Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENGARUH MUSIC MOVEMENT THERAPY TERHADAP KEMAMPUAN AKTIVITAS HARIAN PADA PASIEN STROKE DI RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Andreas Rantepadang; Angelia Tendean
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol 5 No 1 (2019): Januari - Juni
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35974/jsk.v5i1.727

Abstract

ABSTRACT Introduction: Stroke is a condition of circulatory disorders that results in changes in brain function. Stroke results in a decrease in the ability of daily activities that affect the quality of life of stroke patients. Good handling can prevent complications and improve the ability of daily activities of stroke patients. Purpose: The purpose of this study is to identify the effect of music movement therapy (MMT) on the ability of daily activities of stroke patients in RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Method: Quasi experiment one group pretest and posttest method. Determination of the sample using consecutive sampling technique, 65 respondents were given standard hospital handling and MMT 5 times a week (30 minutes each therapy) for two weeks. Results: The results showed that the patient's daily activity ability before intervention was 47.7% in total dependence, very dependent on 46.2%, partial dependence at 4.6% and slightly dependent on 1.5% while the ability of daily activities after MMT intervention was very dependent 5%, partial dependence 26.2%, independent 24.6%, total dependence 7.7% and slightly dependent 3.1%. The Wilcoxon test showed the effect of MMT on the daily activity ability of stroke patients (p-value 0.000). Discussion: This study recommends the use of MMT as a basis for consideration for alternative therapies in improving the ability of daily activities of stroke patients. Keywords: Music, movement, therapy, daily activities.
Pengaruh Music Movement Therapy Terhadap Kemampuan Aktivitas Harian Pada Pasien Stroke Andreas Rantepadang; Angelia Tendean
Klabat Journal of Nursing Vol 1 No 2 (2019): Nursing as a Profession and Passion
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.209 KB) | DOI: 10.37771/kjn.v1i2.412

Abstract

ABSTRAK Stroke merupakan suatu kondisi kematian jaringan otak yang disebabkan karena gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan kelemahan serta penurunan kemampuan aktiviitas harian penderita stroke. Music movement therapy (MMT) merupakan tindakan komplementer untuk meningkatkan aktivitas pasien stroke. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh music movement therapy terhadap kemampuan aktivitas harian pasien stroke. Metode: Metode penelitian menggunakan quasi experiment pretest and posttest nonequivalent control group. Penentuan sampel menggunakan teknik consecutive sampling, 48 responden diberikan standar penanganan rumah sakit dan MMT 5 kali seminggu (masing-masing 30 menit terapi) selama dua minggu, sedangkan 16 responden hanya diberikan standar rumah sakit tanpa MMT. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan aktivitas harian pasien sebelum intervensi 26.87 sangat tergantung dan setelah intervensi meningkat menjadi 67.52 cukup tergantung sedangkan pada kelompok kontrol tetap pada sangat tergantung. Uji Wilcoxon dan Mann-whitney menunjukkan pengaruh yang signifikan MMT terhadap kemampuan aktivitas harian pasien stroke dengan p-value 0.000. Rekomendasi: MMT dapat digunakan sebagai terapi komplementer untuk meningkatkan kemampuan aktivitas harian pasien stroke. Kata kunci: Terapi, kemampuan, aktivitas, stroke ABSTRACT Stroke is a condition of death of brain structure caused by circulatory disorders in the brain which results in weakness and decrease daily activity ability of stroke patients. Music movement therapy (MMT) is a complementary action to increase the activity of stroke patients. Purpose: The purpose of this study is to identify the effect of music movement therapy (MMT) on the ability of daily activities of stroke patients. Method: Quasi experiment pretest and posttest nonequivalent control group method. Determination of the sample using consecutive sampling technique, 48 respondents were given standard hospital handling and MMT 5 times a week (30 minutes each therapy) for two weeks, while the 16 respondents was only given hospital standard treatment without MMT. Results: The results showed average that the patient's daily activity ability before intervention was 26.87 very dependent and increased after intervention to 67.52 moderately dependence, while the control group remained in very dependent. The Wilcoxon test and Mann-Whitney showed the effect of MMT on the daily activity ability of stroke patients (p-value 0.000). Recommendation: This study recommends the use of MMT as a basis for consideration for alternative therapies in improving the ability of daily activities of stroke patients. Keywords: Therapy, ability, activity, stroke
PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KOMORBID FAKTOR DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA Andreas Rantepadang
NUTRIX Vol 5 No 2 (2021): Volume 5, Issue 2, 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.Vol5.Iss2.575

