Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PROFIL PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2021-2023 Nurhuda, Mhd; Hamama Pitra, Dian Ayu; Nahzia Septia Fondri; Siana, Yusti; Dian Puspita; Wasbiru, Annita
Nusantara Hasana Journal Vol. 4 No. 9 (2025): Nusantara Hasana Journal, February 2025
Publisher : Yayasan Nusantara Hasana Berdikari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59003/nhj.v4i9.1339

Abstract

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a benign enlargement of the prostate gland that often occurs in elderly men due to prostatic stromal and epithelial hyperplasia. The prevalence of BPH increases with age, from 20% in men aged 40 years to 90% at age 80 years, with a global incidence reaching 11.26 million cases in 2019. Clinical symptoms in the form of Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) include irritation such as frequency, urgency, nocturia, and obstruction such as weak stream and hesitancy. Risk factors include age, family history, obesity, diabetes mellitus, and metabolic syndrome. Until now, there has been no data on the profile of BPH patients at Dr. M. Djamil Padang Hospital. Background :This study aims to determine the profile of benign prostatic hyperplasia patients at Dr. M. Djamil Padang General Hospital in 2021-2023. Methode : : This research covers the field of surgery, the type of research used is quantitative descriptive using secondary data. This design was used to view the profile of BPH patients at RSUP DR. M. Djamil Padang 2021 – 2024. Data collection was taken from medical record data. The sampling method was chosen using a simple random sampling technique. The data analysis used is univariate analysis. Result : The results of this study indicate that the highest number of BPH cases were found in the age group of 60-74 years as many as 29 people (54.7%), the highest PSA levels with a value of 0-2.5 ng/dl as many as 46 people (86.8%), the highest prostate volume was found 40-70 ml as many as 26 people (49.1%), the most common therapy performed was surgery as many as 51 people (96.2%), BPH patients who had a history of diabetes mellitus as many as 20 people (37.7%). BPH patients who had a history of hypertension as many as 13 people (24.5%) and there were no patients who had a family history of BPH. Kesimpulan : BPH cases are most often found in men aged 60-74 years. The most common therapy is surgery, especially Tranurethral Resection Prostate (TURP).
Gambaran Penggunaan Sunscreen Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang Angkatan 2024 Primawati, Irma; Nafiah, Sahlaa Riska; Hamama Pitra, Dian Ayu; Deny, Fitra
Scientific Journal Vol. 4 No. 3 (2025): SCIENA Volume IV No 3, May 2025
Publisher : CV. AKBAR PUTRA MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56260/sciena.v4i3.227

Abstract

Latar Belakang: Indonesia merupakan negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa, sehingga mendapatkan paparan sinar matahari dengan intensitas tinggi sepanjang tahun. Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit. Penggunaan tabir surya secara rutin telah terbukti efektif dalam meminimalkan efek buruk dari sinar matahari.Tujuan: Untuk Mengetahui Gambaran Penggunaan Sunscreen pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang Angkatan 2024.  Metode: : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik dengan pendekatan cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan deskriptif kategorik berpasangan. Ukuran sampel yang diperoleh sebanyak 107 peserta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Hasil: Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 18 tahun (55,1%), sedangkan usia paling sedikit adalah 21 tahun (1,9%). Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden adalah perempuan, yaitu 73,8%, dibandingkan laki-laki 26,2%. Berdasarkan tingkat penggunaan tabir surya, 61,7% responden memiliki kebiasaan penggunaan tabir surya yang baik, 23,4% memiliki kebiasaan penggunaan sedang, dan 15% memiliki kebiasaan penggunaan yang kurang baik.. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden (61,7%) menunjukkan kebiasaan penggunaan tabir surya yang baik, diikuti dengan 23,4% dengan penggunaan sedang, dan 15% dengan penggunaan yang kurang baik. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa kedokteran Universitas Baiturrahmah Padang Angkatan 2024 memiliki kesadaran yang cukup baik mengenai pentingnya perlindungan kulit dari paparan sinar ultraviolet
PEMERIKSAAN KADAR FERITIN SERUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER KETIGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI PERSALINAN Anggraini, Debie; Triola, Seres; Ashan, Haves; Hamama Pitra, Dian Ayu; Hasni, Dita; Zulyati Oktora, Meta
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 3 No. 2 (2025): April
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v3i2.2213

Abstract

Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada ibu hamil, terutama pada trimester ketiga, dan berkontribusi terhadap berbagai komplikasi persalinan. Kadar feritin serum sebagai indikator status cadangan zat besi memiliki nilai diagnostik lebih tinggi dibandingkan hemoglobin, sehingga penting dilakukan sebagai upaya deteksi dini. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk melakukan skrining kadar feritin serum pada ibu hamil trimester ketiga guna mencegah komplikasi obstetri. Kegiatan dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang dengan sasaran ibu hamil usia kehamilan ≥28 minggu yang menjalani kunjungan antenatal rutin. Pemeriksaan feritin dilakukan menggunakan metode ELISA dari serum darah vena. Hasil menunjukkan bahwa dari 95 responden, sebanyak 65 orang (68,4%) memiliki kadar feritin <30 μg/L yang mengindikasikan defisiensi zat besi. Rentang usia terbanyak adalah 20–35 tahun (94,7%), yang merupakan usia ideal untuk kehamilan. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil trimester ketiga berada dalam kondisi defisiensi besi, yang dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, perdarahan postpartum, dan morbiditas ibu-janin. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pentingnya pemeriksaan feritin sebagai bagian dari evaluasi rutin antenatal care serta mendorong intervensi nutrisi yang lebih tepat sasaran.