Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

TEKNOLOGI POLIKULTUR KEPITING BAKAU DAN IKAN BANDENG PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN PERPAT PERMAI KELURAHAN AIR JUKUNG, KECAMATAN BELINYU, KABUPATEN BANGKA Prasetiyono, Eva; Syaputra, Denny
WARTA WARTA LPM, Vol. 21, No. 2, September 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2822.606 KB) | DOI: 10.23917/warta.v21i2.5690

Abstract

Kelompok Pembudidaya Ikan (pokdakan) di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka merupakan Kelompok pembudidaya ikan yang bergerak pada kegiatan budidaya air payau khususnya kepiting bakau (Scylla serrata). Namun keberlanjutan kegiatan budidaya yang dilakukan masih terkandala oleh banyak hal salahsatunya adalah kurangnya efisiensi dalam pemanfaatan potensi sumberdaya yang dimiliki. Tambak yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan masing belum terkelola dengan optimal. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan aplikasi IPTEKS untuk mengefisiensikan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan dengan teknologi pemeliharaan sistem polikultur antara kepiting bakau dengan ikan bandeng (Chanos chanos). Target khusus dari kegiatan ini adalah Kapasitas produksi budidaya milik pokdakan semakin meningkat dan efisien dengan tearalikasinya teknologi polikultur. Metode kegiatan ini yaitu metode survey lapangan dengan menyisipkan teknologi polikultur dalam melakukan kegiatan budidaya. Hasil dari kegiatan ini yaitu tambak budidaya milik para pembudidaya ikan semakin optimal dan efesien dengan diversifikasi komoditi selain kepiting bakau yaitu ikan bandeng.  Kepiting bakau mampu tumbuh dan hidup dengan optimal serta mencapai ukuran panen. Selain itu ikan bandeng yang dipelihara mampu hidup dan tumbuh dengan optimal dengan pertumbuhan yang sesuai dengan diharapkan.
IPTEK BAGI MASYARAKAT (IBM) DESA BUKIT KIJANG MELALUI PELATIHAN PRODUKSI PAKAN IKAN MANDIRI SEBAGAI UPAYA EFISIENSI BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR Prayoga, Gigih Ibnu; Syaputra, Denny; Yunita, Anggraeni
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 3 No 1 (2020): IKRAITH-ABDIMAS VOL 3 NO 1 BULAN MARET 2020
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.404 KB)

