Damanik, Adrianus
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS INPUT SEDIMEN SEJAK PLEISTOSEN AKHIR DI PERAIRAN UTARA PAPUA, SAMUDRA PASIFIK Damanik, Adrianus; Maryunani, Khoiril Anwar; Nugroho, Septriono Hari; Putra, Purna Sulastya
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.663

Abstract

Perairan Indonesia, salah satunya Perairan Utara Papua, memiliki peran penting dalam sirkulasi global, yaitu sebagai salah satu pintu masuk Arlindo yang mengalir dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia. Rekonstruksi perubahan input sedimen sejak ~19 ribu tahun lalu dilakukan pada sampel sedimen laut dalam (OS-07) sepanjang 246 cm yang diambil dari kedalaman 4327 m di Perairan Utara Papua, Samudra Pasifik. Sampel diambil pada Ekspedisi Nusa Manggala 2018 dengan menggunakan penginti gravitasi pada Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Rekonstruksi input sedimen dilakukan berdasarkan data kandungan unsur kimia Fe, Ti, dan Rb dan normalisasi unsur darat terhadap unsur laut. Input sedimentasi yang tinggi ditunjukkan pada Plesitosen Akhir (~19.5-16 ribu tahun BP) yang kemudian menurun pada pada ~12.5-10 ribu tahun BP yang diinterpretasikan berkaitan dengan peristiwa Younger Dryas. Pada Kala Holosen, input sedimen yang tinggi ditunjukkan pada ~8-5 ribu tahun BP dan ~2-0,5 ribu tahun BP, dan input sedimen yang rendah pada ~11-8 ribu tahun BP dan ~5-2 ribu tahun BP.
REKONSTRUKSI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN KUMPULAN FORAMINIFERA DI PERAIRAN UTARA PAPUA, SAMUDRA PASIFIK Damanik, Adrianus; Maryunani, Khoiril Anwar; Nugroho, Septriono Hari; Putra, Purna Sulastya
Bulletin of Geology Vol 4 No 1 (2020): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2020.4.1.4

Abstract

Foraminifera merupakan salah satu proksiterbaik yang digunakan untuk mengetahui kondisi paleoekologi seperti penentuan suhu permukaan laut. Suhu permukaan laut menjadi parameter ekologi yang penting untuk membedakan karakteristik oseanografi pada suatu perairan/cekungan. Penelitian ini melakukan rekonstruksi suhu permukaan laut (SPL) di Perairan Utara Papua berdasarkan kumpulan foraminifera planktonik. Pada penelitian ini digunakan sedimen inti dengan kode OS-07yang diambil pada Ekspedisi Nusa Manggala 2018. Wilayah ini dipilih karena merupakan pintu masuk arlindo (arus lintas Indonesia)sebagai bagian dari sirkulasi globals ehingga Perairan Utara Papua dianggap akan merekam kejadian iklim global. Metoda yang digunakan adalah Modern Analogue Technique (MAT) dan pengelompokan foraminifera di Pasifik mengikuti Parker (1960)dalam Boltovskoy dan Wright (1976). Hasil analisis suhu menggunakan kedua metoda tersebut menunjukkan polaperubahan yang sama. Pada interval kedalaman 246-88 cm dominasi foraminifera zona tropik rendah sedangkan pada kelompok foraminifera subtropik, transitional, dan subantartik mengalami peningkatan yang diinterpretasikan kondisi suhu yang relatif lebih rendah. Foraminifera pada interval kedalaman 88-0 cm mengalamipeningkatan dan terdapat dominasi kelompok foraminifera tropik yang diinterpretasikan adanya kondisi suhu yang relatif lebih tinggi. Hal ini juga selaras dengan hasil rekonstruksi SPL berdasarkan MAT dari data kumpulan foraminifera yang menunjukkan adanya dua pola SPL yaitu pada kedalaman 246-88cm dan 84-0 cm. Peralihan kedua pola, interval kedalaman 86 cm, diinterpretasikan sebagai batas perubahan dari Pleistosen ke Holosen. Perbedaan suhu pada rata-rata untuk bulan Februari pada Pleistosen adalah 1,33oC lebih dingin dibandingkan pada Holosen dan perbedaan suhu pada bulan Agustus adalah 0,82oC lebih dingin pada Pleistosen dibandingkan pada Holosen. Kata kunci: Foraminifera, SPL, MAT, Samudra Pasifik
UPWELLING INFLUENCE ON ENVIRONMENTAL CHANGE AND SEDIMENTATION DYNAMICS FROM TRACE FOSSILS IN THE MOLUCCA SEA: IMPLICATIONS FOR SEDIMENT DATING Wiguna, Taufan; Zuraida, Rina; Atmadipoera, Agus Saleh; Yuwono, Fareza Sasongko; Hernawan, Undang; Christanti, Vera; Tournier, Nicolas; Damanik, Adrianus; Vogel, Hendrik; Cahyarini, Sri Yudawati
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 40, No 1 (2025)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/bomg.40.1.2025.896

Abstract

Bioturbation, the alteration of sediment layers by organism activities, plays a crucial role in shaping sedimentary environments. This process affects nutrient cycling, sediment stability, and habitat health, particularly in marine ecosystems like the Molucca Sea. Bioturbation can complicate age determination by disrupting the natural layering of sediments and potentially altering chronological records, which challenges the accuracy of dating methods. This study investigates bioturbation patterns and Zr/Rb ratios in sediment cores from the Molucca Sea to better understand past environmental conditions and assess the suitability of these sediments for age determination. Sediment samples were collected using a box corer from BUDEE22-29BC (within the upwelling region) and BUDEE22-57BC (outside the upwelling area). The cores were analyzed using CT scanning to identify bioturbation features, and the Bioturbation Index (BI) was applied to evaluate the intensity and impact of bioturbation on sediment dynamics. The Zr/Rb ratios were determined using an X-ray fluorescence (XRF) spectrometer, providing insights into grain size distribution. The results suggest the potential shifting of the upwelling center (BUDEE22-29BC) and variations in upwelling intensity (BUDEE22-57BC). Although Zr/Rb ratio shows that BUDEE22-29BC is a high-energy environment, as opposed to BUDEE22-57BC, both sites retain chronological integrity, making them suitable for paleoenvironmental and geochronological analysis.