Abstract

Abstrak Hipertensi dan Diabetes mellitus (DM) merupakan faktor komorbid yang berperan penting dalam peningkatan penderita Gagal ginjal kronik yang mengharuskan menjalani hemodialisa supaya kualitas hidup pasien Gagal ginjal kronik dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa perbandingan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan komorbid faktor Diabetes Melitus dan Hipertensi pada pasien yang menjalani hemodialisa. Metode penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional, Populasi pada peneilitian ini adalah penderita Gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di RSA Manado, penentuan sampel purposive sampling terdapat 43 sampel yang memenuhi kriteria penelitian, 23 responden komorbid Hipertensi dan 20 komorbid DM. Hasil penelitian didapatkan rata-rata kualitas hidup pada pasien Hemodialisa dengan komorbid DM 55.25 sedangkan pada pasien hemodialisa dengan komorbid hipertensi lebih tinggi yaitu 57.69 untuk hasil uji independent t test didapatkan nilai p-value 0.479 >0.05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas hidup pada pasien Gagal ginjal Kronik dengan komorbid DM dan hipertensi. Kesimpulan: secara rata-rata kualitas hidup pasien Gagal ginjal kronik dengan komorbid Hipertensi lebih baik dibandingkan dengan komorbid DM tetapi secara statistik tidak signifikan. Saran: Diharapkan untuk penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah sampel dan sampel yang seimbang antara kedua kelompok.
PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP RASA HAUS PADA PASIEN HEMODIALISA Andreas Rantepadang; Gracela Gwendolin Taebenu
NUTRIX Vol 3 No 1 (2019): Volume 3, Issue 1, 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.516 KB) | DOI: 10.37771/nj.Vol3.Iss1.387

Abstract

ABSTRAK Pasien hemodialisa mengalami rasa haus yang menyebabkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi kualitas hidup, mengunyah permen karet (xylitol) merupakan salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa haus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap rasa haus pada pasien hemodialisa di Rumah Sakit Advent Manado. Desain penelitian quasi-eksperimental dengan pendekatan pre and posttest nonequivalent control group design. Metode sampling adalah purposive sampling. Sampel penelitian 30 responden dibagi atas 15 responden kelompok perlakuan dan 15 responden kelompok kontrol. Hasil penelitian: rata-rata rasa haus sebelum mengunyah permen karet pada kelompok intervensi (24,40) berada pada rasa haus berat, setelah diberikan intevensi permen karet selama 2 minggu rasa haus pasien menurun menjadi (11,47) rasa haus ringan. Sedangkan pada kelompok kontrol rasa haus pada hari pertama (23, 20) berada pada rasa haus berat, setelah 2 minggu, tetap berada pada haus berat (23,07). Hasil uji statistik mann whitney u-test didapati nilai p value 0,000<0,05 di mana terdapat pengaruh yang signifikan mengunyah permen karet terhadap rasa haus pada pasien hemodialisa. Rekomendasi: Bagi pasien yang menjalani hemodialisa dapat menggunakan permen karet sebagai terapi alternatif untuk mengurangi rasa haus. Kata kunci: mengunyah permen karet, rasa haus, hemodialisa ABSTRACT Hemodialysis patients feel thirsty that cause discomfort and affect the quality of life. One of the methods used to reduce thirsty is to chew gum (xylitol). This study aims to determine the effect of chewing gum on thirst in hemodialysis patients at Manado Adventist Hospital. Design of this research used quasi-experimental with a pre and posttest nonequivalent control group approach. The sampling method used was purposive sampling. The research sample of 30 respondents was divided into 15 respondents for the treatment group and 15 respondents for the control group. Result: The average thirsty before chewing gum in the intervention group (24.40) which indicated being in severe thirsty, after being given an intervention of gum for 2 weeks in the intervention group, the patients’ thirsty decreased to (11.47) being in mild thirsty. Whereas first day control group (23.20) which was in severe thirst, and thirst after 2 weeks the control group (23.07) remained in severe thirst. The result of the mann whitney u-test statistical test found p value 0.000<0.05 where there was a significant effect of chewing gum on thirst in hemodialysis patients. Recommendation: For hemodialysis patients can use gum as an alternative therapy to reduce thirsty. Keywords: chewing gum, thirsty, hemodialysis
HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN LONELINESS Andreas Rantepadang; Ariel Ben Gery
NUTRIX Vol 4 No 1 (2020): Volume 4, Issue 1, 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.Vol4.Iss1.428