Abstract

Desa Bukit Kijang merupakan salah satu desa dengan potensi yang luar biasa terutama padasektor perkebunan dan pertambangan. Setelah pasca tambang, warga Desa Bukit Kijang mulaiberalih ke sektor agribisnis, pembudidayaan, dan perikanan. Beberapa lahan bekas tambang timahyang cukup banyak di area Desa Bukit Kijang saat ini oleh masyarakat digunakan untuk budidayaikan air tawar. Pakan ikan merupakan salah satu faktor paling penting yang mendukungpertumbuhan ikan. Permaslahannya adalah harga pakan ikan yang semakin tinggi, membuatpembudidaya ikan perlu mencari cara mengurangi pengeluaran pakan ikan.Oleh karena itu, untukmenekan biaya operasional, pembudidaya ikan membutuhkan kemampuan memproduksi pakanikan secara mandiri. Upaya yang dilakukan yaitu melakukan pelatihan pembuatan pakan ikanmandiri dengan bahan baku lokalmelalui kegiatan iptek bagi masyarakat (IbM). Kegiatan IbMdiDesa Bukit Kijang, yaitu pelatihan produksi pakan ikan mandiri sebagai telah selesai dilaksanakandalam tiga tahapan. Kegiatan dilaksanakan mulai dari bulan April sampai dengan Agustus 2019.Tahapan pertama yaitu persiapan kegiatan, yaitu melakukan koordinasi dengan pihak desa,penyusunan jadwal kegiatan dan pembagian tugas antara tim IbM dengan pihak desa. Tahapankedua yaitu sosialisasi kepada warga Desa Bukit Kijang mengenai pentingnya dan manfaatpembuatan pakan ikan secara mandiri. Pakan ikan yang dibuat juga berasal dari bahan baku lokalsehingga lebih efisien, mudah didapatkan, murah, menguntungkan.Tahapan ketiga yaitu pelatihanpembuatan pakan ikan mandiri dengan menggunakan bahan baku lokal. Luaran yang telah dicapaiproduk pakan ikan mandiri, peningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat Desa BukitKijang.
PENGARUH KARAGENAN PADA SIFAT MEKANIK DAN GUGUS FUNGSI FORMULASI EDIBLE FILM PATI JAGUNG: Effect of Carrageenan on Mechanical Properties and Functional Groups of Corn Starch Edible Film Formulation Notonegoro, Hartoyo; Syaputra, Denny; Djamaludin, Heder
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 12 No. 3 (2024)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Edible film is packaging that can replace plastic and is a thin layer to cover food. Edible Film making ingredients such as hydrocolloids, lipids, or other mixtures include carrageenan which is extracted from seaweed. The quality of edible film is influenced by the base material used. Different carrageenan compositions have the potential to influence the mechanical properties and functional groups of edible films. This research aims to determine the effect of different concentrations of carrageenan in Edible Film on the mechanical properties and identification of functional groups. The concentration of carrageenan used is 2; 2.5; and 3 grams. Testing of mechanical properties includes tensile strength, elongation at break, thickness, solubility and functional groups using FTIR. The results showed strong tensile strength, elongation at break and solubility with the best treatment at a carrageenan concentration of 3 g. Tensile strength and elongation at break were obtained from the 3 g carrageenan treatment of 5.16 MPa and 11.11%. The best thickness and solubility values ​​were obtained from the 3 g carrageenan treatment of 0.21 mm and 38.44%. The selected carrageenan was the 3 g carrageenan concentration treatment because it produced the best mechanical properties. Identification of functional groups in the 3 g Edible Film treatment showed the presence of O-H, C-H and C-O groups owned by the mixture of the two carrageenan and corn starch materials. Kata kunci:  carrageenan, FTIR, hydrocolloid, solubility, plastic   Edible film adalah kemasan yang dapat menggantikan plastik dan merupakan lapisan tipis sebagai penutup makanan. Bahan pembuatan edible film seperti hidrokoloid, lipid, atau campuran lain termasuk karagenan yang diekstrak dari rumput laut. Kualitas edible film dipengaruhi oleh bahan dasar yang digunakan. Komposisi karagenan yang berbeda berpotensi berpengaruh terhadap sifat mekanik dan gugus fungsi edible film. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi karagenan yang berbeda pada edible film terhadap  karakteristik sifat mekanis serta identifikasi gugus fungsinya. Konsentrasi karagenan yang digunakan, yaitu 2; 2,5; dan 3 g. Pengujian sifat mekanis meliputi kekuatan tarik, perpanjangan putus, ketebalan, kelarutan serta gugus fungsi dengan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan nilai kuat tarik, pemanjangan putus dan kelarutan dengan perlakuan terbaik pada konsentrasi karagenan 3 g. Kuat tarik dan pemanjangan putus diperoleh dari perlakuan karagenan 3 g sebesar 5,16 MPa dan 11,11%. Nilai ketebalan dan kelarutan terbaik diperoleh pada perlakuan 3 g karagenan sebesar 0,21 mm dan 38,44%. Karagenan terpilih adalah perlakuan konsentrasi 3 g karagenan karena menghasilkan sifat mekanik terbaik. Identifikasi gugus fungsional pada edible film perlakuan 3 g menunjukkan adanya gugus O-H, C-H dan C-O yang dipunyai oleh campuran kedua bahan karagenan dan pati jagung. Kata kunci:  FTIR, hidrokoloid, karagenan, kelarutan, plastik
Valorisasi Limbah Cangkang Kepiting Bakau (Scylla serrata) Sebagai Sumber Kitin dan Kitosan Pratiwi, Fika Dewi; Notonegoro, Hartoyo; Syaputra, Denny
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 8, No 1 (2025): February
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v8i1.86819

