Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Perancangan dan Pembuatan Alat Pengering padi Berbasis Arduino Uno Hulukati, Stephan A.; Asri, Muhammad; Riyanto, Agus
Jurnal Electrichsan Vol. 11 No. 01 (2022): Mei 2022
Publisher : Program Studi Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/electrichsan.v11i01.82

Abstract

Padi yang sudah diolah menjadi beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami. Cara memisahkan padi dari jerami yaitu dengan menggunakan alat bantuan pemisah padi atau perontok padi dari gabah padi. Proses pengeringan gabah merupakan salah satu faktor penentu kualitas beras. Hal ini dikarenakan gabah pada awalnya dalam keadaan basah dan harus dikeringkan terlebih dahulu agar kadar air gabah sesuai dengan standar yang disesuaikan yaitu 13-14% [SNI No. 4512-TAN-1998] untuk dapat diproses lebih lanjut dan di olah menjadi beras. Pada umumnya pengeringan gabah di Indonesia masih dilakukan dengan cara yang relatif sederhana atau pengeringan secara tradisional dengan cara dipanaskan pada terik matahari atau dijemur. Proses pengeringan sederhan ini umumnya membutuhkan waktu tiga hari untuk proses pengeringan. Untuk mengatasi masalah pada proses pengeringan secara manual, pada penelitian ini maka penulis akan merancang alat pengering otomatis. Berdasarkan hasil pengujian buka tutup atap terhadap sesnsor cahaya diatas, pada saat intensitas cahaya dalam keadaan terang (Pagi atau siang), atap bak pengering membuka. Sedangkan pada saat intensitas cahaya dalam keadaan gelap (mendung atau malam) atap bak pengering menutup. Pada saat atap terbuka membutuhkan waktu 00:04,4 detik sedangkan pada saat menutup hanya membutuhkan waktu 00:01,2 detik. Proses pengujian pengeringan gabah di mulai dari jam 13:40 – 01:40 dan hasil suhu yang peroleh selam jam 22:40 adalah 50 ᵒC dan pada saat suhu sudah mencapai batas yang di tentukan maka lampu pijar mati dan kipas yang ada didalam ruang pengering berputar agar padi tetap kering dan suhu pada ruangan tidak lembab. Rice which has been processed into rice is the staple food of the Indonesian population. After the rice is harvested, the grain of rice or grain is separated from the straw. The way to separate rice from straw is by using a rice separator or rice threshing aid from rice grain. The grain grinding process is one of the determinants of rice quality. This is because the grain is initially wet and must be dried first so that the grain moisture content is in accordance with the adjusted standard, 13-14% [SNI No. 4512-TAN-1998] for further processing and processing into rice. In general the drying of grain in Indonesia is still carried out in a relatively simple or traditional way of drying by heating it in the hot sun or drying it. This simple drying process generally takes three days for the rolling process. To overcome the problem in the drying process manually, in this study the authors will design an automatic dryer. Based on the test results of opening the roof of the roof of the light above, when the intensity of the light is bright (morning or afternoon), the roof of the dryer opens. Whereas when the light intensity is dark (cloudy or night) the roof of the drying tub closes. When the roof is open it takes 00: 04.4 seconds while when closing it only takes 00: 01.2 seconds. The process of testing grain drying starts at 1:40 a.m. - 1:40 p.m. and the temperature results obtained at 10:40 p.m. are 50 ᵒC and when the temperature has reached the specified limit, the incandescent lamp dies and the fan inside the drying chamber rotates so that the rice stays dry and the temperature in the room is not moist.
Otomatisasi Pengering Padi Berbasis Arduino Uno Abdussamad, Syahrir; Hulukati, Stephan A.; Husain, Ayun
Jurnal Electrichsan Vol. 11 No. 01 (2022): Mei 2022
Publisher : Program Studi Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/electrichsan.v11i01.84

