Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN SEBAGAI MEDIA TERAPI ODMK DI PSBL HARAPAN SENTOSA 1 Khoiriyah, Nunung; Sidqiyah, Chamiyatus; Trywidiyana, Melando Titin; Agustin, Sekar Sari; Mahendy, Chanez Vierly; Laurencia, Marsyanda Tania
Kajian Ilmu Sosial (KAIS) Vol. 4 No. 2 (2023): KAIS : Kajian Ilmu Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/kais.4.2.49-58

Abstract

Masalah  kejiwaan  adalah  keadaan  perubahan  yang  memengaruhi  pola  pikir,  suasana  hati maupun  tingkah  laku  pada  individu  sehingga  menimbulkan  disfungsi  saat  menjalankan kegiatan sehari-hari mereka. Adapun cara menstabilkan kejiwaan pada ODMK yang berada di PSBL Harapan Sentosa 1 yaitu dengan memberikan obat masalah kejiwaan secara rutin yang tentunya  belum  pasti  akan  menyembuhkan  dan  mengembalikan  keberfungsian  sosialnya. Keadaan ini membuat orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) menyebabkan putus asa dan sulit  menyesuaikan  diri  di  kehidupan  masyarakat.  Pada  umumnya  orang  dengan  masalah kejiwaan (ODMK) akan dipandang tidak produktif ataupun tidak mampu menjalankan kegiatan keterampilan  yang  dapat  menghasilkan.  Dalam  ini,  intervensi  yang  dilakukan  pada  orang dengan  masalah  kejiwaan  (ODMK)  adalah  dengan  memberikan  program  pelatihan keterampilan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 yang berfokus sebagai media terapi untuk  meningkatkan  fungsi  sosial  pada  ODMK  yaitu  kemampuan  konsentrasi  dan menumbuhkan  produktivitas.  Media  terapi  dalam  program  ketrampilan  terdiri  dari  terapi melukis,  terapi  musik,  terapi  menari.  Program  pelatihan  ketrampilan  yang  diberikan  adalah membuat keset, hasta karya (gelang, kalung, gantung kunci, konektor masker), menggambar, melukis, angklung, menari, bernyanyi dan sebagainya.
Peran Kasepuhan Sebagai Modal Sosial Trust Dalam Tradisi Pantang Mulud Di Desa Pamubulan Sidqiyah, Chamiyatus; Khoiriyah, Nunung; Fitriyani, Ainun Intan; Safitri, Alfiaturrochmah; Nisa, Syakilatun; Ivena, Najela Naqiyya; Al-Fathan, Ahmad Fajri
Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmiah Sosial Budaya Vol 4 No 2 (2025): Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmiah Sosial Budaya - JPPISB
Publisher : LPPM Universitas Dharma Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47233/jppisb.v4i2.2301

Abstract

The Pantang Mulud tradition within the Kasepuhan community of Pamubulan Village, Lebak Regency, Banten, constitutes a significant social phenomenon that actively builds trust-based social capital. This qualitative case study research specifically investigates the relationship between religious traditions and the strengthening of social capital, with particular emphasis on the trust dimension. Data collection was conducted through intensive participatory observation, comprehensive in-depth interviews with key informants (including Olot, community leaders, and active residents), and systematic documentation studies. The data analysis strategically integrated the SOCAT Instrument developed by Grootaert & Van Bastelaer (2002) with Robert Linton’s foundational Role Theory (1936). The research results clearly demonstrate that through various traditional activities – including Tuesday prohibitions, customary deliberations, the kepret ritual, and the Tang-Tang Angin procession – this tradition effectively constructs four distinct forms of trust: (1) trust in the system through voluntary compliance with customary norms, (2) trust in authority through demonstrated confidence in Kasepuhan’s leadership, (3) interpersonal trust within traditional social networks, and (4) transformative trust through collective action in the “Nganjingan” program. The study findings further reveal that trust within the Kasepuhan community fundamentally stems from the Kasepuhan’s consistent role performance in fulfilling community expectations. Ultimately, the Kasepuhan institution serves as a crucial catalyst that significantly strengthens solidarity, cultural identity, and social participation while simultaneously mobilizing social capital for sustainable community welfare.