Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

MOTIVASI PADA REHABILITASI PASKA STROKE Elisa Anderson
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol 5 No 1 (2019): Januari - Juni
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35974/jsk.v5i1.724

Abstract

High motivation is needed by post-stroke patients who follow rehabilitation to get maximum results. The purpose of this study was to analyze the relationship between motivation and achievement of rehabilitation of post-stroke patients. The method of this study was an analytic observational study with a cohort study design. The sample in this study was selected using consecutive sampling technique with a total of 14 respondents in proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) rehabilitation and 12 respondents in mirror therapy (MT) rehabilitation. The findings of this study were that all respondents had high motivation with a mean of 26.36 for PNF and 28.83 for MT, mean achievement of PNF rehabilitation (pretest-posttest: 47.14-49.64; mean different: 2.5) through instruments Barthel index and mean MT rehabilitation outcomes (pretest-posttest: 2.5-2.58; mean different: 0.08) through the muscle strength scale. Based on the pearson correlation analysis states that there is no significant relationship between motivation and PNF rehabilitation achievement (p=0.1; p>0.05) and there is no significant relationship between motivation and achievement of MI rehabilitation (p=0.351; p>0.05). Although all respondents were highly motivated and there was an increase in rehabilitation outcomes, the condition could not make the relationship statistically significant. The addition of larger and more varied respondents, and a longer period of time needs to be done for the development of this research.
FUNGSI KOGNITIF TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI WERDHA BETHANIA LEMBEAN DAN BALAI PENYANTUNAN LANSIA SENJA CERAH MANADO Elisa Anderson
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol 3 No 2 (2017): Juli - Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35974/jsk.v3i2.745

Abstract

Pendahuluan: Salah satu indikator keberhasilan pembangunan lebih khusus di bidang kesehatan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup. Proses penuaan penduduk tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan yang signifikan fungsi kognitif dan tingkat kemandirian lansia. Metode: Peneliti menggunakan metode studi korelasi untuk mencapai tujuan penelitian. Klien lansia yang dirawat di Panti Werdha Bethania Lembean dan Balai Penyantunan Lansia Senja Cerah Manado adalah populasi penelitian, 73 responden dipilih sebagai sampel dari populasi tersebut dengan metode sensus. Hasil: 50 (68,5 %) responden tidak mempunyai gangguan kognitif dan 46 (63 %) responden memiliki kemandirian. Ada hubungan signifikan yang searah antara status kognitif dan tingkat kemandirian lansia di Panti Werdha Bethania Lembean serta Balai Penyantunan Lansia Senja Cerah Manado (p=0,001; α=0,05, maka p<0,05) dengan korelasi yang rendah (r=0,397). Diskusi: Temuan ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam aplikasi asuhan keperawatan dan dapat menjadi data acuan untuk merencanakan kegiatan yang dilakukan di tempat layanan lansia. Kata kunci: Lansia, Status Kognitif, Tingkat Kemandirian.
Tatalaksana Manajemen Jalan Napas Berdasarkan Early Warning Score (EWS) Di Ruang Perawatan Kritis Elisa Anderson; Intan Allicya Friska Langi
Jurnal Skolastik Keperawatan Vol 8 No 1 (2022): Januari - Juni
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35974/jsk.v8i1.2853

