Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Aktivator HCl terhadap Karakteristik Karbon Aktif dari Ampas Kopi Oko, Syarifuddin; Mustafa, Mustafa; Kurniawan, Andri; Palulun, Ega Sthefani Bara
METANA Vol 17, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i1.37702

Abstract

Berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 2019, luas perkebunan kopi Provinsi Kalimantan Timur yaitu 2.529 Ha dengan produksi 223 ton. Ampas kopi memiliki kadar total karbon sebesar 47,8-58,9%, total nitrogen sebesar 1,9- 2,3%, abu sebesar 0,43- 1,6%, dan selulosa 8,6%. Kandungan karbon tersebut berpotensi sebagai karbon aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi aktivator HCl terhadap karakteristik karbon aktif menurut standar SNI No. 06-3730–1995. Karbon aktif diperoleh melalui 4 tahapan yaitu preparasi bahan baku, karbonasi dengan variasi suhu 400oC, 500 oC, 600 oC dan 700 oC selama 20 menit, aktivasi kimia menggunakan aktivator HCl dengan variasi konsentrasi 0,5 M, 1 M dan 1,5 M selama 48 jam, kemudian diaktivasi fisika pada temperatur 800 oC selama 1 jam. Hasil terbaik didapatkan pada variasi suhu 400 oC dan konsentrasi HCl 1 M dengan hasil daya serap I2 sebesar 797,46 mg/g, kadar abu 2,15%, kadar air 1,49%, dan kadar volatile matter 9,89%.
Pembuatan Karbon Aktif dari Limbah Plastik PET (Polyethylene terephthalate) Menggunakan Aktivator KOH Oko, Syarifuddin; Mustafa, Mustafa; Kurniawan, Andri; Norfitria, Lintang
METANA Vol 17, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v17i2.40204

Abstract

 Pengunaan plastik setiap hari mengakibatkan terjadinya penumpukan sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan dan menjadi salah satu masalah serius yang harus ditangani karena plastik tidak dapat terdegradasi. Plastik merupakan senyawa yang unsur penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen. Sehingga limbah plastik berpotensi sebagai pembuatan karbon aktif dan akan membuat limbah plastik menjadi lebih bermanfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi aktivator dan waktu aktivasi terhadap proses aktivasi fisika kimia sehingga menghasilkan produk karbon aktif yang sesuai dengan SNI 06-3730-1995. Plastik PET terlebih dahulu dikarbonasi pada temperatur 480oC selama 2 jam menggunakan furnace hingga membentuk arang. Lalu, direndam dalam aseton selama 24 jam. Setelah itu disaring dan dikeringkan menggunakan oven pada temperatur 110oC selama 3 jam dan dilanjutkan dengan proses aktivasi fisika pada temperatur 750oC selama 2 jam. Karbon yang telah teraktivasi fisika selanjutnya diaktivasi secara kimia dengan menggunakan KOH konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M, dan 4M dengan variasi waktu  2 jam dan 4 jam. Diperoleh hasil terbaik yaitu pada karbon aktif dengan konsentrasi KOH 4 M dan waktu aktivasi 2 jam dengan nilai daya serap iod sebesar 980,17 mg/g, kadar abu 0,28%, kadar air 7,55%, dan kadar volatile matter 3,47%. Karbon aktif yang diperoleh telah memenuhi SNI 06-3730-1995.The use of plastic every day results in the accumulation of plastic waste that can pollute the environment and was a serious problem that must be addressed because plastic cannot be degraded. Plastic was a compound whose main constituent elements were carbon and hydrogen. So that plastic waste has the potential to produce activated carbon and will make plastic waste more useful. This study aims to determine the effect of activator concentration and activation time on the physical-chemical activation process so as to produce activated carbon products in accordance with SNI 06-3730-1995. PET plastik was first carbonated at a temperature of 480oC for 2 hours using a furnace to form charcoal. Then, soaked in acetone for 24 hours. After that it was filtered and dried using an oven at a temperature of 110oC for 3 hours and continued with the physical activation process at a temperature of 750oC for 2 hours. The physically activated carbon was then chemically activated using KOH concentrations of 1 M, 2 M, 3 M, and 4 M with time variations of 2 hours and 4 hours. The best results were obtained on activated carbon with a concentration of KOH 4 M and an activation time of 2 hours with an iodine absorption value of 980.17 mg/g, 0.28% ash content, 7.55% water content, and volatile matter levels 3,47%. Activated carbon obtained has complied with SNI 06-3730-1995.
Pengaruh Konsentrasi Zeolit Alam Sebagai Katalis Pada Sintesa Solketal Dari Gliserol Dan Aseton Melalui Proses Ketalisasi Oko, Syarifuddin; Kurniawan, Andri; Saputra, Tori
METANA Vol 20, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v20i1.58422