Abstract

Pada umumnya pengeringan gabah di Indonesia masih dilakukan dengan cara yang relatif sederhana atau pengeringan secara tradisional dengan cara dipanaskan pada terik matahari atau dijemur. Proses pengeringan sederhan ini umumnya membutuhkan waktu tiga hari untuk proses pengeringan kurang lebih mencapai satu minggu. Oleh sebab itu perlu dibuat suatu alat pengering guna mengurangi keterbatasan waktu tersebut.Untuk mengatasi masalah pada proses pengeringan secara manual, pada penelitian ini maka penulis akan merancang alat pengering otomatis. Berdasarkan hasil pengujian buka tutup atap terhadap sesnsor cahaya diatas, pada saat intensitas cahaya dalam keadaan terang (Pagi atau siang), atap bak pengering membuka. Sedangkan pada saat intensitas cahaya dalam keadaan gelap (mendung atau malam) atap bak pengering menutup. Pada saat atap terbuka membutuhkan waktu 00:04,4 detik sedangkan pada saat menutup hanya membutuhkan waktu 00:01,2 detik.Proses pengujian pengeringan gabah di mulai dari jam 13:40 – 01:40 dan hasil suhu yang peroleh selam jam 22:40 adalah 50 ᵒC dan pada saat suhu sudah mencapai batas yang di tentukan maka lampu pijar mati dan kipas yang ada didalam ruang pengering berputar agar padi tetap kering dan suhu pada ruangan tidak lembab. In general the drying of grain in Indonesia is still carried out in a relatively simple or traditional way of drying by heating it in the hot sun or drying it. This simple drying process generally takes three days for the drying process to approximately one week. Therefore it is necessary to make a dryer to reduce the time constraints. To overcome the problem in the drying process manually, in this study the authors will design an automatic dryer. Based on the test results, open the roof of the roof to the light above, when the light intensity is bright (morning or afternoon), the roof of the dryer opens. Whereas when the light intensity is dark (cloudy or night) the roof of the drying tub closes. When the roof is open it takes 00: 04.4 seconds while when closing it only takes 00: 01.2 seconds. The process of testing grain drying starts at 1:40 a.m. - 1:40 p.m. and the temperature results obtained at 10:40 p.m. are 50 ᵒC and when the temperature has reached the specified limit, the incandescent lamp dies and the fan inside the drying chamber rotates so that the rice stays dry and the temperature in the room is not moist.
Monitoring Bearing Scavenge Oil Temperature Berbasis Internet Of Things (Iot) Pada Unit PLTU Anggrek Laleno, Wahyudin; Hulukati, Stephan A.; Asri, Muhammad
Jurnal Electrichsan Vol. 11 No. 2 (2022): November 2022
Publisher : Program Studi Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/electrichsan.v11i2.287

Abstract

PLTU Anggrek merupakan salah satu pembangkit tenaga listrik yang ada di Gorontalo.Dalam beroperasinya PLTU tersebut, monitoring sistem kontrol DCS dibagi dalam tiga bagian yaitu boiler, turbin, dan auxiliary sistem (fuel and water). Pada bagian turbin dan generator terdapat ST Bearing scavenge oil yang berfungsi untuk menjaga suhu sehingga kesetabilan putaran antara poros turbin dan generator dapat terjaga dengan stabil. Proses monitoring kondisi ST Bearing scavenge oil tidak menjadi hal yang utama dibandingkan dengan Generator dan Turbin. Kurangnya pemantauan tersebut mengakibatkan tidak segera dapat diketahui sejak dini pada saat temperatur Bearing scavenge oil melebihi batas yang diperbolehkan. Dengan adanya sistem monitoring temperature berbasis IoT ini akan mempermudah dan mempercepat operator dalam mengetahui jika terjadi kenaikan temperatur dimanapun berada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu on/off dengan prinsip kerja membaca suhu ST Bearing scavenge oil dan mengirimkan data suhu ke Smart Phone Android. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa monitoring suhu Bearing dapat dipantau dengan Android berbasis IoT. Terdapat selisih perbedaan hasil pengukuran antara Sensor DHT11 dengan sensor pada sistem DCS PLTU rata-rata sebesar 14.7 derajat Celcius. Hal tersebut terjadi karena pengukuran DHT11 hanya diletakkan diluar sistem pendingin dari Bearing. PLTU Anggrek is one of the power plants in Gorontalo. In its operation, the monitoring of the DCS control system is divided into three parts, namely the boiler, turbine, and auxiliary system (fuel and water). In the turbine and generator section, there is ST Bearing scavenge oil which functions to maintain the temperature so that the rotational stability between the turbine shaft and the generator can be maintained stably. The process of monitoring the condition of ST Bearing scavenge oil is not the main thing compared to generators and turbines. This lack of monitoring means that it cannot be detected early when the Bearing scavenge oil temperature exceeds the allowable limit. With this IoT-based temperature monitoring system, it will make it easier and faster for operators to find out if there is an increase in temperature wherever they are. The method used in this study is on/off with the working principle of reading the ST Bearing scavenge oil temperature and sending temperature data to an Android Smartphone. Based on the results of the study, the bearing temperature monitoring can be monitored with IoT-based Android. There is a difference in the measurement results between the DHT11 sensor and the sensor on the PLTU DCS system on average 14.7 degrees Celsius. It is due to the DHT11 measurement is only placed outside the cooling system of the Bearing.
Rancang Bangun Alat Sirkulasi Air Pada Sistem Tanaman Hidroponik Hulukati, Stephan A.; Asri, Muhammad; Pegu, Owin; Abdussamad, Syahrir
Jurnal Electrichsan Vol. 11 No. 2 (2022): November 2022
Publisher : Program Studi Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/electrichsan.v11i2.289

