,75, perlakuan C sebesar 53,81%±1,84 dan perlakuan D sebesar 69,94%±3,86. Kualitas air pada media pemeliharaan terdapat pada kisaran layak untuk budidaya Ikan Cupang (B. splendens). Kesimpulan dari penelitian ini adalah perendaman menggunakan propolis dalam embrio dengan lama waktu perendaman yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase jantan dan betina ikan cupang (B. splendens) dan lama waktu perendaman yang terbaik adalah pada perlakuan D dengan lama waktu perendaman 24 jam yang menghasilkan persentase jantan sebanyak 69,94%. Male Betta fish is one of popular ornamental fish. Male Betta fish has an aestethical feature, espicially on it’s caudal fin. The attempt to obtain the percentage of male fish can be done by sex reversing with embryos immersion in propolis. Propolis has a functions as antioxidant, such as chrysin, pinobaksin, vitamin C, catalase and pinocebrin. Chrysin is flavonoid-type which able to inhibit Aromatase enzyme (aromatase inhibitors). This research is conducted by applying completely randomized desing (CRD), which consists of 4 treatments and 3 replicates. The treatment is A 0 hour, B treatment for 8 hours, treatment C for 16 hours and D treatment for 24 hours with the same dose of 100 µl. Measuring variables this research were hatching rate, the percentage of males and females (%), survival rate (SR) and water quality. The results showed that embryos immersion in propolis with different lenght of time had significant different (P < 0.05) in male and female fish percentage, then it’s hatching rate and survival rate had not significant different (P > 0.05). The percentage of male fish in treatment A was 44.23%±1,50, treatment B was 48.68%±2,75, treatment C was 53.81%±1,84 and  treatment D was 69.94%±3,86. Water quality in the media, there is a range of decent maintenance for Betta fish farming (B. splendens). The conclusion of this research was that submergence using propolis in embryos with different immersion time gives a real influence against the percentage of males and females fish betta (B. splendens) and long soaking is best at the treatment D when with the old 24 hour immersion which produced 69.94% of male fish..
ANALISIS KARAKTER REPRODUKSI HASIL PERSILANGAN ANTARA IKAN NILA PANDU F6 DAN NILA MERAH LOKAL AQUAFARM DENGAN SISTEM RESIPROKAL Pratiwi, Rahayu; Basuki, Fajar; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.723 KB)

Abstract

Ikan nila adalah ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting, proses budidaya yang mudah, dan disukai oleh masyarakat. Hal ini mendorong pembudidaya untuk menghasilkan ikan nila spesies baru dengan strain unggul melalui persilangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter reproduksi dari persilangan ikan nila Pandu F6 dengan strain ikan nila merah lokal aquafarm secara resiprokal dan mengetahui persilangan antar strain ikan nila Pandu F6 dan nila merah lokal aquafarm secara resiprokal yang menghasilkan karakter reproduksi dan performa benih pendederan I yang lebih baik. Ikan nila dengan bobot rata-rata betina 180 – 230 g/ekor dan rata-rata jantan 250 – 380 g/ekor. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian ini menggunakan perlakuan sebagai berikut: perlakuan A (strain nila Pandu F6 ♂ >< nila Pandu F6 ♀), perlakuan B (strain nila Pandu F6 ♂ >< nila merah lokal aquafarm ♀), perlakuan C (strain nila merah lokal aquafarm ♂ >< nila Pandu F6 ♀) dan perlakuan D (strain nila merah lokal aquafarm ♂ >< nila merah lokal aquafarm ♀). Parameter yang diamati meliputi fekunditas, hatching rate (HR), bobot dan diameter telur, bobot dan panjang larva kuning telur, bobot dan panjang larva lepas kuning telur, laju pertumbuhan spesifik (SGR), rasio konversi pakan (FCR), kelulushidupan (SR), dan kualitas air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0.05) terhadap karakter reproduksi panjang larva lepas kuning telur 0,97±0,08 