Abstract

Seiring dengan semakin tumbuhnya industri biodiesel, maka produksi gliserol sebagai hasil samping industri biodiesel juga semakin meningkat. Produksi solketal merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mengatasi limbah gliserol dalam jumlah besar, selain itu solketal juga digunakan sebagai bahan tambahan pada bahan bakar minyak karena dapat menurunkan emisi partikulat, memperbaiki sifat aliran dingin, dan meningkatkan bilangan setana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi katalis zeolit terhadap rendamen dan densitas pada sintesis solketal. Penelitian ini dilakukan untuk membuat solketal dan menggunakan katalis zeolit. Variasi yang dilakukan adalah konsentrasi zeolit (2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%) dengan cara merefluks selama 12 jam sampai didapat solketal yang dihasilkan. Untuk mengetahui solketal yang dihasilkan dari pengaruh variasi konsentrasi zeolit yang ditambahkan maka dilakukan beberapa pengujian yaitu analisa rendamen dan densitas. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil solketal terbaik pada variasi konsentrasi katalis zeolit 4% dan dimana konsentrasi ini memiliki nilai densitas terbaik yaitu 1,0768 g/mL karena nilai ini mendekati nilai teoritis yaitu sebesar 1,06 g/mL dan memiliki rendamen sebesar 77,89%. Hasil yang teruji dengan FT-IR menunjukkan adanya gugus fungsi yang mengandung solketal.  Along with the growing biodiesel industry, the production of glycerol as a by-product of the biodiesel industry is also increasing. Solketal production is one of the right steps to deal with large amounts of glycerol waste, besides that solketal is also used as an additive to fuel oil because it can reduce particulate emissions, improve cold flow properties, and increase cetane number. The purpose of this study is to determine the effect of zeolite catalyst concentration on the rendement and density of solketal synthesis. This research was conducted to make solketal and use a zeolite catalyst. The variation was the concentrations of zeolite (2%, 4%, 6%, 8%, and 10%) by refluxing for 12 hours until the resulting solketal was obtained. To determine the solketal produced from the effect of variations in the concentration of zeolite added, several tests were carried out, namely analysis of rendement and density. From the results of the study, the best solketal results were obtained at a variation of 4% zeolite catalyst concentration and where this concentration had the best density value of 1.0768 g/mL because this value was close to the theoretical value of 1.06 g/mL and had a yield of 77.89%. The results tested by FT-IR showed the presence of functional groups containing solketals.
Proteksi Korosi Pada Baja Api 5l X65 Dengan Inhibitor Organik Ekstrak Daun Bawang Dayak (Eluetherme americana Merr) Dalam Lingkungan Asam HCl 0,5 M Samosir, Damianus; Oko, Syarifuddin; Mustafa
Majalah Teknik Industri Vol 30 No 2 (2022): Majalah Teknik Industri Vol.30 No.2 Desember 2022
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik ATI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61844/majalahteknikindustri.v30i2.470

Abstract

Bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang dapat dijadikan sebagai tanaman berkhasiat. Daun bawang dayak sendiri memiliki beberapa komponen bioaktif, yaitu flavanoid, fenolik dan tanin. Senyawa tanin dapat membentuk senyawa komplek dengan Fe(III) di permukaan logam, sehingga dapat menurunkan laju korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inhibitor ekstrak daun bawang dayak (Eleutherine americana Merr) sebagai proteksi terhadap penurunan nilai laju korosi pada baja karbon API 5 L dalam lingkungan HCl 0,5 M. Pada penelitian ini daun bawang dayak dikeringkan. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% selama 10 hari. Hasil ekstrak ditambahkan kedalam larutan HCl 0,5 M dengan variasi konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan 6%. Plat baja API 5L direndam selama 10 hari. Nilai laju korosi diukur dengan metode weight loss. Didapatkan kemampuan inhibisi terbaik pada penambahan konsentrasi inhibitor sebanyak 5% dengan kemampuan menurunkan nilai laju korosi menjadi 4,73 mpy.
Absorption Time and Temperature Effects on The Physical Chemical Properties of Refined Used Cooking Oil Using Bentonite and Carbon Bagasse Adsorbents: Pengaruh Temperature dan Waktu Absorpsi Terhadap Properti Fisik dan Kimia dari Minyak Goreng Bekas yang Dimurnikan Menggunakan Adsorben Bentonit dan Karbon Ampas Tebu Adhiksana, Arief; Febriyana, Qobid; Wahyudi, Wahyudi; Irwan, Muhammad; Tahir, Ramli; Fitriyana, Fitriyana; Kusyanto, Kusyanto; Oko, Syarifuddin
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2024.008.01.01