Abstract

Hidroponik adalah cara bercocok tanam dengan hanya menggunakan air sebagai media tumbuhnya, metode hidroponik sendiri merupakan metode yang sangat sederhana mengingat metode ini tidak memerlukan lahan yang luas. Besarnya minat masyarakat terhadap sistem hidroponik ini perlu di iringi dengan kamajuan tekhnologi saat ini yang sudah canggi untuk para petani mengontrol sirkulasi air dengan baik. Metode penelitian ini membahas bagaimana merancang alat sirkulasi air pada sistem hidroponik dengan alat SR04-A. Sebagai alat control sistem tanaman hidroponik alat ini dilengkapi bagian bagian pendukung berupa, 1 buah sensor unit ultra sonic, 1 buah buzzer, dan 5 buah lampu led sebagai indicator. Dan berupa alat pemantau temperature dan kelembapan udara, yang menggunakan mikrokontroler NODE MCU dan sensor DHT11 yang mendeteksi temperature dan kelembapan udara. Penelitian ini dibuat agar para petani mengetahui bahwa membuat sistem tanaman hidroponik dengan memafaatkan teknologi pada jaman sekarang yang bisa mengotrol sirkulasi air secara otomatis pada sistem tanaman. Berdasarkan pengujian yang dilakukan di loakasi didapatkan bahwa setiap modul dapat bekerja sangat baik sesuai dengan fungsnya, outputnya adalah menggunakan pompa air untuk mengontrol keluar masuknya air pada sistem tanaman hidroponik. Dan hasil dari penelitian ini adalah sistem dapat mendeteksi jarak air 100 cm, 50, cm, 10 cm. Pada saat jarak sensor unit 100 cm maka pompa akan ON untuk menjalankan fungsinya sebagai pengaturan sirkulasi air pada sistem tanaman, dan ketika deteksi sensor sudah sampai 10 cm maka pompa akan OFF. Dan untuk pemantauan kelembapan outpunya adalah LCD dan Aplikasi Blynk. Hasil yang di dapat dari deteksi sensor unutk temeperature yang paling tinggi 43C° dan kelembapan 38%. Saran yang dapat dikembangkan pada penelitian ini adalah hanya untuk pengontrolan monitoring yang lebih baik menggunakan pompa air 2, agar bisa memonitoring kelembapan udarah lebih baik. Hydroponics is a way of growing crops using only water as a growth medium. The hydroponic method is simple since it does not require a large area of land. The amount of public interest in this hydroponic system needs to be accompanied by advances in technology that are now sophisticated for farmers to control water circulation properly. This study employs a method that discusses the design of water circulation equipment in a hydroponic planting system using the SR04-A device. As a control tool for the hydroponic planting system, this tool is equipped with supporting parts, namely 1 ultrasonic sensor unit, 1 buzzer, and 5 led lights as indicators. The temperature and humidity monitoring device uses a NODEMCU microcontroller and a DHT11 sensor that detects air temperature and humidity. It aims to help farmers that making a hydroponic planting system by utilizing today's technology that can control water circulation automatically in the plant system is simple to master. Based on the tests carried out at the location, it is found that each module can work very well following its function. The output is to use a water pump to control the entry and exit of water in the hydroponic planting system. The result of this study is that the system can detect water distances of 100 cm, 50, cm, and 10 cm. When the sensor unit distance is 100 cm, the pump will be ON to carry out its function as a water circulation regulation in the planting system. If the sensor detection has reached 10 cm, the pump will be OFF. In humidity monitoring, the outputs are the LCD and the Blynk App. It also indicates the detection of a sensor for the highest temperature of 43C ° and humidity of 38%. This study suggests that only using a water pump 2 with a better monitoring control can better monitor the humidity of the air.
PENGGUNAAN JARINGAN SENSOR UNTUK MEMONITORING KERETAKAN PADA BANGUNAN BERBASIS INTERNET OF THINGS ASRI, MUHAMMAD; HAISAH, ST.; HULUKATI, STEPHAN A.
Jurnal INSTEK (Informatika Sains dan Teknologi) Vol 6 No 1 (2021): APRIL
Publisher : Department of Informatics Engineering, Faculty of Science and Technology, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.149 KB) | DOI: 10.24252/instek.v6i1.18643

