Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Low Malay Language as A Stimulant for Bahasa Indonesia Development Novika Stri Wrihatni; Sutami, Hermina
International Journal of Culture and Art Studies Vol. 2 No. 1 (2019): International Journal of Cultural and Art Studies (IJCAS)
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (761.795 KB) | DOI: 10.32734/ijcas.v2i1.938

Abstract

Bahasa Indonesia, which is the national and official language in Indonesia, is the result of the development of the High Malay Language (High Malay) in Riau. As the language used in the literature published by Balai Pustaka, the High Malay is respected as a language that is higher; than other languages used by the people of the Archipelago in the period before Indonesian independence in 1945. One of the lower languages is Low Malay Language (Low Malay). Some literary works written in this language were printed by printing presses belonging to individuals consisting of indigenous and Chinese groups. The Low Malay style was used in writing romance to make the stories feel more alive. This language of conversation should be counted as one type of language that contributes to the Indonesian language. The range of its uses is vast. However, with the development of politics in Indonesia, the Low Malay is once again marginalized. The language now only lives in conversation, yet it remains alive and developed along with the development of the times and the many influences of foreign languages on Indonesian language.
BENTUK  DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN IBU DALAM BAHASA JAWA Neisya Kirana; Widhyasmaramurti; Novika Stri Wrihatni
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 1 (2025): JANUARI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata sapaan ibu, simak, simbok, dan biyung dipakai untuk menyapa perempuan kelas bawah oleh masyarakat kelas bawah (Atmawati, 2020). Penggunaanya dapat dilihat untuk dipakai oleh pelosok pedesaan dengan taraf ekonomi yang rendah. Akan tetapi, ditemukan data yang menunjukkan adanya perbedaan dari pernyataan Atmawati (2020) karena ada penggunaan biyung oleh mitra tutur dengan taraf ekonomi atas dan peggunaan ibu oleh suami kepada istri. Faktor tersebut menjadi alasan utama dalam penelitian ini yaitu untuk menjelaskan bentuk kata sapaan ibu, simak, simbok, dan biyung dalam masyarakat Jawa serta menjelaskan penggunaan kata sapaan tersebut di rentang waktu yang berbeda. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari novel dan cerita pendek yang diterbitkan pada tahun 1960-an hingga 2020-an. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif, dan pengumpulan datanya memakai teknik simak catat. Penggunaan teori morfologi oleh Kridalaksana (2008) untuk menjelaskan bentuk kata sapaan, dan teori Kridalaksana (1993) serta teori Sulistyowati (2008) untuk menjelaskan penggunaan kata sapaan ibu dalam bahasa Jawa.  Hasil analisis menunjukkan bahwa kata sapaan ibu, simak, simbok, dan biyung memiliki bentuk utuh dan pemenggalan dengan arti yang sama. Pada penggunaannya ada faktor penentu non-kebahasaan dalam menambah penjelasan. Penggunaan kata sapaan ibu dan biyung terdapat perluasan konteks pada status sosial dan usia antara penutur dan mitra tutur.