Abstract

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan komoditas unggulan di Pulau Bangka. Terdapat preferensi yang tinggi  dari masyarakat untuk mengkonsumsi kepiting bakau, sehingga tidak sedikit rumah makan yang menyediakan menu kepiting di warung makan seafood di sekitar wilayah Pulau Bangka. Hal tersebut tentu saja menghasilkan banyak sisa cangkang yang dianggap limbah, tidak bermanfaat dan berakhir di tempat sampah.  Valorisasi limbah cangkang kepiting, bisa dilakukan dengan transformasi limbah cangkang tersebut menjadi material memiliki nilai manfaat berupa kitin dan kitosan. Pada penelitian ini, 250 g cangkang rajungan akan diproses menjadi kitosan melalui deproteinasi (NaOH 3,5%), demineralisasi (HCl 1,5 M) dan deasetilasi (NaOH 15%) dengan waktu pemrosesan masing-masing 2 jam. Rendemen kitin yang dihasilkan yaitu 26%, sedangkan kitosan sebanyak 10,04 %. Berdasarkan perhitungan derajat deasetilasi (DD) kitin pada bilangan gelombang A1650/A3450 menghasilkan nilai 39,58 %, sedangkan kitosan 51,11 %. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan NaOH dengan konsentrasi yang lebih pekat 60% pada saat proses deasetilasi untuk menghasilkan nilai DD yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian lanjutan dapat menggunakan metode penetralan pH yang lebih cepat dan efisien. Analisis DD juga dapat dilakukan dengan metode sederhana, biaya terjangkau serta cepat memperoleh hasilnya secara kuantitatif dengan metode titrasi asam basa dengan methyl orange.
RESPON ORGANOLEPTIK CUMI-CUMI (Loligo sp) YANG DIRENDAM DENGAN MENTIMUN (Cucumis sativus) PADA DURASI DAN KONSENTRASI BERBEDA oktari, ayu; Bidayani, Endang; Syaputra, Denny; Kurniawan, Ardiansyah
Journal of Aquatropica Asia Vol 8 No 1 (2023): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v8i1.4210

Abstract

Squid (Loligo sp) is one of the most essential fishery commodities and ranks third after fish and shrimp in commercial fisheries. The freshness of the squid is a very important factor and is closely related to its economic value. One of the actors in the marine commodity storage business at Rebo Beach, Bangka Regency uses Cucumbers to maintain the quality of Squid. Until now there has been no scientific research that proves that Cucumber can be used as a preservative for Squid. For this reason, it is necessary to research to examine the effect of using cucumber at different concentrations and soaking times on the organoleptic assessment of squid quality. This research was conducted in February 2020. The handling process for the Squid was carried out at the Squid shelter in Baturusa, Merawang District, Bangka Regency. In contrast, the organoleptic tests were carried out at the Aquaculture Laboratory of the University of Bangka Belitung. The research was conducted by experimental method. The research variables were differences in the concentration of grated Cucumber and differences in the length of soaking Squid. This study used RAL (Completely Randomized Design) Factorial pattern with 2 factors and 3 replications. Treatment factor by giving grated Cucumber and control or using ice cubes at different times and doses. The soaking times in this study were 24 hours and 48 hours with grated cucumber measurements of 50, 100, and 150 grams per 5 liters of water. Data analysis in this study used the Kruskarwalis test. Squid treated with grated cucumber had the same brightness level as ice cubes after 24 hours of soaking. Giving grated Cucumber does not affect the taste and texture of Squid to the level of people's preferences. Giving grated Cucumber as much as 150 g with 24 hours of soaking time can be accepted by consumers and can compete with Squid which is given ice cube treatment.
EVALUATION OF WATER QUALITY FOR THE NILE FISH-FLOATING NET CAGE AQUACULTURE SYSTEM AT BANGKA BELITUNG UNIVERSITY Kurniawan, Andri; Syaputra, Denny; Irvani, irvani
Journal of Aquatropica Asia Vol 8 No 2 (2023): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v8i2.4302

Abstract

The water quality feasibility is an important factor in aquaculture activities and increasing the productivity of cultivated fish. The Bangka Belitung University (UBB) is developing nile fish cultivation in earthen ponds using a floating net cage system. However, there has been no study related to the quality of water in earthen ponds that can be used to determine the feasibility of using these ponds for fish farming, especially nile fish. This study aimed to evaluate the water quality for the nile fish-floating net cage aquaculture system at Bangka Belitung University. The physical and chemical parameters observed were pH, temperature, DO, BOD, COD, NH3-N, PO4-P, NO3-N, NO2-N, NH3, C-organic, and minerals. Measurements of fish performance were observed in the form of SR, ADG, SGR, absolute growth (length and weight), and FCR. The results showed that in general the water quality of the earthen pond of UBB was still feasible for nile fish cultivation which produced SR (100%), ADG (0.20 g/day), SGR (2.18%/day), and FCR (1, 3). Water quality engineering can be done by adding a water wheel to increase the concentration of dissolved oxygen and also reduce the activity of Fe and other minerals that cause acidity and inhibit the growth rate of nile fish
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR MELALUI PRODUK RENGGINING KEPITING BAKAU SINGKONG DALAM RANGKA HILIRISASI AGROMARITIM Adibrata, Sudirman; Syaputra, Denny; Wahidin, La ode
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 9 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i9.2767

