Jalwis, Jalwis
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Konstruk Pendidikan Multikultural (Studi Urgensi Integrasi Nilai-nilai Multikultural dalam Kurikulum Pendidikan) Jalwis, Jalwis; Habibi, Nicolas
Tarbawi : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 15 No 02 (2019): Vol 15 No 02 (2019): Jurnal Tarbawi: Jurnal Ilmu-ilmu Pendidikan
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.034 KB) | DOI: 10.32939/tarbawi.v15i02.453

Abstract

Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai heterogenitas kepada peserta didik secara komprehensif dan menyeluruh. Lahirnya diskursus pendidikan multikultural merupakan sebuah respon terhadap gejala multikulturalisme yang ada dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu eksistensi pendidikan multikultural adalah menciptakan stabilitas dan integrasi nasional, serta peningkatan terhadap kualitas peradaban masyarakat ke arah yang positif. Ada tiga ide pokok dalam pendidikan multikultural, yaitu: (1) kesetaraan (equality) yang meliputi harkat keutamaan yang setara (equal dignity) dan pengakuan/perlakuan yang setara (equal respect); (2) konsep keragaman yang memandang kemajemukan sebagai realitas yang tak terbantahkan, bahkan dalam satu kelompok pun yang diklaim sama, juga terdapat keragaman; dan (3) Integrasi dalam kerangka collective identities, memberi dan menerima, saling mempengaruhi dan interaksi, sehingga tidak ada ketertutupan, segregasi dan benturan antar budaya. Untuk membuktikan penjelasan paparan data tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan fenomelogi. Penelitian ini membuktikan bahwa`sejatinya realitas pendidikan multikultural bertujuan untuk menjadi salah satu alternatif pendidikan yang bisa dijadikan sebagai model pendidikan di Indonesia, karena sunatullah masyarakat Indonesia yang multikultural. Semua individu dalam masyarakat memiliki kesetaraan nilai, derajat dan peran dalam mengabdikan serta menjalankan peran masing-masing dalam komunitasnya. Untuk itu, pendidikan multikultural harus diajarkan kepada masyarakat Indonesia.  
Digital Parenting to Children Using The Internet Yusuf, Muhamad; Witro, Doli; Diana, Rahmi; Santosa, Tomi Apra; Alfikri, Annisa ‘Alwiyah; Jalwis, Jalwis
Pedagogik Journal of Islamic Elementary School VOL 3 NO 1 APRIL 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/pijies.v3i1.1277

Abstract

Based on survey data released by the Association of Indonesian Internet Service Providers (APJII), it is stated that, in 2018, out of 171.17 million people who have used the internet, 60.8% of them are children aged 5 to 19 years. The irony of the use of the internet has reached children who incidentally are still shallow on the issue of the negative impact and the positive impact of the internet. Departing from the harmful effects and positive effects caused by the internet, the author wants to do a study of digital parenting for children. This research is a qualitative study and is library research. The required data comes from books, journals, and articles. After the data is collected, it is then analyzed and analyzed inductively and deductively and is linked and compared (comparative). This study aims to prevent children from accessing harmful content so that children tend to access only positive content. The analysis result shows that good parenting in the digital era is an authoritative parenting style (contextual) and authoritative parenting style (democratic), where this parenting style is a parenting style suitable for children in the digital age.
Word Construction Muhsin in the Qur'an as the Embodiment of the Character of a Complete Human Being Suriyadi, Suriyadi; Usman, Usman; Jalwis, Jalwis
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah Vol. 6 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Kerinci

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/ishlah.v6i1.326

Abstract

This article aims to construct the realization of the character of the plenary person in the Qur'an through the meaning of the word muhsin. The Qur'an has described the character of muhsin as a doer of good. The doer of good (muhsin) is the highest level of character according to the Quran, or the most ideal character. This article is conducted with thematic method as well as content analysis with the theory of the level of the plenary person in Sufism Abdul Karim al-Jilli namely bidayah, tawasut and khitam. This study found that the perpetrators of goodness (muhsin) according to the Qur'an are people who do all their obligations as well as possible, repay every badness with goodness and repay goodness with greater goodness, able to restrain their anger, forgive, always ask Allah's forgiveness for their sins and transgressions. This level is manifested in first, Ihsan deeds at the Al-Bidayah level (the initial level), namely the character of totality in doing good, and the character of forgiveness; second, the Al-Tawassuth level (the middle level) in the character of social empathy and emotional regulation; third, the Al-Khitam level (the last level) in the character of positive response, piety and tawadhu'. Artikel ini bertujuan untuk mengkonstruksi perwujudan karakter insan paripurna di dalam Al-Qur’an melalui makna kata muhsin. Al-Qur’an telah menggambarkan karakter muhsin sebagai pelaku kebaikan. Pelaku kebaikan (muhsin) adalah tingkatan karakter tertinggi menurut Al-Quran, atau karakter yang paling ideal. Artikel ini dilakukan dengan metode tematik sekaligus analisis isi (Content Analysis) dengan teori tingkatan insan paripurna dalam tasawuf Abdul karim al-Jilli yakni bidayah, tawasut dan khitam. Kajian ini menemukan bahwa pelaku kebaikan (muhsin) menurut Al-Qur’an adalah orang-orang yang melakukan segala kewajibannya dengan sebaik-baiknya, membalas setiap keburukan dengan kebaikan dan membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih besar, mampu menahan amarahnya, pemaaf, senantiasa memohon ampunan Allah atas dosa-dosa dan perbuatannya yang melampaui batas. Tingkatan ini diwujudkan dalam pertama, Perbuatan Ihsan Tingkatan Al-Bidayah (Tingkatan Permulaan) yakni karakter totalitas dalam berbuat kebajikan, dan karakter pemaaf; kedua, Tingkatan Al-Tawassuth (Tingkatan Pertengahan) pada Karakter empati sosial dan regulasi emosi; ketiga, Tingkatan Al-Khitam (Tingkatan Terakhir) dalam karakter respon positif, takwa dan tawadhu’