Suhartanto, Ery
Brawijaya University

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PERMODELAN HUBUNGAN ANTARA HUJAN DENGAN DEBIT (INFLOW) PADA WADUK WAY RAREM DENGAN MENGGUNAKAN DATA CURAH HUJAN TRMM (TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSION) Patria, Nyoman Yoga; Suhartanto, Ery; Susilo, Gatot Eko
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Ketersediaan data curah hujan pada suatu Sub DAS diharapkan dapat menjelaskan mengenai besaran hujan keseluruhan dalam Sub DAS. Dengan mengetahui permasalahan dalam hasil yang tidak akurasi dengan memperkirakan data curah hujan, maka diperlukan suatu data curah hujan spasial yang bisa mewakili curah hujan secara spasial yang terjadi di wilayah Waduk Way Rarem. Dalam permasalahan ketersediaan pos stasiun penakar hujan yang kurang memadai untuk pencatatan data curah ini dapat diselesaikan dengan data curah hujan TRMM. Namun, dalam penggunaan data TRMM perlu dilakukannya tahap validasi terlebih dahulu. Analisis validasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian data curah hujan TRMM dengan curah hujan wilayah. Metode validasi yang digunakan yaitu Root Mean Squared Error (RMSE), Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE), Koefisien Korelasi (R), dan Uji Kesalahan Relatif (KR). Analisis validasi dilakukan dengan dua perhitungan, yaitu validasi data tidak terkoreksi dan validasi data terkoreksi yang melalui tahap kalibrasi, verifikasi, dan validasi. Hasil analisis menunjukan validasi data terkoreksi memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan data tidak terkoreksi. Kata Kunci: data curah hujan, data curah hujan TRMM, pos stasiun hujan, validasi. ABSTRACT: The availability of rainfall data in a sub-watershed was expected to explain the overall rainfall in the sub-watershed. As an inaccurately estimated rainfall data, there fore it is necessity that rainfall data should be represent an actual amount of rainfall spatially that occurs in the Way Rarem Reservoir area. This inavailability and inadequacy rainfall pos stasions could be solved with TRMM rainfall data. However, in the use of TRMM data, it is necessary to do the validation first. Validation analysis was conducted to determine the suitability of TRMM rainfall data with regional rainfall. Validation method that were used in this study is Root Mean Squared Error (RMSE), Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE), Correlation Coefficient (R), and Relative Error Test (KR). Validation analysis contained two calculations spesifically, namely uncorrected data validation and corrected data validation through the stages of calibration, verification, and validation. The results of the analysis showed that corrected data validation has a better value than the uncorrected data. Keywords: rainfall data, TRMM rainfall data, ground station rainfall, validation.
ANALISIS ANGKA KEBUTUHAN NYATA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM DRAINASE KELURAHAN KEPANJEN KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG Frinandy, Alvin; Suhartanto, Ery; Lufira, Rahmah Dara
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: pada Kelurahan Kepanjen perkembangan infrastruktur pada saat ini membuat berubahnya tata guna lahan. Hal ini akan mempengaruhi sistem drainase yang ada pada kota kepanjen. Sitstem drainase yang kurang baik menyebabkan terjadinya genangan pada kelurahan kepanjen. Debit rencana yang digunakan menggunakan debit rencana (Qdesain) dengan kala ulang 5 tahun dan 10 tahun, hal ini berdasarkan perubahan tata guna lahan pada kota kepanjen yang begitu pesat. perhitungan debit rancangan menggunakan metode rasional. Hasil debit rancangan yang didapatkan akan dilakukan analisis dengan kapasitas saluran drainase eksisting pada lokasi studi. Hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 7 saluran drainase eksisting yang tidak dapat menampung debit banjir rencana dengan kala ulang 5 tahun dan 8 saluran drainase eksisting yang tidak dapat menampung debit banjir rencana dengan kala ulang 10 tahun.  Berdasarkan dari hasil penilaian kinerja sistem drainase menunjukan bahwa pada Kelurahan Kepanjen saat ini tergolong cukup, dengan nilai sebesar 7.600,04 poin (76%). Mengacu pada hasil analisa, alternatif penanganan masalah sistem drainase adalah mengadakan inspeksi rutin dua belas kali setiap 1 tahun dan melakukan pengerukan sedimen secara berkala 2-3 kali setahun sesuai dengan jenis saluran. Total biaya Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan dalam satu tahun yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 316.478.361,55.   