Abstract

Latar belakang: pasien kritis berpotensi mengalami penurunan kondisi klinis atau perburukan sehingga perlu dirawat di ruang perawatan kritis. Early Warning Score (EWS) adalah suatu instrumen yang digunakan untuk memantau perburukan pasien kritis, sedangkan manajemen jalan napas adalah salah satu tindakan yang sering dilakukan pada pasien kritis. Tujuan: untuk mengetahui korelasi antara manajemen jalan napas dan EWS di ruang perawatan kritis. Metode: penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study dan melibatkan 87 pasien sebagai responden melalui teknik convinience sampling. Hasil: sebagian besar 58 (66,7%) pasien di ruang perawatan kritis menggunakan posisi semifowler, paling banyak 13 (14,9%) pasien memiliki skor EWS = 2, dan ada hubungan yang bermakna antara manajemen jalan napas dan EWS (p=0,007) dengan keeratan hubungan 0,288. Diskusi: perubahan posisi atau penggunaan alat bantu buka jalan nafas perlu dilakukan pada pasien di ruang kritis berdasarkan nilai EWS dari pasien tersebut. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan metode eksperimen melalui analisis multivariat.
MOTIVASI DAN KETERLIBATAN PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT Elisa Anderson
NUTRIX Vol 4 No 2 (2020): Volume 4, Issue 2, 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.Vol4.Iss2.473

Abstract

Motivasi adalah dorongan individu untuk dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan memiliki kontribusi terhadap capaian prestasi belajar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Klabat. Metode penelitian ini adalah cross sectional yang melibatkan 203 responden melalui teknik consecutive sampling, yaitu mahasiswa aktif yang terdaftar di Fakultas Keperawatan Universitas Klabat pada semester genap 2018/2019 pada program sarjana keperawatan dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar mahasiswa FKep Unklab 198 (97,5%) memiliki motivasi dan keterlibatan pada tingkat sedang hingga baik, 197 (97%) responden mendapatkan prestasi belajar B- hingga A, serta terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dan keterlibatan pada prestasi belajar mahasiswa FKep Unklab (p=0,008). Perlu adanya tindak lanjut untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi belajar melalui modifikasi motivasi ataupun keterlibatan mahasiswa dalam proses belajarnya.
AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP KECEMASAN PASIEN PRA OPERASI KATARAK Elisa Anderson; Juwyensi A. Taareluan
NUTRIX Vol 3 No 1 (2019): Volume 3, Issue 1, 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.972 KB) | DOI: 10.37771/nj.Vol3.Iss1.394

Abstract

Surgery is a medical procedure that can trigger anxiety, lavender aromatherapy is one alternative intervention that can be done to overcome this anxiety. The purpose of this study was to analyze the effect of lavender aroma therapy on the anxiety of pre cataract surgery patients. The research method used was quasi experimental pre and post test with control group design. This study was conducted on 30 respondents selected through consecutive sampling technique and divided into two groups, namely 15 people in the control group and 15 people in the treatment group. The results of this study showed that through the Wilcoxon test found p=0.008, there was a significant effect of lavender aromatherapy on anxiety in the treatment group. In the Mann Whitney test found p=0.006, there was a significant difference in the effect of lavender aromatherapy on anxiety in the treatment and control groups. Thus, there is a significant effect of the lavender aromatherapy on the anxiety of pre-cataract surgery patients. Nurses can provide aromas of lavender therapy to reduce the anxiety of preoperative patients so that the surgical procedure can work well.
FREKUENSI NAPAS DAN EWS PADA PASIEN DI DEPARTEMEN GAWAT DARURAT Elisa Anderson; Andreas Rantepadang
Klabat Journal of Nursing Vol 4 No 2 (2022): Nurses: Ready to Lead
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v4i2.834