Abstract

Loneliness dapat terjadi pada siapa saja, terlebih pada usia dewasa mudah, termasuk mahasiswa yang memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Psychological well-being yang baik dapat terhindar dari perasaan loneliness. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubugan psychological well-being dengan loneliness pada mahasiswa rantau. Desain penelitian yang digunakan yaitu diskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. 188 responden terpilih melalui purposive sampling dengan rentang waktu Februari sampai Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata psychological well-being mahasiswa berada pada 3.55 dengan kategori tinggi dan lonliness 2.22 kategori rendah, sedangkan pada uji statistik pearson correlation menunjukkan ada hubungan antara dua variabel yaitu variabel psychological well-being dengan loneliness p value .000<0.05 dengan nilai korelasi -0.474 termasuk pada kategori sedang dengan arah negarif. Rekomendasi kepada mahasiswa maupun orang tua agar terhindar dari muculnya perasaan loneliness perlu meningkatkan psychological well- being seperti relasi positif dengan orang lain dan bagi penelitian selanjutnya untuk menganlisa pengaruh psychological well-being terhadap loneliness. Keywords: loneliness, psychological, studen, well being Loneliness dapat terjadi pada siapa saja, terlebih pada usia dewasa muda, termasuk mahasiswa yang memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Psychological well-being yang baik dapat terhindar dari perasaan loneliness. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan psychological well-being dengan loneliness pada mahasiswa rantau. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. 188 responden terpilih melalui purposive sampling dalam rentang waktu Februari sampai Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata psychological well-being mahasiswa berada pada 3.55 dengan kategori tinggi dan loneliness 2.22 kategori rendah, sedangkan pada uji statistik pearson correlation menunjukkan ada hubungan antara psychological well-being dengan loneliness p value .000<0.05 nilai korelasi -0.474 termasuk pada keeratan hubungan sedang dengan arah negatif. Rekomendasi kepada mahasiswa maupun orang tua agar terhindar dari perasaan loneliness perlu meningkatkan psychological well- being seperti relasi positif dengan orang lain dan bagi penelitian selanjutnya untuk menganalisa pengaruh psychological well-being terhadap loneliness. Kata Kunci: loneliness, mahasiswa, psychological, well being
FREKUENSI NAPAS DAN EWS PADA PASIEN DI DEPARTEMEN GAWAT DARURAT Elisa Anderson; Andreas Rantepadang
Klabat Journal of Nursing Vol 4 No 2 (2022): Nurses: Ready to Lead
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v4i2.834

Abstract

The existence of an emergency department to treat patients whose life is threatened and the patient's respiratory condition is one of the main referrals. Early Warning System (EWS) is a parameter that can be used to assess the deterioration of the patient's physiological condition, but not all health services in the emergency department use it, especially in remote areas. The purpose of this study was to analyze the relationship between respiratory rate and EWS. The research method was a quantitative method with an analytical observational design. The sampling technique was convenience sampling, with a sample of 322 respondents. The test used in this study was the Spearman's rho correlation statistical test with results (p = .000; r = 0.671), so it can be concluded that there is a significant relationship between respiratory rate and EWS in patients treated in the emergency department. The results of this study are expected to be a guide for health workers in the emergency department in determining the deterioration of the patient's physiological condition through the EWS assessment method. KEYWORDS: Early Warning System, Emergency Patient, Respiratory Rate Keberadaan departemen gawat darurat untuk menangani pasien yang terancam jiwanya dan kondisi pernapasan pasien menjadi salah satu rujukan utamanya. Early Warning System (EWS) adalah parameter yang dapat digunakan untuk menilai perburukan kondisi fisiologis pasien, namun tidak semua layanan kesehatan di departeman gawat darurat menggunakannya, apalagi di daerah terpencil. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara frekuensi napas dan EWS. Metode penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan desain observasional analitik. Teknik pengambilan sampelnya adalah convenience sampling, dengan jumlah sampel 322 responden. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Spearman’s rho correlation dengan hasil (p = ,000; r = 0,671), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi napas dan EWS pada pasien yang dirawat di departemen gawat darurat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan di departemen gawat darurat dalam menentukan perburukan kondisi fisiologis pasien melalui metode penilaian EWS. KATA KUNCI: Early Warning System, Frekuensi Napas, Pasien Gawat Darurat
SELF-EFFICACY DAN SELF-CARE MANAGEMENT PADA PENDERITA HIPERTENSI Andreas Rantepadang; Bella Elisabeth Sabathama Hadibrata
Klabat Journal of Nursing Vol 5 No 1 (2023): Nursing Rebound
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v5i1.913