Kata kunci: AKNOP, sistem drainase, operasi dan pemeliharaan, Kepanjen. Abstract: Infrastructure developments of Kepanjen Sub-District at this time made changes in land use. This will affected the existing drainage system in the city Kepanjen. Bad sitstem drainage caused water puddle on the Kepanjen Sub-District . Design Discharge that used  design discharge (Qdesigned) by period of 5 years and 10 years. it was based on changes in land use in the city Kepanjen so advanced. Calculation discharge design used rational method. The results of discharge design conducted analysis with capacity channel drainage existing in the study locations. The results of the study there were 7 existing drainage channel that cannot accommodate discharge flood plans with period of 5 years and 8 existing drainage channel that cannot accommodate discharge flood plans with period of 10 years. Based on the results of performance of drainage system showed that Kepanjen Sub-District currently was adequated enough,with value of 7.600,04 (76%).Referring to the results of analysis, alternative treatments the problems of drainage system are routine inspection tweleve times a year and dredging the sediment regulary 2-3 times a year according to the kind of channels.Total costs that should be spent for Real Needs of Operation and Maintenance in one year is Rp. 316.478.361,55. Keywords: Real Needs of Operation and Maintenance, drainage system, operation and maintenance, Kepanjen.
STUDI KEKERINGAN METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN DECILE INDEX (DI) DI DAS REJOSO, KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR Putri, Rully Eka; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Pasuruan merupakan satu dari sekian banyak daerah di Pulau Jawa yang mengalami kekeringan berat, terdapat 19 desa di 5 kecamatan yang mengalami kekeringan di Kabupaten Pasuruan. Diperlukan studi kekeringan guna mengetahui tingkat kekeringan dan peta sebarannya. Dalam studi ini menggunakan metode Standardized Precipitaion Index (SPI) dan metode Decile Index (DI) dengan skala waktu 1, 3, 6, dan 12 bulanan yang kemudian akan dibandingkan dengan indeks kekeringan hidrologi berdasarkan data debit yang dihitung menggunakan metode Z-Index guna mengetahui metode yang lebih sesuai digunakan di DAS Rejoso. Hasil studi menunjukkan bahwa berdasarkan metode SPI, DAS Rejoso mengalami tahun terkering pada tahun 2007 dan 2015, sedangkan berdasarkan metode DI, tahun terkering terjadi pada tahun 2015, 2006, 2007, dan 2014. Setelah dibandingkan dengan debit yang dihitung menggunakan metode Z-Index, didapatkan bahwa metode yang lebih sesuai digunakan di DAS Rejoso adalah metode DI dengan persentase kesesuaian sebesar 64,22%. Indeks dari metode DI digambarkan peta sebarannya menggunakan metode IDW dan hasil peta sebaran menunjukkan bahwa kekeringan terparah terjadi di bagian tengah dan hilir DAS Rejoso.   Pasuruan Regency is one of the several drought areas, there are 19 villages in 5 districts categorized as drought area in Pasuruan Regency. Drought studies are needed to determine the level of drought and its drought distribution map. In this study using the Standardized Precipitation Index (SPI) and Decile Index (DI) methods with 1, 3, 6, and 12 months time scale which will be compared with hydrological drought index based on the discharge data calculated using Z-Index method to find out the most appropriate method used in Rejoso Watershed. The result of the study based on the SPI method shows that Rejoso Watershed experienced the driest years in 2007 and 2015, while according to the DI method, the driest years occurred in 2015, 2006, 2007, and 2014. After compared to the discharge calculated by Z-Index method, it shows that the most appropriate method in Rejoso Watershed is DI method with 64,22% suitability percentage. The index of the DI method illustrated in the drought distribution map with IDW method. The results of the drought distribution map show that the worst drought occurred in the middle and downstream of the Rejoso Watershed.