Abstract

The existence of an emergency department to treat patients whose life is threatened and the patient's respiratory condition is one of the main referrals. Early Warning System (EWS) is a parameter that can be used to assess the deterioration of the patient's physiological condition, but not all health services in the emergency department use it, especially in remote areas. The purpose of this study was to analyze the relationship between respiratory rate and EWS. The research method was a quantitative method with an analytical observational design. The sampling technique was convenience sampling, with a sample of 322 respondents. The test used in this study was the Spearman's rho correlation statistical test with results (p = .000; r = 0.671), so it can be concluded that there is a significant relationship between respiratory rate and EWS in patients treated in the emergency department. The results of this study are expected to be a guide for health workers in the emergency department in determining the deterioration of the patient's physiological condition through the EWS assessment method. KEYWORDS: Early Warning System, Emergency Patient, Respiratory Rate Keberadaan departemen gawat darurat untuk menangani pasien yang terancam jiwanya dan kondisi pernapasan pasien menjadi salah satu rujukan utamanya. Early Warning System (EWS) adalah parameter yang dapat digunakan untuk menilai perburukan kondisi fisiologis pasien, namun tidak semua layanan kesehatan di departeman gawat darurat menggunakannya, apalagi di daerah terpencil. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara frekuensi napas dan EWS. Metode penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan desain observasional analitik. Teknik pengambilan sampelnya adalah convenience sampling, dengan jumlah sampel 322 responden. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Spearman’s rho correlation dengan hasil (p = ,000; r = 0,671), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi napas dan EWS pada pasien yang dirawat di departemen gawat darurat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan di departemen gawat darurat dalam menentukan perburukan kondisi fisiologis pasien melalui metode penilaian EWS. KATA KUNCI: Early Warning System, Frekuensi Napas, Pasien Gawat Darurat
KEBERADAAN TINGKAT KESADARAN PADA SISTEM PEMANTAUAN KEGAWATAN DI RUANG INTENSIF Elisa Anderson; Lovely Jellita Najoan
Klabat Journal of Nursing Vol 5 No 1 (2023): Nursing Rebound
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v5i1.914

Abstract

Glasgow Coma Scale (GCS) merupakan salah satu skala yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadaran seorang melalui tiga komponen utamanya, yaitu respon mata, respon verbal, dan respon motorik. Sedangkan pada area intensif di departemen medikal dan bedah, Early Warning Score (EWS) adalah suatu sistem pemantauan yang dapat dijadikan pedoman dalam pemantauan kegawatan kondisi pasien di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi tingkat kesadaran dan sistem pemantauan kegawatan pasien di ruang intensif medikal dan bedah. Metode yang digunakan ialah metode kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik melalui desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampelnya ialah non-probability sampling dengan pendekatan convenience sampling, jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 87 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan tingkat kesadaran dan sistem pemantauan kegawatan pasien di ruang intensif medikal dan bedah dengan nilai p=0,000 dimana p<0,05, serta memiliki nilai keeratan r=-0,511 yang berarti terdapat hubungan yang sedang dengan arah hubungan negatif. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan kepada petugas kesehatan khususnya perawat yang bertugas di ruangan intensif bahwa perubahan kesadaran dapat dijadikan indikator awal dalam melakukan pemantauan kondisi kegawatan pasien. Selanjutnya, perlu analisis tambahan untuk menentukan pengaruh perubahan tingkat kesadaran pada kondisi kegawatan pasien atau melakukan penelitian ini di ruang perawatan lainnya. KATA KUNCI: Tingkat Kesadaran, Sistem Pemantauan Kegawatan ABSTRACT Glasgow Coma Scale (GCS) is one of the scales that can be used to determine the level of consciousness of a person through its three main components, namely eye response, verbal response, and motor response. While in the intensive area in the medical and surgical department, Early Warning Score (EWS) is a monitoring system that can be used as a guideline in monitoring the severity of patient conditions in the hospital. The purpose of this study was to determine the correlation between the level of consciousness and the monitoring system for patient emergencies in the medical and surgical intensive rooms. The method used is a quantitative method with the type of analytic observational research through a cross-sectional design. The sampling technique was non-probability sampling with a convenience sampling approach, the number of samples involved in this study were 87 patients. The results showed that there was a significant relationship between changes in the level of consciousness and the patient's emergency monitoring system in the medical and surgical intensive room with a value of p=0.000 where p <0.05, and had a coefficient correlation value of r = 0.511 which means there is a moderate relationship with a negative relationship direction. Based on the results of this study, it can be recommended to health workers, especially nurses on duty in the intensive room that changes in consciousness can be used as an early indicator in monitoring the patient's condition. Furthermore, additional analysis is needed to determine the effect of changes in the level of consciousness on the patient's critical condition or conduct this study in other department. KEYWORDS: Emergency Monitoring System, Level Of Consciousness
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada Kader Kesehatan di Kelurahan Makawidey Frendy Fernando Pitoy; Elisa Anderson; Grace Kaparang; Denny Maurits Ruku; Reagen Jimmy Mandias; Ellen Padaunan; Lea Andy Shintya; Nova Gerungan; James Richard Maramis
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 9 (2023): Volume 6 No 9 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i9.11174