Abstract

Bentonite and carbon bagasse adsorbents are used to study the effects of temperature and absorption time on the physico-chemical properties of refined used cooking oil. Any extended use of outdated cooking oil will have an impact on the body's health since it causes fat cells to accumulate in various vital organs. Used cooking oil can be cleaned by using adsorbents like bentonite, bagasse, and activated carbon. This study investigated the effects of temperature and adsorption period on the purification results of used cooking oil using activated carbon adsorbents comprised of bagasse and bentonite. In this study, a factorial group randomised design was used. First, there is a 1:1 adsorbent to substrate ratio. Secondly, there are four adsorption temperature levels: 30°C, 60°C, 90°C, and 120°C. The third factor is adsorption time, which are: 30, 60, 90, and 120 minutes. Counting the quantity of acids, peroxides, and free fatty acids was one method of data analysis. The best results are obtained when used cooking oil is refined using activated carbon, bagasse, and bentonite at 120°C for 90 minutes of adsorption. The result is an acid number of 0.913, a peroxide number of 2.532, and a free fatty acid content of 0.459%.
Optimalisasi Waktu Reaksi dan Konsentrasi Katalis Fly Ash dalam Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah Oko, Syarifuddin; Kurniawan, Diva Oita; Harjanto, Harjanto; Wahyudi, Wahyudi
METANA Vol 21, No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/metana.v21i1.62467

Abstract

Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan yang dapat dihasilkan dari minyak nabati dan lemak hewani. Salah satu bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel  adalah  minyak  jelantah.  Minyak jelantah merupakan limbah apabila dibiarkan akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Minyak jelantah memiliki potensi untuk dijadikan biodiesel karena mengandung trigliserida dan asam lemak melalui proses tranesterifikasi menggunakan katalis. Fly  Ash  batubara  dapat digunakan  sebagai  katalis  karena  memiliki kandungan komponen logam dan alkali yang terdiri dari SiO₂, Al₂O₃, dan Fe₂O₃ di impregnasi  dengan NaOH. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi transesterifikasi dan konsentrasi katalis terhadap rendemen biodiesel. Katalis dibuat dengan mengkalsinasikan fly ash pada  suhu 540˚C selama 1 jam, kemudian diimpregnasi dengan NaOH dan dikalsinasikan pada suhu 750˚C  selama 1 jam. Proses transesterifikasi dilakukan dengan cara mereaksikan minyak jelantah dan metanol dengan rasio 1:9 dengan waktu reaksi (1, 2, dan 3 jam) dan konsentrasi katalis (3, 4, dan 5%) dari 100g minyak jelantah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu reaksi optimum terdapat pada waktu 1 jam dengan konsentrasi katalis 5% menghasilkan rendemen sebanyak 68,17%, densitas 0,85g/ml, viskositas  kinematic 3,58 cSt, kadar air 0,049% dan kadar metil ester sebanyak 63,41% telah memenuhi Standard  Nasional Indonesia (SNI 7182:2015) kecuali pada kadar metil ester.   Biodiesel is a renewable fuel that can be produced from vegetable oil and animal fat. One of the raw materials that can be used in making biodiesel is used cooking oil. Used cooking oil is waste that if left untreated will cause environmental pollution. Used cooking oil has the potential to be used as biodiesel because it contains triglycerides and fatty acids through a transesterification process using a catalyst. Coal fly ash can be used as a catalyst because it contains metal and alkali components consisting of SiO₂, Al₂O₃, and Fe₂O₃ impregnated with NaOH. This study was conducted to determine the effect of transesterification reaction time and catalyst concentration on biodiesel yield. The catalyst was made by calcining fly ash at a temperature of 540˚C for 1 hour, then impregnated with NaOH and calcined at a temperature of 750˚C for 1 hour. The transesterification process was carried out by reacting used cooking oil and methanol with a ratio of 1:9 with reaction time (1, 2, and 3 hours) and catalyst concentration (3, 4, and 5%) of 100g of used cooking oil. The results showed that the optimum reaction time was at 1 hour with a catalyst concentration of 5% producing a yield of 68.17%, a density of 0.85g/ml, a kinematic viscosity of 3.58 cSt, a water content of 0.049% and a methyl ester content of 63.41% has met the Indonesian National Standard (SNI 7182:2015) except for the methyl ester content.