STUDI KEKERINGAN METEOROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN DECILE INDEX (DI) DI DAS REJOSO, KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR Putri, Rully Eka; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Pasuruan merupakan satu dari sekian banyak daerah di Pulau Jawa yang mengalami kekeringan berat, terdapat 19 desa di 5 kecamatan yang mengalami kekeringan di Kabupaten Pasuruan. Diperlukan studi kekeringan guna mengetahui tingkat kekeringan dan peta sebarannya. Dalam studi ini menggunakan metode Standardized Precipitaion Index (SPI) dan metode Decile Index (DI) dengan skala waktu 1, 3, 6, dan 12 bulanan yang kemudian akan dibandingkan dengan indeks kekeringan hidrologi berdasarkan data debit yang dihitung menggunakan metode Z-Index guna mengetahui metode yang lebih sesuai digunakan di DAS Rejoso. Hasil studi menunjukkan bahwa berdasarkan metode SPI, DAS Rejoso mengalami tahun terkering pada tahun 2007 dan 2015, sedangkan berdasarkan metode DI, tahun terkering terjadi pada tahun 2015, 2006, 2007, dan 2014. Setelah dibandingkan dengan debit yang dihitung menggunakan metode Z-Index, didapatkan bahwa metode yang lebih sesuai digunakan di DAS Rejoso adalah metode DI dengan persentase kesesuaian sebesar 64,22%. Indeks dari metode DI digambarkan peta sebarannya menggunakan metode IDW dan hasil peta sebaran menunjukkan bahwa kekeringan terparah terjadi di bagian tengah dan hilir DAS Rejoso.   Pasuruan Regency is one of the several drought areas, there are 19 villages in 5 districts categorized as drought area in Pasuruan Regency. Drought studies are needed to determine the level of drought and its drought distribution map. In this study using the Standardized Precipitation Index (SPI) and Decile Index (DI) methods with 1, 3, 6, and 12 months time scale which will be compared with hydrological drought index based on the discharge data calculated using Z-Index method to find out the most appropriate method used in Rejoso Watershed. The result of the study based on the SPI method shows that Rejoso Watershed experienced the driest years in 2007 and 2015, while according to the DI method, the driest years occurred in 2015, 2006, 2007, and 2014. After compared to the discharge calculated by Z-Index method, it shows that the most appropriate method in Rejoso Watershed is DI method with 64,22% suitability percentage. The index of the DI method illustrated in the drought distribution map with IDW method. The results of the drought distribution map show that the worst drought occurred in the middle and downstream of the Rejoso Watershed.
EVALUASI DAN PERENCANAAN KERAPATAN JARINGAN POS HUJAN DENGAN METODE KRIGING MENURUT REKOMENDASI WMO (WORLD METEOROLOGICAL ORGANIZATION) DI WILAYAH SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Vidyasena, Aryoga; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.144 KB)

Abstract

Kerapatanbjaringan stasiun hujan dinyatakan sebagai luas Wilayah Sungai (WS) yangdiwakili olehbsatu stasiunbhujan. Semakin tinggi kerapatan stasiun hujan yang digunakan maka akansemakin tinggi pula ketelitian data yang diperoleh. WS Kamparbmemilikibluas sebesarb27044,898 km2dan jumlah stasiun hujan saat ini sebanyak 11 stasiun hujan dengan sebaran yang kurang merata dankurang efektif . Oleh karena itu diperlukan kajian rasionalisasi stasiun hujan menggunakan metodeKriging. Analisa dalam studi ini ialah mengevaluasi kerapatan stasiun hujan eksisting. Selain itu studiini juga menentukan atau membuat jarigan pos hujan baru (rekomendasi) dengan metode Kriging. Hasilanalisa rasionalisasi stasiun hujan menggunakan data curah hujan kumulatif tahunan dari metodePolygon Thiessen, didapatkan jumlah ideal stasiun hujan menurut rekomendasi WMO adalah 10 stasiunhujan dikarenakan 1 stasiun hujan tidak lolos uji statistika data, sehingga perlu menggeser stasiun hujanyang lain supaya kerapatannya tersebar merata.Kata kunci: rasionalisasi, standar WMO, Kriging The density of rain station network expressed as the area of River Region (WS) which isrepresented by a station of rain. The higher the density of the rain station used the higher the accuracyof the data obtained. WS Kampar has an area of 277044,898 km2 and the current number of rainstations is 11 rain stations with less equitable distribution and less effective. Therefore it was necessaryto study rationalization of rain stations used Kriging method. The analysis in this study was evaluatedthe density of existing rain stations. In addition, this study also determined or made a new rain post(recommendation) with Kriging method. The result of rain station rationalization analysis used annualcumulative rainfall data from Polygon Thiessen method, got the ideal number of rain stations accordingto WMO recommendation was 10 rain stations because 1 rain station did not pass statistic data testtherfore needed to shift the other rain station so that the density was evenly distributed.Keywords: rationalization, WMO standards, Kriging