Abstract

ABSTRAK Kecelakaan ataupun bencana merupakan fenomena yang dapat terjadi tanpa dikehendaki oleh setiap orang. Tanpa penanganan awal yang tepat, suatu kecelakaan dapat membuat seseorang kehilangan nyawanya. Pertolongan pertama penting untuk dilakukan pada korban kecelakaan agar terhindar dari kematian atau kecacatan. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) sangat diperlukan untuk menangani kasus-kasus tersebut. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi Kader Kesehatan di kelurahan Makawidey. Metode yang digunakan adalah sosialisasi dan workshop kepada kader kesehatan kelurahan Makawidey. Evaluasi pengetahuan dan praktik dilakukan pada awal dan akhir kegiatan dengan menjalankan angket evaluasi. Terdapat peningkatan pengetahuan peserta tentang BHD setelah dilakukan kegiatan pelatihan, dimana terjadi peningkatan dari segi nilai pengetahuan sebesar 20.43%. Selain itu dari segi nilai ujian praktik, rata-rata nilai ujian para peserta cukup baik yaitu 69.90%. Dapat disimpulkan bahwa Kegiatan pelatihan BHD dapat meningkatkan pengetahuan para kader kesehatan kelurahan Makawidey. Lebih lanjut, pengetahuan para para kader kesehatan sudah cukup baik untuk mempraktikkan pemberian Bantuan Hidup Dasar dalam kehidupan bermasyarakatnya. Kata Kunci: Bantuan Hidup Dasar, Kader Kesehatan, Edukasi.  ABSTRACT Accidents or disasters are phenomena that can happen unexpectedly by everyone. Without proper initial treatment, an accident can occur in people’s life. First aid is important for the accident victims to avoid death or disability. Therefore, the knowledge of Basic Life Support (BHD) is needed to handle the cases. This activity aimed to increase knowledge and skills in implementing Basic Life Assistance (BHD) for Health Cadres in Makawidey. The method used was socialization and workshops for health cadres in Makawidey. Evaluation of knowledge and practice was at the beginning and the end of the activity questionnaire. There was an increase in the participants' knowledge about BHD after the training activities, where there was an increase in terms of the knowledge by 20.43%. Apart from that, in terms of practical, the average scores of the participants were quite good, namely 69.90%. It can be concluded that BHD training activities can increase the knowledge of Makawidey’s health cadres. Furthermore, the knowledge of the health cadres is good enough to be practice in the provision of Basic Life support in their community. Keywords: Basic Life Support, Health Cadres, Education.
PENERAPAN TERAPI OKSIGEN PADA TINGKAT KESADARAN PASIEN DI RUANG GAWAT DARURAT Elisa Anderson; Ericha Pricilia Hender
Klabat Journal of Nursing Vol 5 No 2 (2023): Ever-evolving Nursing
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v5i2.987