Abstract

Keretakan pada bangunan sering diakibatkan oleh getaran gempa bumi yang menghasilkan regangan pada bangunan yang menghasilkan kerusakan serius pada bangunan dan bisa membahayakan manusia. Maka dirancanglah sebuah sistem monitoring kerusakan bangunan berkonsep Internet of Things (IoT) dengan menggunakan dua buah perangkat Sensor Getaran (Vibration) yang masing-masing terhubung ke Mikrokontroler Arduino sebagai pengontrol penyalaan LED notifikasi level getaran dan ke NodeMCU sebagai pengirim informasi nilai atau level getaran ke Komputer (ThingSpeak) secara realtime melalui jaringan Internet dan Purwarupa bangunan dengan komposisi bahan sesuai standar sebagai bahan pengujian. Pada pengujian, sistem mengontrol level penyalaan dua warna LED jika nilai getaran yang diterima melebihi nilai tertinggi dari masing-masing warna yang ditentukan, makin tinggi nilai sebuah getaran maka makin tinggi pula regangan yang dihasilkan pada bangunan. Proses monitoring melalui sistem IoT menampilkan visualisasi nilai besaran getaran di Komputer (ThingSpeak). Keywords : Sensor Getaran, Keretakan, Internet of Things
PROTOTIPE SISTEM PERTANIAN TERPADU BERBASIS ARDUINO NANO Buko, Marwan; Hulukati, Stephan A.; Surusa, Frengki Eka Putra Surusa
Jurnal Electrichsan Vol. 14 No. 1 (2025): Mei 2025
Publisher : Program Studi Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/electrichsan.v14i1.1383

Abstract

Abstrak Sistem pertanian terpadu berbasis Arduino Nano merupakan inovasi teknologi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam sektorpertanian. Sistem ini mengintegrasikan berbagai sensor, seperti sensor pH dan suhu, untuk memantau kondisilingkungan secara real-time dan mengotomasikan proses pertanian. Mikrokontroler Arduino Nano digunakansebagai pusat pengendali karena ukurannya yang kompakdan kemampuannya yang memadai. Sensor pH mengukurtingkat keasaman tanah, sedangkan sensor suhu memantau suhu lingkungan dan tanah. Data yang dikumpulkan oleh sensor diproses oleh Arduino Nano, yang kemudian mengaktifkan aktuator sesuai kebutuhan, seperti pompa air untuk irigasi atau kipas pendingin untuk pengaturan suhu. Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) memungkinkan data ini diakses secara remote, sehingga petani dapat memantau kondisi lahanmereka dari jarak jauh menggunakan perangkat sepertismartphone atau komputer. Pengujian lapanganmenunjukkan bahwa sistem ini mampu melakukanpenyesuaian otomatis untuk menjaga kondisi optimal bagipertumbuhan tanaman, seperti menyesuaikan pH tanahdari 5.5 ke 6.5 dan mengatur suhu di sekitar tanaman. Evaluasi hasil pengujian menunjukkan peningkatanefisiensi penggunaan sumber daya, pengurangan biayaoperasional, dan peningkatan hasil panen hingga 25% dibandingkan metode tradisional. Dengan implementasiyang tepat, sistem pertanian terpadu berbasis Arduino Nano ini dapat menjadi solusi efektif untuk menghadapitantangan pertanian modern, termasuk perubahan iklimdan keterbatasan sumber daya. Penelitian lebih lanjut dan pengembangan sistem ini diharapkan dapat membawamanfaat yang lebih luas bagi komunitas pertanian di masa depan, menjadikannya langkah maju dalam modernisasipertanian. Kata Kunci: Arduini nano, pertanian, hydroponik, sistem dan teknologi
PROTOTYPE SISTEM POMPA AIR TENAGA SURYA DENGAN MONITORING DAYA BERBASIS IoT Ramdhan, Rizky Wahyu; Hulukati, Stephan A.; Usman, Iqbal F.
Jurnal Electrichsan Vol. 14 No. 1 (2025): Mei 2025
Publisher : Program Studi Teknik Elektro Universitas Ichsan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37195/electrichsan.v14i1.1385