Abstract

The welfare of the fish farming group of Pagarawan Village, Bangka Regency, and their wives, can be increased by utilizing natural resources maximally. Pagarawan Village situated in Baturusa Watershed Selindung Sub-Watershed, has an extensive mangrove ecosystem which feature mangrove crab (Scylla sp.) opportunity. This program is a part of efforts to strengthen the capacity of coastal women in the downstream processing of agromaritime products such as mangrove crab and renggining that is made of cassava. Activity Start Date End Date from June to July 2025 at the Kulong Kelat Sukses Fish Farming Group (Pokdakan KKS) in Pagarawan Village, Sub-District of Merawang, District of Bangka, Province of Kepulauan Bangka Belitung. The method is participatory and applied based on strengthening the women members of fish farmers’ group with local potential as an active community of women involved in household economic activities. The result of the activity showed that the training on crab and cassava based renggining processing was comprehendible and managed to improve the technical capabilities of its members in the production process of crab and cassava based renggining, the packing of renggining, as well as the selling of the product. This empowerment has translated into a higher familial income and higher status of women in household financial matters. Beyond producing economic benefits, the use of mangrove crabs has an ecological advantage by controlling the total exploitation rate of small and large mangrove crabs in the mangrove ecosystem. It also encourages an entrepreneurial mindset and solidarity among members which could evolve into a women’s economic institution. The programʼs success requires strong community participation, sustainable technology and intensive academic training. This agromaritime downstream-based empowerment model has proven to be effective, sustainable, and replicable in other coastal areas with similar characteristics, provided it is supported by cross-sector collaboration and village empowerment programs. Overall, the program strengthens the local economy, enhances the role of women, and supports the conservation of coastal resources.
Eksistensi fitoplankton di kolong pascatambang timah dengan umur berbeda Kurniawan, Andri; Syaputra, Denny; Prasetiyono, Eva
Teknosains Vol 17 No 2 (2023): Mei-Agustus
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v17i2.35789

Abstract

Kajian tentang keberadaan fitoplankton di danau (kolong) bekas tambang timah dengan urutan waktu yang berbeda di Pulau Bangka penting dilakukan sebagai bioindikator kualitas ekosistem pada waktu tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fitoplankton pada kolong pascatambang timah dengan umur yang berbeda, yaitu < 1 tahun, 20-25 tahun, dan > 50 tahun. Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan metode purposive sampling untuk pemilihan lokasi penelitian, sedangkan pengamatan fitoplankton dilakukan secara ex situ di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan empat genus fitoplankton adalah Chlorella, Closterium, dan Coelastrum dari Chlorophyceae serta Synedra dari Bacillariophyceae. Chlorella ditemukan pada semua jenis lubang dan jumlah individu tertinggi pada kolong dengan umur < 1 tahun yaitu sebanyak 1.325 ekor/L. Synedra juga ditemukan di semua jenis lubang dan jumlah individu tertinggi di kolong dengan umur antara 20-25 tahun, sebanyak 107 ind./L. Sedangkan Closterium dan Coelastrum tidak ditemukan pada pit dengan umur < 1 tahun, tetapi teridentifikasi pada kolong dengan umur > 20 tahun. Jumlah individu Closterium tertinggi ditemukan pada pit dengan umur antara 20-25 tahun sebanyak 17 ind./L, sedangkan jumlah individu Coelastrum tertinggi terdapat pada kolong dengan umur > 50 tahun sebanyak 30 ind./L. Hasil penelitian juga menunjukkan indeks keanekaragaman (H') dan indeks keseragaman (E) terendah pada kolong umur < 1 tahun (0,215), sedangkan indeks tertinggi pada kolong umur > 50 tahun (0,817). Indeks dominasi (D) menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada kolong dengan umur > 50 tahun (0,522), sedangkan nilai terendah terdapat pada kolong dengan umur < 1 tahun (0,892).
EVALUATION OF CHITOSAN QUALITY FROM SHRIMP, CRAB, AND BLUE SWIMMING CRAB WASTE: YIELD, WATER CONTENT, AND DEGREE OF DEACETYLATION: EVALUASI KUALITAS KITOSAN DARI LIMBAH UDANG, KEPITING, DAN RAJUNGAN: RENDEMEN, KADAR AIR, DAN DERAJAT DEASETILASI Pratiwi, Fika Dewi; Notonegoro, Hartoyo; Syaputra, Denny
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 16 No 3 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24319/jtpk.16.294-301

