Wahyu menempati posisi fundamental dalam sistem kepercayaan agama samawi dan pembahasan tentangnya amatlah panjang dan tak berkesudahan. Secara umum, wahyu dalam Islam dipahami “sebagai komunikasi antara Tuhan dengan manusia yang termanifestasikan dalam kitab suci Al-Qur’an yang disampaikan melalui malaikat Jibril secara eksternal di luar diri Nabi.” William Montgomery Watt dan Fazlur Rahman memiliki pemahaman yang agak berbeda. Watt melacak cara pewahyuan menggunakan teori collective unconscious sedangkan Rahman dengan pemahaman filsafat Islam. Hasilnya, keduanya cenderung menolak pewahyuan oleh malaikat secara eksternal dari luar diri Nabi sekaligus menolak penampakan malaikat dalam peristiwa tersebut sebagaimana yang diyakini mayoritas umat Islam sebab menurut mereka wahyu disampaikan melalui hati Nabi secara internal. Watt melihat wahyu Al-Qur’an sebagai hasil komunikasi dua arah, sementara Rahman memandang wahyu sebagai panduan tata tertib kosmis.