Abstract

With the increasing number of hypertensive patients who often appear without symptoms and are influenced by various factors, a technique for controlling blood pressure is needed such as self-care management and self-efficacy. The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy and self-care management in patients with hypertension. Method: This research is a quantitative type with a cross-sectional approach. Samples were taken using a total sampling technique with a total of 66 samples. The instruments used are the Self-efficacy to Manage Hypertension-Five Item Scale and Hypertension Self-Care Management Behavior. Results: The results showed that 53 (80.3%) respondents had poor self-efficacy, and 54 (81.8%) patients had good self-care management. There was a significant relationship between self-efficacy and self-care management in hypertension sufferers with a p-value value of 0.000. It is recommended that people with hypertension can increase their self-efficacy in order to achieve good and stable self-care management of hypertension, for future researchers to be able to use a self-efficacy questionnaire that more accurately determines the range of good and bad, and also adds other variables that can be factors that influence affect self-care management such as education level, history of knowledge, gender, and lifestyle. Keywords: Hypertension, Self-Care Management, Self-Efficacy Abstrak Peningkatan jumlah penderita hipertensi disetiap kalangan usia, sering muncul tanpa adanya gejala dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diperlukan suatu teknik dalam mengontrol tekanan darah seperti self-care management dan self-efficacy. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan self-efficacy dengan self-care management pada penderita hipertensi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 66 sampel. Instrumen yang digunakan adalah Self-efficacy to Manage Hypertension-Five Item Scale dan Perilaku Manajemen Perawatan Diri Hipertensi. Hasil penelitian menunjukan 53 (80.3%) responden memiliki self-efficacy buruk, dan 54 (81.8%) penderita memiliki self-care management yang baik, ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan self-care management pada penderita hipertensi dengan nilai p-value 0,000. Direkomendasikan untuk penderita hipertensi dapat meningkatkan self-efficacy agar tercapainya self-care management hipertensi yang baik dan stabil, untuk peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan kuesioner self-efficacy yang lebih akurat menentukan rentang baik dan buruk, dan juga menambahkan variabel lain yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi self-care management seperti tingkat pendidikan, riwayat pengetahuan, jenis kelamin dan pola hidup. Kata kunci: Hipertensi, Self-Care Management, Self-efficacy
Kebiasaan Bermain Game Online dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Remaja Sherryna Dien; Andreas Rantepadang
NUTRIX Vol 7 No 1 (2023): Volume 7, Issue 1, 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v7i1.916

Abstract

Online games are applications that can be used as entertainment and recreation however if done repeatedly for an excessive duration they can cause eye fatigue. Eyestrain or asthenopia is fatigue that occurs in the organ of vision. The purpose of this research is to know the relationship between the habit of playing online games with complaints of eye fatigue in Adolescents. The research design used is the descriptive correlation with a cross-sectional approach. The sample of this research amounted to 200 people and was taken using non-probability sampling, namely purposive sampling. The results of the study found that out of 200 teenagers, there were 189 people (94.5%) are in the high category, 11 people (5.5%) are in the medium category and there is no low category in the habit of playing online games. Meanwhile, 199 people (99.5%) experienced eye fatigue and 1 person (5.5%) did not experience eye fatigue. There is a significant relationship between the habit of playing online games and complaints of eye fatigue p-value = 0.000. With a value of r = 0.246, which means a correlation between the two is weak and has a positive direction. Recommendations for teenagers who play online games are expected to reduce time in playing online games and fill time free with positive things and fun hobbies. Abstrak Game online merupakan aplikasi yang dapat dijadikan hiburan dan rekreasi namun, apabila dilakukan secara berulang dalam durasi yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan mata. Kelelahan mata atau astenopia merupakan kelelahan yang terjadi pada organ penglihatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan bermain game online dengan keluhan kelelahan mata pada Remaja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 200 orang yang diambil menggunakan non probability sampling yaitu purposive sampling. Hasil penelitian didapati dari 200 remaja ada sebanyak 189 remaja (94,5%) berada pada kategori tinggi, dan 11 remaja (5,5%) berada pada kategori sedang, dalam kebiasaan bermain game online. Sedangkan kelelahan mata ada 199 remaja (99,5%) mengalami keluhan kelelahan mata dan hanya 1 remaja (0,5%) tidak mengalami kelelahan mata. Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan bermain game online dengan keluhan kelelahan mata p-value = 0,000. Dengan nilai r = 0,246 yang artinya korelasi hubungan keduanya lemah serta memiliki arah positif. Rekomendasi bagi remaja yang bermain game online diharapkan untuk mengurangi waktu dalam bermain game online dan mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif dan melakukan hobi yang menyenangkan. Kata Kunci: Game Online, Kebiasaan, Keluhan, Kelelahan Mata.
Hubungan Stres Akademik dengan Keluhan Migrain pada Mahasiswa Jennifer Telly Rumuat; Andreas Rantepadang
NUTRIX Vol 7 No 2 (2023): Volume 7, Issue 2, 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v7i2.943