Analisis Stabilitas Lereng Bendungan Sutami Berdasarkan Peta Gempa 2017 Fata, Yulia Amirul; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.997 KB)

Abstract

Peta gempa 2017 menunjukkan percepatan gempa terbaru di Indonesia. Penelitian bertujuan mengetahui kondisi terkini dan stabilitas lereng Bendungan Sutami sehingga didapatkan batas aman kala ulang gempa dan rekomendasi. Analisis kondisi terkini menggunakan data instrumentasi dan gempa lalu stabilitas lereng dianalisis bertahap sesuai pedoman. Sehingga diketahui batas aman kala ulang gempa dan rekomendasi yang sesuai. Kondisi terkini Bendungan Sutami menyatakan hasil aman, namun terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Stabilitas lereng menunjukkan hasil kondisi statik 97,778% aman, OBE 100 81,111% aman, OBE 200 55,556% aman, dan MDE 100% tidak aman. Analisis dinamik Makdisi and Seed dan Swaisgood menyatakan aman. Batas aman pada percepatan 0,25g dengan kala ulang OBE 500 tahun serta intensitas gempa sebesar 4,3 M dan V MMI(II SIG BMKG). Rekomendasi dengan mengevaluasi sistem drainase permukaan dan penggunaan pola operasi dengan memperhatikan stabilitas lereng bendungan.   Kata kunci : peta gempa 2017, bendungan sutami, stabilitas lereng, batas aman, rekomendasi   ABSTRACT: The 2017 earthquake map showed the latest earthquake acceleration in Indonesia. The research was aimed to know the current condition and slope stability of the Sutami Dam so obtained safe limit of the earthquake and recommendation. Analysis of current conditions used instrumentation and earthquake data then slope stability was analyzed gradually according to the guidelines. So as to know the earthquake safe limit and fitted recommendations. The current condition of the Sutami Dam states results were safe, but there are things to be notice. Slope stability shows result 97.778% static were safe, OBE 100 81.111% safe, OBE 200 55.556% safe, and MDE 100% unsafe. The dynamic analysis of Makdisi and Seed and Swaisgood stated safe. Safe limit at 0.25g acceleration with OBE 500 years and earthquake intensity were 4.3 M and V MMI (II SIG BMKG). Recommendations by evaluated the surface drainage system and the use of operated patterns with respect to the stability of the dam slope. Keywords: 2017 earthquake map, sutami dam, slope stability, safe limit, recommendation 
STUDI POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM) DESA KEPIL, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH Anggraini, Fauziah Rahmawanti; Juwono, Pitojo Tri; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.013 KB)

Abstract

ABSTRAK: NegaraaIndonesiaamempunyai potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 70.000 mega watt (MW). Potensi ini baru dimanfaatkanasekitar 6apersen atau 3.529 MW atau 14,2 % dariajumlah energi pembangkitan PT PLN. Untuk dapat mengoptimalkan potensi tersebut perlu dilakukan studi potensi, salah satunya di Desa Kepil, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Agar dapat dimanfaatkanaperlu diadakan kajian terkait perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM). Berdasarkan hasil kajian didapatkan debit andalan sebesar 1,377 m3/detik. Tinggi jatuh efektif rata-rata yang digunakan untuk membangkitkan PLTM sebesar 24,08 meter. PLTM ini dibangunadengan komponen sipil yang meliputi bangunan pengambilan, bak pengendap, saluran pembawa, bak penenang, pipa pesat, rumah pembangkit, dan saluran pembuang. Turbin yang digunakan di daerah studi adalah jenis Francis. Besarnya rata- rata daya yang dapat dihasilkan sebesar 222,49 kW dan energi yang dihasilkan sebesar 1.942.040,87 kWh atau sebesar 1,943 GWh. Banyaknya rumah yang dapat terlayani dengan kapasitas terpasang setiap rumah sebesar 450 watt adalah sebanyak 494 rumah. Kata Kunci: PLTM, Turbin, Energi, Listrik, Debit.   