Abstract

Ruang gawat darurat adalah ruang perawatan untuk melayani pasien yang terancam nyawanya atau yang membutuhkan penangan segera untuk pemulihan kesehatannya. Beberapa pasien di ruang gawat darurat mengalami perubahan tingkat kesadaran dan terapi Oksigen merupakan salah satu penanganan yang harus segera diberikan untuk pemulihannya. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui korelasi penerapan terapi Oksigen pada tingkat kesadaran pasien di ruang gawat darurat. Metode penelitian yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Peneliti mengambil sampel sebanyak 322 orang dengan teknik convenience sampling. Hasil penelitian menyatakan bahwa kebanyakan pasien yang sedang dirawat di ruang gawat darurat pada area darurat tidak gawat adalah tidak mendapatkan terapi Oksigen dengan jumlah 241 (74,8%), kebanyakan tingkat kesadaran responden adalah compos mentis dengan jumlah 302 (93,8 %), dan ada korelasi lemah yang signifikan antara penggunaan terapi Oksigen dan tingkat kesadaran dengan nilai p-value=0,000 dan r=-0,330. Hasil ini diharapkan dapat menjadi acuan tenaga kesehatan di ruang gawat darurat saat mendapatkan pasien dengan penurunan tingkat kesadaran dan perlu adanya analisis regresi untuk dapat menentukan seberapa besar pengaruh terapi Oksigen pada perubahan tingkat kesadaran. KATA KUNCI: Gawat darurat, tingkat kesadaran, terapi Oksigen ABSTRACT The emergency room is a treatment room to serve patients whose lives are threatened or who need immediate handling for their health recovery. Some patients in the emergency room experience changes in their level of consciousness and oxygen therapy is one of the treatments that must be given immediately for their recovery. The purpose of this research is to determine the correlation of the application of oxygen therapy on the level of consciousness of patients in the emergency room. The research method applied in this study was analytic observational with a cross sectional approach. Researchers took a sample of 322 people with convenience sampling technique. The results stated that most patients who were being treated in the emergency room in the non-emergency area did not get oxygen therapy with a total of 241 (74.8%), most respondents' level of consciousness was compos mentis with a total of 302 (93.8%), and there was a significant weak correlation between the use of oxygen therapy and the level of consciousness with a p-value=0.000 and r=-0.330. These results are expected to be a reference for health workers in the emergency room when getting patients with decreased levels of consciousness and the need for regression analysis to be able to determine how much influence oxygen therapy has on changes in levels of consciousness. KEYWORDS: Emergency room, level of consciousness, oxygen therapy
Health Expo: Upaya Penanggulangan 4 Hypers di Kelurahan Makawidey, Bitung Reagen Jimmy Mandias; Grace Kaparang; Frendy Fernando Pitoy; Elisa Anderson; Denny Maurits Ruku; Lea Andy Shintya; Ellen Padaunan; Christina Angel Umboh; Kathleen Sharon Boling; Injilia Desgia Kawalod; Cesilia Kolesy; Thesalonika Margaretha Laluraga; Chintiya Zhou Chen Mariam Somba; Bella Elisabeth Sabathama Hadibrata; Jennifer Telly Rumuat
Servitium Smart Journal Vol 2 No 1 (2023): Servitium Smart Journal
Publisher : Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31154/servitium.v2i2.21

Abstract

Meskipun selama beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan teknologi dan penelitian ekstensif yang signifikan dalam dunia medis dan kesehatan secara keseluruhan, Penyakit Tidak Menular (PTM) atau penyakit degeneratif atau dalam istilah lain yaitu Man-made Disease menjadi seperti enigma yang tidak kunjung dapat diatasi. Program Pengabdian kepada Masyarakat pada artikel ini adalah mengacu pada skrining dan penanganan 4 Hypers dengan cara pemberian edukasi melalui konsultasi pola hidup dan pemberian obat pada warga Masyarakat Kelurahan Makawidey, Aertembaga, Bitung. Penanganan 4 Hypers terus perlu digalakkan untuk mencegah peningkatan kasusnya pada waktu ke depan. Para dokter, perawat, tenaga kesehatan serta pemerintah harus terus berkolaborasi untuk mengadakan skrining, edukasi, pencegahan serta pengobatan penyakit tidak menular. Kegiatan seperti ini perlu diadakan oleh sivitas akademika fakultas keperawatan, fakultas ilmu kesehatan atau sekolah tinggi ilmu kesehatan yang lain secara regular dan menyeluruh di seluruh Indonesia sesuai cakupan jangkauan wilayah institusi tersebut.