Abstract

Cangkang kepiting, rajungan, dan udang vannamei merupakan limbah krustasea yang belum dimanfaatkan secara optimal di Pulau Bangka dan berpotensi mencemari lingkungan. Konversi biomassa dari limbah ini menjadi kitosan mendukung prinsip ekonomi sirkular. Penelitian ini mengevaluasi kualitas kitosan yang dihasilkan dari limbah krustasea berdasarkan rendemen, kadar air, dan derajat deasetilasi (DD), serta membandingkan dua metode berbasis FTIR untuk estimasi DD menggunakan rasio pita spektral A1320/A1420 dan A1655/A3450. Limbah cangkang (masing-masing 100 g) diproses melalui tahap demineralisasi (HCl 1,5 M), deproteinasi (NaOH 3,5%), dan deasetilasi (NaOH 60%) dengan dua ulangan per jenis. Hasil rendemen kitosan berturut-turut adalah 4,0% ± 0,5 (kepiting), 8,7% ± 0,5 (udang), dan 12,4% ± 0,9 (rajungan). Kadar air masih berada dalam batas SNI 7949:2013 (<12%), yaitu 6,4% ± 2,0, 10,7% ± 2,7, dan 6,3% ± 0,6. Berdasarkan rasio A1320/A1420, nilai DD masing-masing adalah 86,8% ± 0,4, 84,4% ± 0,1, dan 95,3% ± 2,5, seluruhnya melampaui standar minimum 75%. Sebaliknya, metode A1655/A3450 menghasilkan nilai DD jauh lebih rendah (<75%). Temuan ini menunjukkan bahwa limbah cangkang krustasea lokal memiliki potensi kuat sebagai sumber kitosan berkualitas tinggi. FTIR merupakan metode praktis untuk estimasi DD, namun tetap perlu divalidasi lebih lanjut, terutama dengan metode standar seperti ¹H-NMR.
PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP RENGGINING SINGKONG BERBAHAN BAKU FERMENTASI BERGARAM CUMI-CUMI (Loligo sp.) DAN KEPITING BAKAU (Scylla sp.) Alda; Dwianti, Novi; Perdyansyah, Afrilio; Syaputra, Denny
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 2 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/v5zc2x09

Abstract

Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat (Undang-undang no. 18 tahun 2012 tentang Pangan).  Potensi hasil perkebunan lokal seperti singkong, dan hasil perikanan tangkap seperti cumi-cumi dan kepiting bakau di Kabupaten Bangka harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan kemandirian pangan. Renggining singkong adalah salah satu dari sekian banyak produk pangan yang merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang dalam pembuatannya dapat dicampurkan dengan bahan pangan ikani seperti cumi-cumi dan kepiting bakau. Cumi-cumi dan kepiting bakau segar difermentasikan dengan garam 10%, 15%, dan 20% dan diperam selama 12 dan 18 hari sebagai perlakuan untuk mendapatkan kombinasi konsentrasi garam dan lama pemeraman terbaik produk renggining singkong ini. Respon panelis uji organoleptik yang diukur meliputi tekstur, rasa dan bau. Analisis data dilakukan dengan uji Friedman pada taraf nyata 0,05. Penelitian ini menunjukkan bahwa cumi-cumi fermentasi dengan 15% garam (b/b) yang disimpan selama 12 hari menghasilkan renggining yang paling disukai oleh konsumen, dengan 47% panelis menyukai baunya, 60% panelis menyukai rasanya, 80% panelis menyukai teksturnya. Renggining singkong berbahan baku kepiting bakau fermentasi yang paling disukai panelis yaitu dengan 15% garam (b/b) yang disimpan selama 12 hari dengan 20% panelis menyukai baunya, 67% panelis menyukai rasanya, 80% panelis dari 15 orang panelis tidak terlatih menyukai teksturnya, dengan pengamatan berulang (repeated measurement).