ABSTRACT: Indonesian country has a potential hydroelectric power plant of 70,000 mega watts (MW). This potential was only used by about 6 percent, or 3,529 MW, or 14.2% of the total energy generation PT PLN. In order to optimize the potential need to do a study of potential, one of them in the Kepil village , Wonosobo, Central Java. So can be used there should be a study related to planning of Mini Hydro Power Plant (PLTM). Based on the study results obtained mainstay discharge of 1,377 m3/sec. High effective fall that was used to generate micro power plants amounted to 24,08 meters. This micro power plants were built with a civilian component that includes intake, sand trap, headrace, forebay, penstock, power house, and tailrace. Turbine used in the study area is kind of Francis. The amount of the average power that could be generated at 222.49 kW and the energy produced amounted to 1,942,040.87 kWh or a total 1,943 GWh. Keywords: Hydropower,Turbine, Energy, Electric, Discharg.
RASIONALISASI JARINGAN POS STASIUN HUJAN PADA DAS KEMUNING KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN METODE KAGAN-RODDA DAN KRIGING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK TOPOGRAFI Arifah, Shabrina; Suhartanto, Ery; Chandrasasi, Dian
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.14 KB)

Abstract

ABSTRAK: Dalam kegiatan analisis hidrologi dibutuhkan data hujan yang akurat. Mengingat pentingnya informasi data hujan maka diperlukan kajian rasionalisasi atau perencanaan jaringan stasiun hujan yang efektif dan efisien. Rasionalisasi dilakukan menggunakan metode Kagan-Rodda dan Kriging dalam menentukan jumlah stasiun hujan dan pola sebaran stasiun hujan dengan melihat keterkaitan antar jaringan stasiun hujan terhadap faktor topografi. Hasil analisa rasionalisasi berdasarkan standar WMO, DAS Kemuning dengan luas 344,23 km harus memiliki setidaknya 3 stasiun hujan. Sedangkan hasil dari metode Kagan-Rodda berdasarkan data curah hujan kumulatif tahunan dari metode Polygon Thiessen dan jaring-jaring Kagan-Rodda didapatkan 4 stasiun hujan. Dan berdasarkan metode Kriging dalam aplikasi GIS didapatkan 5 stasiun hujan. Untuk hasil metode Kagan-Rodda, faktor topografi (jarak, elevasi, dan slope) yang memiliki hubungan antar parameter topografi cukup kuat yaitu jarak dan elevasi dengan nilai R sebesar 0,416. Sedangkan untuk hubungan topografi berdasarkan curah hujan dengan parameter topografi yaitu slope memiliki hubungan yang cukup kuat dengan nilai R sebesar 0,591. Untuk hasil metode Kriging memiliki hubungan topografi yang cukup kuat antar parameter topografi yaitu parameter elevasi dan jarak dengan nilai R sebesar 0,701 dan untuk hubungan topografi berdasarkan curah hujan dengan parameter topografi yaitu slope memiliki hubungan yang cukup kuat dengan nilai R sebesar 0,648. Kata kunci: Rasionalisasi, standar WMO, Kagan-Rodda, Kriging, Faktor topografi. ABSTRACT: In the hydrological analysis activities accurate rainfall data was required. Considering  the importance of rainfall information, it was necessary to rationalize or plan an effective and efficient network of rainfall stations. Rationalization was used Kagan-Rodda and Kriging method in determining the number of rain stations and the pattern of the distribution of rain stations by looking at the relationship between the rain station network to the topography factor. The result of rationalization analysis based on WMO standard, DAS Kemuning with 344,23 km area must have at least 3 rain stations. While the result of Kagan-Rodda method based on annual cumulative rainfall data from Polygon Thiessen method and Kagan-Rodda nets obtained 4 rain stations, and based on Kriging method in GIS application got 5 rain station. For the results of Kagan-Rodda method, topography (distance, elevation, and slope) factors that have strong relation between topographic parameters were distance and elevation with R value 0,416. As for the topographical relationships based on rainfall with the topography parameters, slope had strong relation with value R equal to 0,591. For the results of Kriging method had a fairly strong topographic relationship between the topographic parameters of elevation and distance parameters with R values of 0,701 and for topographic relations based on rainfall with topographic parameters that slope had a strong enough relationship with R value of 0,648. Key words: Rationalization, WMO standards, Kagan-Rodda, Kriging, Topography Factor.