Abstract

Energi terbarukan, khususnya energi surya, semakin diakui sebagaisolusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi dan mengatasi tantangan perubahan iklim. Di Gorontalo, akses terhadapair bersih masih menjadi masalah, terutama di daerah pedesaanyang terpencil. Untuk meningkatkan ketersediaan air bersih dan mengatasi kendala daya listrik, penelitian ini mengembangkan sistem pompa air tenaga surya yang dilengkapi dengan sistem pemantauanberbasis Internet of Things (IoT). Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental kuantitatif dengan pengujian sistem perangkat yang dirancang. Sistem ini mencakup pemanfaatan panel surya untuk menyuplai daya ke pompa air, serta penggunaan sensor untuk memantau parameter seperti tegangan, arus, daya, dan debit air. Data yang dihasilkan dikirimkan secara real-time ke Google Spreadsheet menggunakan ESP8266, sehingga memungkinkan pemantauan jarak jauh. Pengujian dilakukan selama tiga mingguuntuk mengamati kinerja sistem dalam berbagai kondisi cuaca. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem dapat beroperasi dengan baik, dengan daya yang dihasilkan berkisar antara 0 hingga 229 W dan debit maksimum 300 L/min. Meskipun terdapat beberapa periode di mana debit menjadi nol, analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sepertipengaturan pompa dan ketersediaan air. Dengan implementasisistem ini, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasionalpompa air tenaga surya, mengurangi biaya operasional, dan memberikan solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah-daerah terpencil di Gorontalo. Kata kunci: Energi Surya,Pompa Air Tenaga Surya,Internet of Things (IoT),Akses Air Bersih,Sistem Pemantauan Daya
Automated Drip Irrigation System Based on IoT for Chili Plants Using Solar Panel Energy Lamasigi, Zulfrianto Yusrin; Haba, Abd. Rahmat Karim; Jafar, Muh. Iqbal; Syamsir, Syamsir; Hulukati, Stephan A.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Institut Teknologi dan Bisnis Asia Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32815/jpm.v5i1.2006

Abstract

Purpose: This research paper aims to address the challenges faced by horticultural farmers in Lauwonu Village, particularly regarding water scarcity exacerbated by hot weather conditions. The study emphasizes the significance of utilizing technology, specifically a drip irrigation system based on IoT and solar panel energy, to mitigate these challenges effectively. Method: The research employed a qualitative approach to investigate the impact of implementing IoT-based drip irrigation systems on chili farming productivity. Data collection methods included surveys and interviews with 15 members of the Mekar Green farmer group. Thematic analysis was utilized to interpret the gathered data. Practical Applications: The findings demonstrate the practical benefits of adopting IoT-driven irrigation technology, enhancing water efficiency and agricultural productivity. This research offers valuable insights for farmers, policymakers, and agricultural practitioners, facilitating informed decision-making and sustainable agricultural practices.Conclusion: Implementing IoT-enabled drip irrigation systems powered by solar panels presents a viable solution to address water scarcity challenges in chili farming. The study underscores the importance of leveraging technology to improve agricultural resilience and productivity, thereby contributing to sustainable food production and livelihoods in rural communities.