Abstract

Migraine is a neurological disease with moderate to severe pain intensity. Migraine complaints can be triggered by several trigger factors, one of which is stress. Academic stress is pressure from a subjective perspective on academic conditions. The purpose of this study was to determine the relationship between academic stress and migraine complaints of students. The design used in this research is a descriptive correlation with a cross-sectional approach. The sample in this study amounted to 45 students with a sampling technique that is purposive sampling. The result showed that 25 students (55,6%) felt severe stress and 20 (44,4%) students felt moderate stress, 35 students (77,8%) did not feel migraine complaints and 10 students (22,2%) felt migraine complaints, and there was a significant relationship between academic stress and migraine complaints with p-value =0,047. The value of r = -0,297 which means the correlation between the two variables is weak and has a negative direction. Recommendations for nursing students can maintain activities that can reduce migraine complaints such as not consuming foods containing glutamate or tyramine, For future researchers, it is advisable to research different variables and add more samples. Keyword: Academic Stress, Migraine Complaints Abstrak Migrain adalah penyakit neurologis dengan intensitas nyeri sedang hingga berat. Keluhan migrain dipicu oleh beberapa faktor pencetus, salah satunya stres. Stres akademik merupakan tekanan dari perspektif secara subjektif terhadap kondisi akademik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara stres akademik dengan keluhan migrain pada mahasiswa. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 45 mahasiswa dengan teknik sampling purposive sampling. Hasil penelitian didapati ada 25 mahasiswa (55,6%) merasakan stres berat dan 20 (44,4%) mahasiswa merasakan stres sedang, 35 (77,8%) mahasiswa tidak merasakan keluhan migrain dan 10 mahasiswa (22,2%) merasakan keluhan migrain, serta terdapat hubungan yang signifikan antara stres akademik dengan keluhan migrain dengan nilai p-value =0,047. Nilai r =-0,297 yang berarti korelasi hubungan kedua variabel lemah dan memiliki arah negatif. Rekomendasi bagi mahasiswa keperawatan dapat mempertahankan kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi keluhan migrain seperti tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung glutamate atau tyramine. Bagi peneliti selanjutya, diharapkan dapat meneliti tentang variabel yang berbeda dan menambahkan jumlah sampel lebih banyak. Kata kunci : Keluhan Migrain, Stres Akademik
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN LAMA HEMODIALISA TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA Rantepadang, Andreas
Klabat Journal of Nursing Vol. 4 No. 1 (2022): New Start
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v4i1.788

Abstract

Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kualitas hidup sebelum menderita gagal ginjal kronik. Lama hemodialisa dan kadar hemoglobin berkaitan erat dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisa. Tujuan: Mengetahui hubungan kadar hemoglobin dan lama hemodialisa terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional, teknik pengampilan sampel dengan cara purposive sampling, instrumen untuk mengukur kualitas hidup menggunakan Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF) dan kadar hemoglobin dan lama hemodialisa diambil dari data rekam medis pasien. Hasil: Dari 43 responen yang memenuhi kriteria penelitian, 39 responden (90.7%) berada pada kadar hemoglobin yang tidak normal, 38 responden (88.4%) yang sudah lama menjalani hemodialisa >12 bulan, 31 responden (72.1%) berada pada kualitas hidup kurang. Kesimpulan: tidak ada hubungan kadar hemoglobin dan lama hemodialisa terhadap kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Rekomendasi: Bagi penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa tetap melakukan terapi hemodialisa secara rutin dan mempertahan kadar Hb. Untuk penelitian selanjutnya agar jumlah sampel ditambah dan dilakukan ditempat yang berbeda.