cm, fekunditas 432,33±42,90 butir telur/200 g, Hatching rate (HR) 72,22±0,56 %, laju pertumbuhan spesifik (SGR) 6,97±0,79 %, rasio konversi pakan (FCR) 0,89±0,07, dan kelulushidupan (SR) 72,62±0,47 % dan hasil persilangan terbaik didapatkan pada perlakuan A (strain pandu F6 ♂ dengan nila pandu (F6) ♀) dan perlakuan C (strain nila merah lokal aquafarm ♂ dengan nila pandu F6 ♀) dilihat dari karakter reproduksi pada panjang larva lepas kuning telur, fekunditas, hatching rate (HR), laju pertumbuhan spesifik (SGR), rasio konversi pakan (FCR), dan kelulushidupan (SR). Tilapia was a freshwater fish that has an important economic value, the cultivation process was easy, and favored by the public. It encourages farmers to produce a new species of tilapia with superior strains through crossbreeding. This study was aimed to knowing the reproduction character of tilapia Pandu F6 cross with local strain red tilapia fish aquafarm reciprocally and to knowing crosses between strain of tilapia Pandu F6 and local strain red tilapia fish aquafarm reciprocally that produce better  reproduction character and seed nursery performance. Females tilapia with an average weight of 180-230 g/fish and the average of male 250-380 g/fish. This study used an experimental method completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. This study uses a treatment include: treatment A (strain pandu tilapia fish (F6) ♂ >< pandu tilapia fish F6 ♀), treatment B (strain pandu tilapia fish F6 ♂ >< local red tilapia aquafarm ♀), treatment C (strain of local red tilapia aquafarm ♂ >< pandu tilapia fish F6 ♀) and treatment D (strains of local red tilapia aquafarm ♂ >< local red tilapia aquafarm ♀). The parameters observed were fecundity, hatching rate (HR), the weight and diameter of eggs, weight and length of larvae yolk, weight and length of the larvae off the yolk, the specific growth rate (SGR), feed conversion ratio (FCR), survival rate (SR) , and water quality. These results indicate that there was a significant effect (P <0.05) on the reproduction character length of the larvae off the yolk 0,97±0,08 cm, specific growth rate (SGR) 6.97±0.79 %, feed conversion ratio (FCR) 0.89±0.07 and survival rate (SR) 72.62±0.47 %  and best crosses result obtained in the treatment A (strain of Pandu tilapia fish F6 ♂ >< pandu tilapia fish F6 ♀) and treatment C (strains of red tilapia local aquafarm ♂ with pandu tilapia fish F6 ♀) seen from reproduction character such as the length of the larvae off the yolk, fecundity, hatching rate (HR), specific growth rate (SGR), feed conversion ratio (FCR) and survival rate (SR).
PENGGUNAAN EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA UNTUK PEMBIUSAN BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PENGANGKUTAN SISTEM TERTUTUP Prasetyo, Muhammad Deny Haris; Desrina, - -; Yuniarti, Tristiana
Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017
Publisher : Journal of Aquaculture Management and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.833 KB)

Abstract

Pengangkutan benih ikan jarak jauh membutuhkan bahan anastesi yang bertujuan menurunkan metabolisme ikan. Salah satu sumber anastesi yang potensial secara alami terdapat di Indonesia adalah akar tuba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak akar tuba dengan dosis berbeda terhadap kelulushidupan benih ikan nila pada pengangkutan sistem tertutup, mengetahui dosis pemberian ekstrak akar tuba terbaik dan mengetahui pengaruh pemberian anastesi ekstrak akar tuba terhadap profil darah yang terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin, hematokrit. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan nila ukuran 6-8 cm, ekstrak akar tuba, sterofoam kotak, kantong plastik, mobil pengangkutan, pipet tetes, spuit suntik, dan antikoagulan (EDTA). Metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan, 3 ulangan dan waktu pengangkutan selama 10 jam. Dosis ekstrak akar tuba yang digunakan adalah perlakuan A: 0 ml/L, B: 0,3 ml/L, C: 0,4 ml/L, D: 0,5 ml/L dengan kepadatan benih ikan 30 ekor/L air. Hasil yang diperoleh menujukkan kelulushidupan benih pasca pengangkutan tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan menggunakan dosis 0,3 ml/L yaitu sebesar 70±0,03% dan kelulushidupan terendah terdapat pada perlakuan D dengan dosis 0,5 ml/L yaitu 28±0,01%. Hasil analisa profil darah menunjukkan jumlah leukosit berada pada kisaran normal dan untuk eritrosit, hematokrit, hemoglobin berada dibawah kisaran normal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dosis terbaik untuk penggunaan ekstrak akar tuba adalah 0,3 ml/L,  kelulushidupan tertinggi diperoleh sebanyak 70±0,03%. Profil darah leukosit berada pada kisaran normal dan eritrosit, hematokrit, hemoglobin berada dibawah kisaran normal. Pemberian ekstrak akar tuba potensial untuk digunakan sebagai bahan anastesi dalam pengangkutan benih nila sistem tertutup. The transportation of fish seed is done by farmers for long distance. In nature there are still many natural resources that can be used to be anastesi, including tuba roots. Anesthesia is required to make the fish faint during transportation. The material used in this study is 6-8 cm tilapia seeds, tuba root extract, box sterofoam, plastic bag, transport car, drip blade, injection syringe, EDTA bottle. The method used is experimental method. The experimental design used was Completely Randomized Design with 4 treatments, 3 replications, with time 10 hours of transport. The dosage of tuba root extract used was A: 0 ml/L, B: 0.3 ml/L, C: 0.4 ml/ L, D: 0.5 ml / L with 150 fish / fish density. The result obtained is the best life using dose 0,3 ml /L that is 70 ± 0,03 and lowest life with dose 0,5 ml/L that is 28 ± 0,01. As for the leukocyte blood profile in the normal range and for erythrocytes, hematocrit, hemoglobin is abnormal range. The result of the research, it can be concluded that the best dosage for tuba root extract is 0.3 ml/L, the best survival rate is 70±0,03%, leukocyte are in the normal range and erythrocytes, hematocrit, hemoglobin is below the normal. Giving of potential tuba root extract for use as an anesthetic in the transportation of nile tilapia seeds in closed systems.
Co-Authors - Desrina, - -, Linayati - Adhika Widya Putra, Adhika Widya Adimahsyaf, Nur Fadhilah Agung Sudaryono Alfabetian Harjuno Condro Haditomo Alfabetian Herjuno Condro Haditomo Anis Marfuah Arfa, Mochammad Arifianto Heraedi Aryanti, Astarini Shabrina Atikah, Hasna Aulia Andhikawati Bagus Pratama, Muhammad Ibaneza Bambang Perwito, Bambang Benediktus Rianwara Ilham Gemilang, Benediktus Rianwara Ilham Boedi Rachman Desrina, - - Dewi Nurhayati Dian Afdelima Sibarani, Dian Afdelima Diana Chilmawati Diana Rachmawati Dicky Harwanto Dio Patria Yustysi Dyhar Rachmawati, Dyhar Erlangga, Muhammad Zufar Fajar Basuki Faramida, Richa Na’imatul Fitriyatus Shoimah Himawan, Asrul Huda, Rachmat Nurul Iman Ihsanudin Indreswari, Annisa Rizkia Janet Rizkiana Kahan Dwi Supardi Laksono Trisnantoro Larasati, Stya Latifah Apriliana Maisyaroh Lestari Lakhsmi Widowati Linayati, Linayati Luhur Moekti Prayogo Mahardhika Nur Permatasari Mohammad Bahrus Syakirin Muhamad Rifqi Nazar, Danella Austraningsih Puspa Ozan Faozi Panji Inu Kertapati Pinandoyo Pinandoyo Prasetyo, Muhammad Deny Haris Rahayu Pratiwi, Rahayu Restiana Wisnu Ariyati Ristiawan Agung Nugroho Saidunnafi, Saidunnafi Setiawan, Arif Bayu Siti Qotijah Slamet Budi Prayitno Sofi Hanif Solly Aryza Sri Hastuti Sri Rejeki Sri Rejeki Subandiyono Subandiyono Suminto Suminto Suminto, - - Suroso Suroso Syah, Ibrahim Brilian Teguh Prayoga Tita Elfitasari Titik Susilowati Tri Yusufi Mardiana Ulin Nuha, Ulin Very Luftia Azizati, Very Luftia Vivi Endar Herawati Wildah Faizati Wisnu Hadi Triwinarso Yaeni, Tri Yahya, Muhammad Zulkham Yundari, Yundari