STUDI PENERAPAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DAN RAINFALL ANOMALY INDEX (RAI) UNTUK MENGESTIMASI KEKERINGAN PADA DAS BONDOYUDA, KABUPATEN LUMAJANG Aprianto, Kukuh Ardian; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kekeringan merupakan bencana alam yang dipengaruhi fenomena El Nino – Southern Oscillation (ENSO). Mitigasi kekeringan dapat dilakukan dengan menghitung indeks kejadiannya. Penelitian ini menghitung nilai indeks kekeringan pada DAS Bondoyuda Kabupaten Lumajang. Analisa kekeringan menggunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Rainfall Anomaly Index (RAI). Analisa kesesuaian menggunakan korelasi determinan untuk membandingkan Southern Oscillation Index (SOI) dengan indeks terhitung. Data yang diperlukan yaitu curah hujan, peta topografi dan administrasi wilayah, serta SOI. Perhitungan indeks kekeringan menggunakan defisit 6 bulanan dikarenakan mengikuti trend musim kemarau dan penghujan. Indeks kekeringan terpilih dipetakan dengan Arcgis 10.5 menggunakan interpolasi Kriging untuk mendapatkan sebaran kekeringannya. Hasil indeks SPI didapatkan kekeringan terparah pada tahun 2013 sebesar -3,936, sedangkan RAI pada tahun 2012 sebesar -3,418. Kesesuaian korelasi determinan kedua indeks dengan SOI pada kriteria sangat lemah sampai cukup, sehingga diperlukan grafik data hujan sebagai variabel pembanding alternatif. Hubungan grafik data hujan dengan RAI menunjukkan kesesuaian trend pada lembah dan bukit yang terbentuk. Selama pengamatan didapatkan rata – rata kekeringan setiap tahunnya melanda 31 desa selama 20 tahun (1999 – 2018).Drought is a natural disaster influenced by the El Nino – Southern Oscillation (ENSO) phenomenon. Drought mitigation can be done by calculating the occurrence index. This study calculates the drought index value in the Bondoyuda watershed in Lumajang Regency. Drought analysis uses the Standardized Precipitation Index (SPI) and Rainfall Anomaly Index (RAI) methods. Suitability analysis uses correlation determinants to compare the Southern Oscillation Index (SOI) with calculated indices. The data required are rainfall, topographic maps, and regional administration, as well as SOI. The drought index calculation uses a 6 – month deficit because it follows the trend of the dry and rainy seasons. The selected drought index was mapped with Arcgis 10.5 using Kriging interpolation to get drought distribution. The SPI index results obtained worst drought in 2013 of -3,936, while the RAI in 2012 was -3,418. The suitability of correlation determinants of the two indexes with SOI on the criteria is very weak to sufficient so that a rain data chart is needed as an alternative comparative variable. The relationship between the rain data charts the RAI shows the suitability of trend in the formed valleys and hills. During the observation, it was found that the average drought each year hit 31 villages for 20 years (1999 - 2018).